Konten dari Pengguna

Zero Waste dan Carbon Berbasis Akademik: Pengalaman Filipina untuk Indonesia

Darynaufal Mulyaman
Direktur CESFAS UKI/Dosen Prodi HI FISIPOL UKI
13 Juni 2024 11:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Darynaufal Mulyaman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Polusi di Laut (Naja Bertolt Jensen/Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Polusi di Laut (Naja Bertolt Jensen/Unsplash)
ADVERTISEMENT
Saat dunia sudah tak lagi begitu nyaman dengan paparan polusi dan efek panas yang mendera akibat perubahan iklim, polusi, dan pemanasan global, apa yang bisa kampus berikan untuk menangani hal ini? Efek gas rumah kaca memberikan efek panas dikarenakan oleh radiasi panas matahari yang terperangkap di atmosfer Bumi. Ekonomi karbon dan pembangunan yang terintegrasikan di dalamnya adalah sebuah sistem sosial melalui keputusan ekonomi yang dapat menginisiasi pengurangan emisi gas buang dan bahkan limbah melalui insentif dan dis-insentif.
ADVERTISEMENT
Kampus, sebagai miniatur sebuah negara, dapat menjadi laboratorium sebuah kebijakan bagaimana diimplementasikan di level lokal. Silliman University, Filipina, pada paparannya di acara kegiatan kuliah umum bersama Universitas Kristen Indonesia, 13 Juni 2024, memberikan contoh bahwa sebuah kampus dapat mengubah institusi pendidikan menjadi sebuah laboratorium kebijakan negara dengan sukses.
Silliman University menggunakan kebijakan bebas emisi gas buang dan limbah yang komprehensif yang akhirnya dapat menginspirasi negara, dan bahkan dunia. Kampus Silliman menggunakan kebijakan energi baru dan terbarukan yang holistik, seperti panel surya, reforestasi lahan, dan diet plastik yang ketat di kantin dan kelas. Jejaring internasional yang coba ditangkap oleh kampus-kampus di Indonesia seharusnya dapat mencontoh apa yang dilakukan oleh Filipina dan kampus-kampusnya. Pendidikan di Indonesia seharusnya dapat adaptif menciptakan inisiatif di tengah perubahan zaman yang cepat.
ADVERTISEMENT
Selain itu, institusi seperti Silliman University di Filipina juga dengan sukses mengadvokasi sebuah isu melalui kampanye, aksi, program, dan bahkan kurikulum. Ujung tombak Pendidikan sejatinya adalah aktivasi riset dan advokasinya yang dilakukan para sivitas akademika di sebuah kampus. Melalui serangkaian pekerjaan administrasi yang tumpeng tindih dan lebih banyak dari pekerjaan riset dan pengabdian atau pengajaran, aktivasi riset dan advokasi isu ini menjadi tidak tersentuh dan terkesan dilupakan di Indonesia.
Hardin (1968) mengatakan bahwa manusia lebih memerhatikan konflik jangka pendek terkait kepentingan daripada kebutuhan jangka panjang dari kesejahteraan sosial. Manusia seringkali tidak bijak sehingga hanya melihat yang hanya di depan mata tanpa memikirkan dengan saksama apa implikasi atau beban yang dibawa oleh pilihan tersebut.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh lagi, proyek nasional dapat dimulai dari kebijakan lokal seperti pada level kampus. Pembangunan manusia dan lingkungan seyogyanya dapat dimulai secara lokal dan kemudian naik meningkat hingga akhirnya dipakai di tahap nasional. Masyarakat transnasional sudah berkembang dengan pesat, aktor diplomasi tidak hanya negara dan entitas bisnis, tetapi juga kampus dan institusi Pendidikan.