Konten dari Pengguna

Saat Mahasiswa Melakukan Pengabdian Masyarakat di Suku Anak Dalam

danu pendawa
Danu Pendawa merupakan Mahasiswa aktif Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
29 Agustus 2021 15:13 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari danu pendawa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumentasi milik pribadi Gempita SAD saat melakukan praktek Personal Hygiene kepada anak usia sekolah di Suku Anak Dalam (SAD) Jambi.
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi milik pribadi Gempita SAD saat melakukan praktek Personal Hygiene kepada anak usia sekolah di Suku Anak Dalam (SAD) Jambi.
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah. Tidak hanya itu, Indonesia juga kaya akan suku, adat, dan budaya. Berdasarkan sensus Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 tercatat sekitar 1.331 kategori suku bangsa yang ada di Indonesia (BPS, 2010).
ADVERTISEMENT
Selain itu, Indonesia juga memiliki beberapa Komunitas Adat Terpencil (KAT) yang tersebar dari sabang sampai merauke. Salah satu Komunitas Adat Terpencil (KAT) berada di Provinsi Jambi, di mana komunitas terpencil ini masih terjaga keunikan dan kearifan budayanya.
Komunitas adat terpencil yang ada di Provinsi Jambi sering disebut dengan Suku Anak Dalam (Orang Rimbo). Berdasarkan survei Komunitas Konservasi Indonesia Warsi (KKI-Warsi) pada tahun 2010, populasi Suku Anak Dalam (Orang Rimba) mencapai sekitar 4.000 lebih jiwa yang menyebar di beberapa lokasi.
Populasi terbesar berada di kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD) dengan jumlah 2.546 jiwa, sebagian kecil berada di wilayah Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) sebanyak 474 jiwa, juga berada di hutan-hutan sekunder dan perkebunan kelapa sawit sepanjang jalur lintas tengah Sumatera hingga ke batas Sumatera Selatan, dengan jumlah populasi 1.373 jiwa.
ADVERTISEMENT
Suku Anak Dalam (Orang Rimba) termasuk suku primitif yang hidup mengasingkan diri di dalam hutan dataran rendah, pola hidup semi nomadik (berpindah) dengan memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) sebagai sumber penghidupan dari berburu dan meramu hasil hutan.
Suku Anak Dalam (Orang Rimba) tinggal dalam pondok yang terbuat dari daun serdang sebagai atap, kayu sebagai tiang dan lantai, dengan menggunakan rotan sebagai pengikatnya. Suku Anak Dalam (Orang Rimba) memakai pakaian adat unik bernama cawat dan kemben untuk menutup organ vitalnya.
Selain itu, adat ritual mereka masih kental dan melekat dengan menganut kepercayaan kepada dewa-dewa dan arwah leluhur.
Terdapat beberapa permasalahan kesehatan yang terjadi pada Suku Anak Dalam (Orang Rimba) seperti penyakit menular, penyakit tidak menular, penyakit berbasis lingkungan, dan penyakit berbasis makanan.
ADVERTISEMENT
Beberapa contoh penyakit yang biasa terjadi pada Suku Anak Dalam (Orang Rimba) yaitu diare, cacingan, penyakit kulit, malaria, hepatitis B, dan sebagainya. Gaya hidup dan lingkungan tempat tinggal memiliki pengaruh yang besar terhadap permasalahan kesehatan yang terjadi pada kelompok anak-anak, ibu hamil, dan usia lanjut Suku Anak Dalam.
Tercatat pada tahun 2015, sedikitnya 11 Suku Anak Dalam (Orang Rimba) di kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD) meninggal. Mereka diduga tewas akibat kekurangan pangan dan air bersih.
Kemudian studi yang dilakukan oleh Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, dengan KKI-Warsi tahun 2016, menemukan prevalensi hepatitis B di kalangan Suku Anak Dalam (Orang Rimba) di Jambi mencapai 33,9% (Komunitas Konservasi Indonesia Warsi, 2019).
ADVERTISEMENT
Di tambah dengan munculnya virus baru yang lebih kita kenal dengan corona virus disease (COVID-19) menambah beban kesehatan di Suku Anak Dalam (Orang Rimba), walaupun belum ditemukan adanya COVID-19 di Suku Anak Dalam (Orang Rimba) Namun harus tetap diwaspadai karena terdapat pasar di Pematang Kabau, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun dapat menjadi episentrum COVID-19 yang mempertemukan Suku Anak Dalam (Orang Rimba) dengan masyarakat luar.
Pengetahuan kesehatan dan wawasan akan pentingnya gaya hidup sehat di Suku Anak Dalam (Orang Rimba) sangat minim, bahkan 7 dari 10 masyarakat Suku Anak Dalam (Orang Rimba) tidak tahu cara mencuci tangan, mandi, dan menjaga kebersihan diri dengan baik dan benar.
Personal hygiene merupakan salah satu upaya memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Hal ini dapat menjadi solusi untuk meminimalisir risiko terkontaminasinya penyakit yang dilakukan secara individu.
Dokumentasi pribadi milik Gempita SAD, saat melakukan praktek menycuci tangan pakai sabun (CTPS)
Pada kesempatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Pengabdian masyarakat yang diselenggarakan oleh Kementerian pendidikan kebudayaan riset dan teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa ilmu kesehatan masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kehatan (FKIK) Universitas Jambi melakukan pengabdian masyarakat mengoptimalkan personal hygiene kelompok anak usia sekolah pada Suku Anak Dalam untuk meningkatkan derajat kesehatan di Desa Bukit Suban yang diharapkan dapat menjadi generasi yang memiliki pengetahuan dan wawasan kesehatan yang luas.
Dengan tujuan terciptanya individu yang sehat dan produktif serta penyakit terhindar dari penyakit untuk dapat menekan angka kematian dan kesakitan di Indonesia. Dengan demikian tidak menutup kemungkinan angka harapan hidup di Indonesia akan semakin meningkat pula.
Sumber daya manusia (SDM) yang sehat akan menunjang produktivitas yang berkualitas sehingga kesejahteraan masyarakat dapat dirasakan oleh semua masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pada kesempatan pengabdian masyarakat ini Tim PKM-PM Gempita SAD memilih tempat di Desa Bukit Suban, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun yang terletak cukup jauh dari pusat Kota Jambi yakni memerlukan waktu sekitar 6-7 jam perjalanan menggunakan transportasi darat.
Dalam melakukan pengabdian ini tim PKM-PM Gempita SAD telah merancang kegiatan dengan sebaik mungkin agar kelompok anak usia sekolah Suku Anak Dalam (Orang Rimbo) dapat mengerti dan mengetahui seberapa penting personal hygiene dilakukan dalam kehidupan. Adapun kegiatan yang dilakukan pada saat pengabdian ini yaitu dengan menggunakan metode role playing.
Metode role playing atau bermain dipilih untuk menarik perhatian anak-anak agar mau dan ikut dalam mempraktikkan personal hygiene karena di usia ini anak-anak akan sangat mudah untuk mempelajari sesuatu dengan cara belajar sambil bermain.
Dokumentasi milik pribadi Gempita SAD, saat bermain permainan tradisional congklak
Permainan yang dimainkan yaitu congklak di mana congklak merupakan permainan tradisional yang sering dimainkan oleh anak-anak sebelum menyebar luasnya game online dan permainan modern seperti bola bowling, bola basket, bola kecil, dan bermain dokter-dokteran.
ADVERTISEMENT
Sebelum melakukan permainan itu tim PKM-PM Gempita SAD memberi arahan kepada anak-anak bagi siapa yang kalah, akan mendapatkan hukuman dan harus menjelaskan tentang personal hygiene kepada teman-temannya.
Ternyata anak-anak yang mendapatkan hukuman sangat antusias melaksanakan hukumannya. Dikarenakan anak-anak yang mendapatkan hukuman tidak hanya diberi hukuman melainkan diberi edukasi tentang personal hygiene di mana membuat mereka merasa bersih dan nyaman.
Hukuman yang diberikan yaitu mencuci tangan, menggosok gigi, potong kuku, dan pemeriksaan gigi. Dengan adanya metode role playing ini sangat membantu tim PKM-PM Gempita SAD dalam melakukan pengabdian.
Diharapkan kegiatan ini dapat berlanjut karena edukasi tidak dapat dilakukan hanya sekali saja. Dalam prosesnya kami melakukan monitoring dan evaluasi dari Selama 2 minggu di bulan agustus untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dan kemampuan anak usia sekolah Suku Anak Dalam (Orang Rimbo) dalam mempraktikkan personal hygiene.
ADVERTISEMENT
Selain itu kami juga melakukan kegiatan yang kami beri nama GEMPITA atau Gerakan Merangkul Mimpi dan Cita Orang Rimba merupakan sebuah program yang dirancang oleh tim pengabdian untuk dapat mengajak, mengajarkan, dan memberi motivasi tentang apa saja profesi dan gambaran cita-cita Suku Anak Dalam di masa depan. Dalam melakukan pengabdian ini tim PKM-PM Gempita SAD telah merancang dengan kegiatan sebaik mungkin dengan sasaran kelompok anak usia sekolah Suku Anak Dalam (Orang Rimbo).
Dokumentasi Pribadi milik Gempita SAD
Ada tiga kegiatan dalam kegiatan GEMPITA ini. Kegiatan yang pertama adalah menggambar sketsa profesi. Setiap anak akan diberikan sketsa profesi seperti dokter, polisi, guru, tentara, dll. Kemudian anak-anak akan diberi kebebasan dalam berkreasi dengan cara mewarnai sketsa tersebut.
ADVERTISEMENT
Kegiatan yang kedua adalah menggantung stiker profesi sesuai dengan profesi yang telah anak-anak pilih pada kegiatan pertama tadi untuk digantungkan pada pohon cita yang telah disediakan oleh tim. Hal ini dapat dimaknai sebagai menanam benih cita-cita yang nantinya akan terus dirawat dan dijaga dengan semangat baru, sehingga pohon akan berbuah ataupun berbunga sebagai bentuk dari hasil usaha mereka. Kegiatan yang ketiga adalah nobar atau nonton bersama.
Tim PKM-PM Gempita SAD menampilkan film edukasi mengenai menjaga kesehatan seperti bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar, bagaimana cara menggosok gigi yang baik dan benar, dll. Kegiatan ini dilakukan agar anak-anak dapat memahami secara visual bagaimana cara menjaga kesehatan agar terciptanya tubuh yang sehat sehingga dapat menggapai mimpi dan cita meraka.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, anak-anak Suku Anak Dalam dapat hidup lebih layak dan membawa perubahan di masa yang akan datang. Sebagai wujud kepedulian terhadap Komunitas adat terpencil (KAT) Suku Anak Dalam (Orang Rimbo),
PKM-PM ini akan tetap dijaga keberlangsungannya dan menjadi salah satu program kerja organisasi kemahasiswaan Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Jambi. Dengan nama Organisasi Kampus (OK) Gempita SAD.