Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Pohon Kemenyan: Lekat dengan Religiusitas hingga sebagai Aroma Terapi
19 Desember 2020 15:08 WIB
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pohon kemenyan yang menghasilkan damar harum disebut pada Alkitab sebagai salah satu hadiah untuk bayi Yesus yang diberikan oleh orang bijak. Dua ribu tahun kemudian, Anjanette DeCarlo dan tim Somalia menghabiskan hari yang terik dengan mendaki ke tempat di mana pohon penghasil kemenyan berada. Tetapi setibanya di sana, mereka tidak menyangka batang pohon memiliki banyak sayatan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan National Geographic, kemenyan yang merupakan tumbuhan penghasil aroma merupakan salah satu komoditas komersial tertua. Kemenyan dimanfaatkan secara ekonomi selama lebih dari 5.000 tahun. Saat ini, ribuan ton diperdagangkan setiap tahun untuk digunakan oleh para imam Katolik sebagai dupa dan dioleskan ke kulit dalam bentuk minyak esensial.
Kebanyakan kemenyan berasal dari sekitar lima spesies pohon Boswellia yang ditemukan di Afrika Utara dan India, tetapi juga hidup di Oman, Yaman, dan Afrika bagian barat. Pepohonan tampak keriput seperti bonsai gurun. Pemanen membuat sayatan ke batang dan mengikis getah yang mengalir hingga mengeras menjadi resin kemenyan.
Menurut DeCarlo, pohon sebaiknya ditebang tidak lebih dari 12 kali setahun agar tetap sehat. Tapi di hutan pegunungan di Somaliland, dia menghitung setidaknya sebanyak 120 sayatan dalam satu pohon. Resin yang keluar berfungsi menutupi bekas sayatan batang yang terbuka. Tetapi, ketika sayatan sudah terlalu sering, maka itu akan menyiksa pohon.
ADVERTISEMENT
Selama kurang lebih satu dekade terakhir, pasar minyak esensial bernilai lebih dari 7 miliar US Dollar pada 2018 dan diperkirakan akan berlipat ganda pada tahun 2026. Sehingga, ketika permintaan meledak, pemanfaatan pohon kemenyan akan meningkat pula. Tim Valentiner, petinggi perusahaan minyak atsiri doTERRA, mengatakan perusahaan yang didirikan pada 2008 telah berkembang dua kali lipat dari tahun ke tahun.
The International Union for Conservation of Nature (IUCN), yang mengevaluasi status konservasi tumbuhan dan hewan, telah menilai salah satu spesies kemenyan utama, Boswellia sacra, sebagai spesies yang hampir terancam punah. Meskipun penilaian itu dilakukan pada tahun 1998.
Lebih menyayangkan, pohon kemenyan tidak tercakup dalam Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora, perjanjian global yang mengatur perdagangan lintas batas tumbuhan dan hewan. Para ahli berpendapat bahwa spesies Boswellia sebenarnya memenuhi kriteria untuk dilindungi.
ADVERTISEMENT
(Baca juga: Kisah Pohon Ginkgo yang Selamat dari Kepunahan )
Sedangkan hukum tingkat negara sangat bervariasi. Misalnya, memanen pohon secara berlebihan termasuk dalam tindakan ilegal di Somaliland. Beberapa pohon kemenyan Oman terletak di Situs Warisan Dunia UNESCO sehingga dilindungi oleh hukum. Bagaimanapun, di negara lain tidak ada hukum yang mencakup tumbuhan ini, apalagi spesies terletak di daerah terpencil.
Frans Bongers, seorang ahli ekologi di Wageningen University, melakukan penelitian spesies Boswellia. Dia dan timnya menemukan bahwa pohon tidak beregenerasi karena ternak yang merumput di atas anakan, kebakaran yang tidak terkendali, dan penebangan pohon terlalu sering. Para ahli menyimpulkan semua spesies Boswellia terancam oleh hilangnya habitat dan eksploitasi berlebihan.
Boswellia ditemukan secara eksklusif di daerah dengan iklim yang keras dan kering serta dilanda konflik dan kemiskinan. Sehingga, menjual resin mungkin satu-satunya sumber pendapatan bagi banyak orang di daerah ini. Permasalahan lain muncul ketika hadirnya perantara yang memperdagangkan resin ke perusahaan besar.
ADVERTISEMENT
Osman Degelleh, mantan direktur jenderal dan penasihat pembangunan di Kementerian Perdagangan Somaliland, mengatakan bahwa pemerintah sebelumnya berencana membentuk badan yang didedikasikan untuk mengelola kemenyan dan resin, tetapi itu tidak pernah terwujud. Kuncinya adalah membina pemasok kemenyan skala kecil yang memanen pohon secara berkelanjutan dan mendukung komunitas terpencil.
(Baca juga: Daun Coca: Antara Kutukan dan Berkah )
Harga kemenyan telah naik dalam beberapa tahun terakhir meskipun kualitas getahnya turun. Pembuat produk berbasis kemenyan mengimbangi kelangkaan dengan mencampurkan minyak esensial berkualitas tinggi dan hal-hal lain, seperti kayu cendana dan bunga tertentu.
Solusi jangka panjang untuk kekurangan adalah kembali ke cara lama yang lebih berkelanjutan dalam memanen kemenyan. Menurut Boersma, setidaknya perlu 25 tahun pohon untuk dibiarkan tumbuh sebelum menghasilkan resin pertamanya. Tetapi, untuk menemukan orang yang sabar menjaga pohon selama waktu tersebut adalah pekerjaan yang sulit.
ADVERTISEMENT
Bongers membantu mengembangkan pedoman tentang cara memanfaatkan pohon secara berkelanjutan, seperti mensosialisasikan para petani dan perusahaan untuk menyisakan satu tahun pemulihan penuh dari setiap beberapa tahun penyadapan pohon. Tak hanya itu, Bongers juga merekomendasikan pembuatan pagar dan sekat guna melindungi hutan dari kebakaran dan hewan ternak pemakan.
Beberapa individu dan organisasi sebenarnya telah melakukan upaya konservasi dengan membangun rumah kaca, mengumpulkan potongan dari pohon liar, menanam potongan di pembibitan, hingga membayar orang untuk menyiram pohon muda. Tetapi, konsumen hendaknya kembali berpikir untuk menghemat penggunaan produk yang memiliki bahan baku dari kemenyan.