Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Silakan Naturalisasi, Asal Jangan Lupa Bibit Sendiri!
9 Oktober 2024 13:15 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Daniel Septianus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) semakin gencar untuk melakukan naturalisasi terhadap para pemain yang memiliki darah atau garis keturunan Indonesia. Sampai tulisan ini dikeluarkan, setidaknya sudah ada beberapa pemain yang mendapatkan kewarganegaraan Indonesia melalui proses naturalisasi, di antaranya adalah Thom Haye, Maarten Paes, Jay Idzes hingga Mees Hilgers.
Naturalisasi yang dilakukan oleh PSSI bertujuan untuk meningkatkan kualitas permainan dari Timnas Indonesia agar bisa bersaing di level Asia hingga Dunia. Federasi berharap para pemain naturalisasi tersebut dapat memberikan impact yang signifikan terhadap permainan dari Timnas Indonesia asuhan Shin Tae-Yong (STY).
ADVERTISEMENT
Sampai tulisan ini dikeluarkan, naturalisasi-naturalisasi yang dilakukan oleh PSSI memang membuahkan hasil positif, seperti kenaikan drastis dalam ranking FIFA, menembus babak gugur untuk pertama kali di Piala Asia, hingga mentas dalam Ronde Ketiga Kualifikasi Piala Dunia.
Akan tetapi, banyak pihak yang tidak senang terhadap prestasi Timnas Indonesia. Celakanya, ketidaksenangan tersebut juga datang dari pemain lokal. Mereka beralasan bahwa prestasi tersebut tidak mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia karena mayoritas diisi oleh para pemain naturalisasi. Mereka juga mengatakan bahwa keberadaan para pemain naturalisasi menghilangkan kesempatan pemain lokal untuk membela Timnas Indonesia.
Penulis melihat bahwa keberadaan para pemain naturalisasi berdampak positif untuk Timnas Indonesia serta tidak serta merta menghilangkan kesempatan pemain lokal untuk membela Timnas Indonesia. Akan tetapi, jangan sampai naturalisasi ini membuat pihak federasi abai terhadap kewajiban membina pemain sejak usia dini.
ADVERTISEMENT
Dampak positif yang diberikan oleh para pemain naturalisasi terlihat dalam permainan Timnas Indonesia asuhan STY. Kita bisa melihat bagaimana pola permainan Timnas Indonesia yang mengandalkan kemampuan passing jarak dekat, dari kaki ke kaki, dan kombinasi antar pemain untuk membongkar pertahanan lawan, dapat dieksekusi secara maksimal. Selain itu, kehadiran para pemain naturalisasi juga berdampak kepada para pemain lokal yang ada di Timnas Indonesia, seperti Marcelino, Ernando, dan Rizky Ridho.
Hal tersebut diakui oleh para pemain lokal di tubuh Timnas yang melihat keberadaan para pemain naturalisasi sebagai kesempatan emas untuk menyerap ilmu untuk meningkatkan kualitas permainan mereka. Keberadaan para pemain naturalisasi membuat mereka terdorong untuk berlatih lebih keras demi satu posisi di Timnas Indonesia. Mereka sama sekali tidak melihat bahwa kehadiran para pemain naturalisasi sebagai ancaman. Mereka siap untuk bersaing dengan para pemain naturalisasi dan menolak untuk dikasihani, sebagaimana yang disebutkan oleh Tommy Welly.
ADVERTISEMENT
Penulis juga melihat bahwa keberadaan para pemain naturalisasi sangat baik untuk Timnas Indonesia. Terlebih lagi, target PSSI yang dibebankan kepada STY bukan lagi sekadar bersaing di level Asia Tenggara tetapi Asia bahkan Dunia. Target-target tersebut akan sulit dicapai apabila skuat Timnas Indonesia diisi oleh para pemain lokal. Dengan demikian, untuk saat ini, langkah PSSI terkait naturalisasi, sudah tepat dan tidak perlu diperdebatkan. Selain itu, para pemain yang dinaturalisasi juga masih memiliki darah atau garis keturunan Indonesia sehingga mereka adalah Warga Negara Indonesia. Mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai seorang Warga Negara Indonesia.
Sebagaimana yang sudah dikatakan bahwa target-target terhadap Timnas Indonesia akan sulit dicapai apabila menggunakan pemain lokal. Benar adanya jika melihat kompetisi BRI Liga 1. Jika melihat kompetisi tersebut, terlihat sekali bagaimana kualitas pemain lokal. Dalam hal ini, Penulis tidak hanya berbicara soal skill di atas lapangan tetapi juga kemampuan lain, seperti mental, sisi emosional, fisik, tingkat disiplin hingga pola hidup. Penulis melihat hal-hal di atas belum dimiliki secara menyeluruh oleh para pemain lokal, utamanya terkait disiplin dan pola hidup.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah kesempatan, Oki Rengga mengatakan bahwa pemain-pemain lokal masih belum menyadari sisi profesionalisme sebagai atlet sepak bola. Hal tersebut terlihat dari bagaimana pola hidup dari para pemain lokal serta godaan dari "dunia malam". Selain itu, pola makan para pemain lokal juga masih belum terjaga dengan baik. Secara sederhana, para pemain lokal tidak dapat menjaga bentuk fisik yang ideal sebagai pemain sepak bola profesional.
Timnas Indonesia asuhan STY tidak sepenuhnya menutup pintu kepada para pemain lokal. Hal tersebut dapat kita lihat dari berbagai kesempatan yang diberikan oleh STY kepada para pemain lokal untuk membela Timnas Indonesia. Akan tetapi, para pemain tersebut memang tidak sesuai standar dan gagal menunjukkan kualitas ketika diberikan kesempatan oleh STY sehingga memilih para pemain naturalisasi. Hasilnya, bisa kita lihat sampai saat ini.
Dengan begitu, sebenarnya, pintu Timnas Indonesia terbuka lebar bagi seluruh pemain, termasuk pemain lokal, asalkan mampu menunjukkan konsistensi permainan dan menunjukkan kualitas maksimal ketika diberikan kesempatan oleh jajaran kepelatihan. Pemain-pemain seperti Ernando, Rizky Ridho, hingga terbaru Malik Risaldi merupakan bukti bahwa kualitas membuat mereka berada di Timnas Indonesia.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, naturalisasi yang dijalankan oleh PSSI tidak bisa dilakukan secara terus-menerus. Dalam hal ini, Penulis menyoroti pembinaan usia muda oleh PSSI. Penulis berharap bahwa PSSI sambil melakukan berbagai pergerakan progresif untuk memaksimalkan pembibitan usia muda, seperti kompetisi usia muda yang tersistem dengan baik hingga mewajibkan setiap klub memiliki tim junior.
Pihak Federasi harus membentuk dan merencanakan serta mengeksekusi berbagai program pengembangan/pembinaan pemain usia muda demi masa depan sepak bola Indonesia. Pengembangan/pembinaan tersebut diharapkan akan mencetak ratusan bahkan ribuan pemain berkelas yang dapat dimanfaatkan oleh klub-klub di Indonesia serta bermuara dalam tubuh Timnas Indonesia.
PSSI harus memastikan bahwa kompetisi usia muda diselenggarakan secara berjenjang dan berkesinambungan serta jauh dari segala bentuk kepentingan pribadi/golongan. Federasi juga harus mampu memastikan bahwa setiap klub memiliki tim junior sendiri dan bukan hasil "comot" dari tim Sekolah Sepak Bola (SSB).
Saat ini, banyak sekali klub di Indonesia yang belum memiliki tim junior sehingga ketika mengikuti kompetisi usia muda, misalnya Elite Pro Academy (EPA), terpaksa merekrut satu tim SSB untuk dijadikan tim muda mereka. Hal tersebut dilakukan karena memang tim terkait tidak memiliki pembinaan usia muda. Kondisi itulah yang harus menjadi perhatian dari PSSI untuk memastikan bahwa setiap tim di Indonesia memiliki akademi dari berbagai kelompok usia.
ADVERTISEMENT
Selain melalui berbagai program pembinaan usia muda, PSSI juga harus membangun infrastruktur yang memadai sebagai sarana pembinaan usia muda tersebut. Infrastruktur tersebut akan sangat berguna bagi para pemain usia muda untuk mengasah kemampuan mereka mengolah si kulit bundar.
Intinya, Penulis ingin mengatakan bahwa jangan sampai PSSI lupa terhadap kewajibannya untuk mengembangkan pemain-pemain sejak usia dini. Naturalisasi boleh dilakukan dan tidak haram dalam sepak bola. Hanya, menjadi kebodohan dan catatan merah bagi PSSI apabila terus bergantung kepada proses naturalisasi untuk meningkatkan prestasi Timnas Indonesia.
Dengan demikian, PSSI juga perlu memperbaiki sistem dan struktur dari kompetisi usia muda di Indonesia demi kelahiran pemain-pemain kualitas terbaik untuk membela Timnas Indonesia di kancah Asia dan Dunia agar tidak terus bergantung kepada proses naturalisasi.
ADVERTISEMENT