Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Daun Coca: Antara Kutukan dan Berkah
18 Desember 2020 16:15 WIB
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebuah legenda dari pegunungan Andes menceritakan kisah Kuka, seorang wanita dengan kecantikan luar biasa sehingga tidak ada orang di seluruh kekaisaran yang bisa menolaknya. Kuka menggunakan pesonanya untuk mengambil kesalahan pria sekecil apa pun.
ADVERTISEMENT
Tetapi pada akhirnya, seorang pria memerintahkan agar Kuka dikorbankan dengan cara dipotong menjadi dua lalu dikubur. Dari kuburan wanita cantik itu, maka tumbuhlah tanaman ajaib. Tumbuhan diketahui memberi kekuatan serta mengurangi rasa sakit hingga penderitaan. Orang-orang menyebutnya “coca”, sebagai bentuk penghormatan wanita malang itu.
(Baca juga: 7 Tanaman Unik yang Hidup Dalam Cerita Rakyat )
Dikutip dari National Geographic, mitos ini langgeng dalam budaya dan sejarah masyarakat Andes. Meskipun begitu, tanaman yang sama digunakan menjadi sumber bahan kokain obat pada zaman modern. Daun yang belum diolah dari tanaman dapat dinikmati dengan dikunyah atau diseduh menjadi teh.
Penduduk setempat masih menggunakan coca hari ini untuk memerangi penyakit yang berhubungan dengan ketinggian. Tak hanya itu, coca berkhasiat menghilangkan rasa sakit dan kelaparan. Beberapa masih percaya bahwa daunnya bisa meramal masa depan.
ADVERTISEMENT
Studi ilmiah tentang kegunaan coca menemukan bahwa daun tanaman itu mengandung alkaloid kuat yang bertindak sebagai stimulan. Efeknya termasuk detak jantung meningkat, energi meningkat, dan bahkan menekan rasa lapar dan haus. Manfaat lain termasuk relaksasi otot yang dapat membantu mengatasi kram menstruasi.
Khasiat coca juga membantu mengobati penyakit ketinggian dengan membuka saluran pernapasan dan menghilangkan rasa sesak di dada. Coca sangat berguna karena sifat antibakteri dan analgesiknya. Oleh karena itu, coca berperan membantu pencernaan dan mencegah sembelit. Coca sendiri kaya akan zat besi, serta vitamin B dan C.
Konsumsi coca sudah ada sejak masa paling awal masyarakat Amerika Selatan kuno. Ada bukti bahwa tanaman dikonsumsi dalam budaya yang terletak di Ekuador zaman modern sejak awal milenium ke-9 SM. Namun, selama Kekaisaran Inca, sesaat sebelum kedatangan bangsa Spanyol, coca menjadi tanaman penuh dengan aktivitas religius dan beberapa praktik sosial-ekonomi.
ADVERTISEMENT
Budaya coca
Suku Inca diketahui berasal dari tahun 1200 Masehi. Peradaban menjadi terkenal pada tahun 1438 ketika kaisar Pachacutec mulai menaklukkan tanah di sekitar Cusco sebagai ibu kota kekaisaran yang kini terletak di Peru modern. Bahasa, agama, dan jaringan perdagangan Inca tak lama mendominasi Andes.
Coca yang dianggap sakral oleh suku Inca banyak digunakan dalam upacara keagamaan. Cristóbal de Molina, seorang pendeta Spanyol yang tinggal di Cusco sekitar tahun 1565, menggambarkan bagaimana suku Inca membakar daun dan meniup asap coca ke arah matahari, dewa utama mereka, serta dewa lainnya. Ritual kebanyakan digunakan untuk menyembuhkan orang sakit.
Tanaman itu juga dihormati karena kekuatan dewa dan beberapa pendeta memiliki keahlian dalam membaca daunnya. Tak hanya sampai disitu, coca dimakamkan bersama orang mati, termasuk di antara barang-barang kesayangan untuk menemani roh ke alam baka.
ADVERTISEMENT
Beberapa ritual keagamaan melibatkan pengorbanan manusia, di mana coca juga berperan. Tiga mumi yang ditemukan pada tahun 1999, membuktikan coca dikonsumsi dalam jumlah tinggi pada bulan-bulan sebelum kematian mereka. Mengkonsumsi daun tersebut diyakini dapat menyebabkan perubahan kesadaran pada korban.
(Baca juga: Misteri Bunga Bangkai Raksasa )
Budidaya tanaman
Cara suku Inca dalam menanam dan memanen coca melibatkan banyak langkah. Coca ditanam di lahan hangat dan basah. Jika sudah siap dipanen, daunnya akan robek saat dilipat. Daun dipetik dan kemudian diletakkan dalam lapisan tipis untuk dijemur. Daun yang diwarnai tidak sempurna otomatis akan ditolak. Seluruh proses membutuhkan perawatan khusus untuk memelihara daun sebanyak mungkin.
Karena nilainya yang tinggi, daun koka dapat berfungsi sebagai komoditas dan mata uang. Pejabat publik dan penguasa regional dibayar oleh kekaisaran dalam bentuk logam mulia, tekstil halus, dan sekeranjang daun koka. Coca juga diberikan kepada tentara pada pesta perayaan kemenangan. Tanaman ajaib itu merupakan sesuatu yang bernilai paling tinggi dari semua barang suku Inca yang bergengsi.
ADVERTISEMENT
Karena nilainya yang tinggi, coca banyak dikonsumsi oleh elit kekaisaran Inca. Selama hari-hari terakhir Kerajaan Inca, pelonggaran pembatasan konsumsi coca dimulai. Beberapa peneliti berpendapat bahwa perubahan ini mungkin disebabkan oleh negara tidak dapat lagi menjamin pasokan makanan untuk seluruh penduduk. Oleh karena itu, coca mulai digunakan untuk mengurangi rasa lapar di masa-masa sulit.
Bahkan, bangsa Spanyol menemukan bagaimana coca meningkatkan produktivitas, dan mendorong orang yang diperbudak untuk mengkonsumsinya. Belakangan, tanaman itu menjadi bisnis yang menguntungkan bagi pemilik tanah Spanyol, dengan meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan yang semakin meningkat.
Misteri kekuatan coca
Orang Spanyol sering mengejek penduduk asli karena kepercayaan mereka pada kekuatan coca. Tetapi, skeptisisme mulai memberi jalan pada minat daun aneh itu. Pada tahun 1653, Pastor Cobo menulis bahwa orang Indian “mengatakan bahwa coca memberi mereka kekuatan, dan mereka tidak merasa haus, lapar atau lelah.”
ADVERTISEMENT
Bahkan, seorang Spanyol ketagihan mengkonsumsi coca seperti para orang Indian sebagai kekuatan dalam mengangkat beban. Tanpa coca, dia berkata bahwa dirinya tidak mampu menanggung barang apa pun di pundaknya. Justru coca memberikan kekuatan dan semangat untuk bekerja.
Saat ini daun coca dipanen sebagai bahan penting dari produksi kokain yang ilegal, kendati demikian sangat menguntungkan. Terlepas dari peran tanaman dalam begitu banyak kekerasan dan ketidakstabilan politik di seluruh Amerika, penggunaan tradisionalnya masih digunakan oleh masyarakat Andes sebagai simbol budaya abadi.