Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
KLB PSSI: Momen Reformasi dalam Tubuh Federasi
29 Januari 2023 20:22 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Daniel Septianus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI ) merencanakan penyelenggaraan Kongres Luar Biasa (KLB) pada 16 Februari 2023. Kongres Luar Biasa memiliki agenda pemilihan Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, dan anggota-anggota Komite Eksekutif (Ex-Co).
ADVERTISEMENT
Sejumlah nama telah dirilis oleh PSSI mengenai Bakal Calon Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, dan para anggota EXCO. Melalui rilis tersebut, kita masih melihat nama-nama lama yang menyebabkan rusaknya persepakbolaan Indonesia. Akan tetapi, nama-nama baru juga menghiasi daftar tersebut yang memunculkan asa publik terhadap perubahan sepak bola Indonesia.
Setelah melihat bagaimana bobroknya persepakbolaan Indonesia dalam waktu beberapa tahun ke belakang maka publik berharap melalui KLB terdapat perubahan secara signifikan di dalam tubuh PSSI. Kita melihat bagaimana masalah demi masalah tidak dapat diselesaikan dengan baik, seperti mafia pengaturan skor serta struktur kompetisi dan pembinaan usia muda tidak konsisten.
Selain itu, prestasi Tim Nasional Indonesia juga cenderung berjalan di tempat bahkan bergerak mundur. Jika kita berkaca kepada negara tetangga, seperti Thailand, Malaysia, dan Vietnam maka sepak bola Indonesia sudah tertinggal dua hingga lima langkah di belakang mereka dalam segala aspek.
ADVERTISEMENT
Hal sederhana dari pernyataan di atas adalah bagaimana Federasi menjalankan kompetisi, mulai dari level bawah hingga atas. Mereka sangat memikirkan secara detail sistem kompetisi untuk melahirkan pemain-pemain berkualitas demi kebutuhan Timnas.
Penulis memberikan contoh negara Thailand yang baru saja menjadi juara di ajang Piala AFF 2022. Thailand berhasil menjadi juara tanpa diperkuat sejumlah pemain bintang dan mengandalkan pemain-pemain hasil pembinaan usia muda yang matang serta didukung oleh sistem kompetisi secara maksimal. Jika berkaca kepada pembinaan usia muda dan sistem kompetisi negara kita maka terlihat sangat jelas perbedaannya.
Permasalahan mengenai mafia pengaturan skor, sebenarnya, merupakan cerita lama dalam persepakbolaan Indonesia. Kita dapat melihat bagaimana mereka mengatur pertandingan di kompetisi Indonesia sehingga sesuai dengan keinginannya.
ADVERTISEMENT
Mereka tidak segan untuk memberikan sejumlah uang kepada para pemain bahkan pelatih untuk memuluskan niat jahat yang ada. Akan tetapi, cerita lama tersebut seolah-olah dinikmati oleh para pengurus PSSI sehingga tidak dapat diselesaikan bahkan cenderung "berkawan" dengan mafia.
Catatan merah pengurus PSSI periode 2019-2023 lainnya sehingga membuat publik gerah adalah tidak memperhatikan secara benar proses pembinaan usia muda dan sistem kompetisi yang profesional. Kita melihat bagaimana pentingnya pembinaan usia muda yang didukung dengan sistem kompetisi secara profesional untuk kebutuhan Tim Nasional. Hal tersebut justru luput dari pengurusan PSSI.
Terlebih lagi, baru-baru ini, PSSI memutuskan untuk meniadakan sistem degradasi dan menghentikan kompetisi Liga 2 dan Liga 3. Keputusan tersebut dipertanyakan oleh sejumlah pihak karena benar-benar di luar nalar.
ADVERTISEMENT
Peniadaan sistem degradasi di Liga 1, menurut penulis, hanya akan membuat kualitas kompetisi di Indonesia semakin turun. Dengan peniadaan tersebut, kemungkinan besar tim-tim yang berada di zona bawah "main mata" dengan tim yang memiliki kepentingan untuk menjadi juara.
Kita tidak dapat lagi melihat atmosfer persaingan di antara tim-tim yang berkompetisi untuk memperebutkan tiga poin. Penghentian kompetisi Liga 2 dan Liga 3 juga mematikan potensi anak-anak muda untuk unjuk gigi dalam persepakbolaan Indonesia.
Selain itu, penghentian tersebut mematikan pendapatan para pihak yang memang hanya bergantung kepada sepak bola . Oleh sebab itu, Penulis sangat menyayangkan keputusan PSSI tersebut.
Melihat kondisi-kondisi di atas maka publik merasa cukup dengan perbuatan para pengurus PSSI periode 2019-2023. Publik menginginkan perubahan demi kemajuan sepak bola Indonesia. Perubahan tersebut dapat dilakukan melalui KLB yang akan dilaksanakan 16 Februari 2023.
ADVERTISEMENT
Publik tidak lagi ingin kursi-kursi PSSI diduduki oleh orang-orang yang tidak menaruh pikiran dan hatinya terhadap kondisi sepak bola di Indonesia. Oleh sebab itu, publik berharap kerelaan hati dan kesadaran diri para pengurus periode 2019-2023 untuk tidak mencalonkan diri lagi, baik sebagai Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, dan anggota-anggota Komite Eksekutif.
Kita membutuhkan orang-orang berkualitas yang penuh integritas untuk menjalankan sebuah organisasi besar seperti PSSI. Dengan begitu, persepakbolaan Indonesia dapat berjalan ke arah positif secara bertahap hingga berada di tempat yang seharusnya.
Kita sudah muak dengan berbagai permasalahan yang tidak kunjung diselesaikan. Kita sudah muak dengan orang-orang yang hanya mementingkan kepentingan sendiri dan menggunakan PSSI sebagai alat untuk mencapai kepentingan tersebut. Kita benar-benar sudah muak. Oleh sebab itu, momen KLB ini diharapkan menjadi titik perubahan bagi PSSI dan persepakbolaan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kita rindu melihat Tim Nasional Indonesia berprestasi, setidak-tidaknya di level Asia Tenggara. Kita rindu melihat PSSI dijalankan secara bersih dan transparan. Kita rindu melihat kompetisi di Indonesia memiliki kualitas bintang lima dari segala aspek.
Perjalanan KLB juga menjadi tanggung jawab kita dengan melakukan pengawalan terhadap setiap hal. Kita tidak boleh membiarkan kecurangan demi kecurangan terjadi dalam Kongres Luar Biasa tersebut. Oleh sebab itu, mari kita kawal setiap proses dalam penyelenggaraan KLB demi perubahan secara masif terhadap persepakbolaan Indonesia.