Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dinamika Politik Terkini Indonesia dan Filipina: Siapa Ikut Siapa?
12 November 2024 11:16 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Darynaufal Mulyaman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Demokrasi Asia Tenggara berada di titik terdinamisnya. Dua negara besar di kawasan ini, Indonesia dan Filipina, mempunyai pemimpin baru dan pemimpin baru ini yang menarik perhatian dunia ke kawasan ini. Demokrasi sudah lama eksis di kawasan ini. Telah lama negara-negara di Asia Tenggara memilih ideologi ini sebagai dasar negaranya, melalui banyak varian yang akhirnya dikembangkan oleh masing-masing negara.
ADVERTISEMENT
Hal yang menarik dari dinamika terkini dari demokrasi Asia Tenggara adalah bangkitnya tokoh dan kekuatan lama ke panggung utama politik di kawasan ini. Marcos dan Prabowo. Demokrasi memiliki titik positif yaitu hak rakyat yang dianggap setara dan kebebasan berpendapat, sementara korupsi, penggiringan opini, dan keterwakilan yang berpihak dapat menjadi titik negatif dari demokrasi, ujar Dr. Aniza Gazada (2024) di seminar internasional Perbandingan Politik Indonesia-Filipina yang diadakan antara FISIPOL Universitas Kristen Indonesia dan Don Mariano Marcos State University, Filipina.
Lebih lanjut teknologi, keterlibatan politik pemuda, dan pengaruh politik negara lain di dunia, juga sangat berpengaruh bagi tumbuh kembang demokrasi di Indonesia dan Filipina. Munculnya dinasti-dinasti politik di Indonesia dan Filipina adalah bukan tanpa sebab. Konsentrasi kekuatan, terbatasnya inovasi kebijakan, serta timpangnya ekonomi adalah beberapa faktor yang menjadikan lanskap politik Indonesia dan Filipina mirip.
ADVERTISEMENT
Isu dalam bidang pendidikan, infrastruktur, dan kemiskinan yang menjadi menu utama di bidang pemerintahan di Indonesia dan Filipina juga menjadi salah satu indikator bahwa betapa mirip politik dua negara ini. Bahkan gerakan desentralisasi juga serupa, Indonesia di 1999, Filipina di 1991. Kontraksi sosio-ekonomi yang mendera Indonesia dan Filipina pada akhir dekade 90-an.
Demokrasi yang inklusif, seperti keterlibatan perempuan akhirnya menjadi permasalahan yang serupa. Tantangan ini juga dihadapi oleh Indonesia dan Filipina. Dr. Audra Jovani (2024) mengungkapkan bahwa kemiripan lanskap politik Indonesia dan Filipina juga dipengaruhi oleh budaya patriarki yang memang menjadi bagian dari budaya dua negara ini. Kendati demikian, kemiripan ini dapat juga dimaknai menjadi celah kerja sama antara Indonesia dan Filipina.
ADVERTISEMENT
Dr. Helen Diana Vida (2024) mengungkapkan bahwa gender dan media dari dinamika politik terkini di Indonesia juga terjadi di Filipina. Media dan demokrasi yang bebas juga kemudian yang dapat melahirkan dinasti-dinasti yang akhirnya dapat dipilih oleh masyarakat.
Kemudian, Laurens Ikinia (2024), pemerhati media dan politik kontemporer mengungkapkan juga bahwa Indonesia dan Filipina memiliki dinamika yang serupa dikarenakan kesempatan yang diberikan oleh politik di dua negara ini yang menyebabkan dinasti-dinasti politik di dua negara ini dapat berkembang.
Jika disimpulkan, dua negara ini mempunyai demografi yang serupa dan bahkan kemiripan rasa yang sehingga dapat mengaktivasi pilihan-pilihan yang masyarakat berikan kepada pihak yang dapat berkuasa. Oleh karena itu, inovasi kebijakan dan pendidikan politik yang matang di Indonesia dan Filipina harus dimaknai secara serius untuk menanggapi dinasti dan perkembangan politik yang berkembang akhir-akhir ini.
ADVERTISEMENT