Konten dari Pengguna

Persaingan Kelelawar dengan Industri Minuman untuk Mendapatkan Nektar

Dasar Binatang
Menyajikan sisi unik dunia binatang, menjelajah ke semesta eksotisme lain margasatwa
17 Desember 2020 15:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kelelawar hidung panjang merupakan salah satu dari sedikit spesies yang dapat bertindak sebagai hewan penyerbuk. Foto: Youtube .dok/Nat Geo WILD
zoom-in-whitePerbesar
Kelelawar hidung panjang merupakan salah satu dari sedikit spesies yang dapat bertindak sebagai hewan penyerbuk. Foto: Youtube .dok/Nat Geo WILD
ADVERTISEMENT
Kelelawar berhidung panjang terbang lebih dari 750 mil setiap tahun. Kelelawar melakukan penerbangan dari sarang musim dingin di Meksiko tengah hingga gua-gua di sepanjang perbatasan Amerika Serikat dan Meksiko.
ADVERTISEMENT
Mamalia mungil itu mencari kaktus berbunga dan agave, tanaman gurun besar dengan daun runcing. Kelelawar berhidung panjang penting bagi ekosistem gurun dan merupakan satu dari hanya tiga spesies kelelawar di Amerika Utara yang memakan nektar.
Dilansir dari National Geographic, kelelawar mengandalkan nektar agave sebagai bahan bakar perjalanan pulang. Sedangkan agave bergantung pada kelelawar untuk melakukan penyerbukan silang terhadap bunga dan menghasilkan biji. Bahkan, agave telah berevolusi untuk memasok sebagian besar nektar saat hari gelap yang bertujuan menarik para hewan penyerbuk nokturnal.
Spesies kelelawar ini sebenarnya berada pada ancaman karena hilangnya habitat. Sekitar tahun 1980-an, populasi anjlok menjadi sekitar seribu hewan. Untungnya, berkat upaya konservasi yang gigih, kelelawar telah pulih kembali menjadi sekitar 200.000 pada tahun 2018 di seluruh Meksiko dan Amerika Serikat barat daya.
Rupa tanaman agave, penghasil nektar bagi kelelawar berhidung panjang dan sebagai bahan baku minuman keras di Meksiko. Foto: photobella from Pixabay
Tetapi, sebuah studi tahun 2020 melaporkan spesies kembali menurun. Hal itu disebabkan oleh perubahan iklim yang membuat agave berbunga lebih awal. Dengan kata lain, periode berbunga muncul sebelum waktu kelelawar bermigrasi.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, kelelawar juga harus bersaing mendapatkan nektar agave dengan para pelaku industri minuman keras yang disebut dengan Mezcal. Gula yang dihasilkan tanaman diketahui menjadi salah satu bahan baku Mezcal.
Salah satu produsen mengakui bahwa industri tersebut kurang berkelanjutan. Faktanya, agave berbunga dan menyebarkan biji hanya sekali dalam rentang hidup 7 sampai 15 tahun. Tanaman menghabiskan satu dekade atau lebih untuk menghasilkan gula yang cukup untuk menumbuhkan satu tangkai berbunga sebelum mati.
Praktik industri dengan kurangnya regulasi yang berpihak kepada agave dilakukan selama seratus tahun. Fenomena demikian tentunya menyebabkan penurunan yang serius pada populasi agave. Pembangunan perkotaan dan pertanian telah menghapus hampir 50 persen dari total habitat agave asli dalam setengah abad terakhir, bahkan dilaporkan bisa lebih dari itu.
ADVERTISEMENT
Para ilmuwan melihat beberapa solusi yang aman untuk melindungi spesies agave dan kelelawar. Pemanenan agave yang berkelanjutan dapat dilakukan oleh petani secara selektif, dengan meninggalkan beberapa tanaman untuk berkembang biak.
Beberapa organisasi, seperti kelompok akar rumput yang berbasis di Meksiko, Colectivo Sonora Silvestre, bekerja sama dengan perusahaan minuman keras. Kerja sama mendorong panen yang berkelanjutan dengan membiarkan beberapa tanaman berbunga hanya untuk kelelawar.
Sebuah inisiasi yang disebut "Mezcal Ramah Kelelawar", mendorong produsen minuman untuk mengizinkan 5 persen dari ladang agave yang berbunga dengan imbalan label ramah kelelawar pada botol. Lebih dari 300.000 botol ramah kelelawar telah dibuat melalui program sukarela. Meski begitu, banyak industri minuman keras menolak mengadopsi praktik baru itu.
ADVERTISEMENT
Jeremiah H. Leibowitz, direktur eksekutif di Cuenca Los Ojos, sebuah organisasi konservasi di perbatasan Amerika Serikat-Meksiko, mengatakan, pemanenan agave berkelanjutan tidak hanya untuk kelelawar itu sendiri tetapi juga untuk menjaga hubungan dalam ekosistem yang stabil. Tak hanya itu, industri minuman keras juga tetap dapat melakukan aktivitas usahanya tanpa merugikan siapapun.