Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Budaya Kuda Lumping di Desa Tamanjaya guna Kelestarian Tradisional
3 November 2024 9:35 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Dea Amanda (Soge) tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kuda lumping merupakan salah satu kesenian tradisional yang memiliki akar sejarah dan budaya yang dalam di Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Di Desa Tamanjaya, kesenian ini telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat setempat, mencerminkan nilai-nilai budaya dan tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Kuda Lumping bukan hanya sekadar pertunjukan seni, tetapi juga menjadi sarana untuk mempererat tali persaudaraan antarwarga.
ADVERTISEMENT
Desa Tamanjaya ini terletak di Pandeglang, Banten, menjadi saksi bisu dari kemeriahan pagelaran kuda lumping yang berlangsung pada hari Selasa, 22 Oktober 2024. Acara ini dimulai dengan semangat yang menggebu-gebu dari pukul 14.30 hingga 17.01, dan acara ini diadakan sebagai bagian dari perayaan khitanan seorang bocah laki-laki di Kampung Cibanua. Momen spesial ini berhasil menarik perhatian warga setempat serta masyarakat dari daerah sekitarnya, menciptakan suasana yang penuh keceriaan dan kebersamaan.
Pagelaran kuda lumping dibuka dengan penampilan pencak silat yang dipersembahkan oleh anak-anak dan ibu-ibu desa. Pertunjukan ini diiringi oleh alunan musik tradisional yang menggugah semangat, menambah suasana meriah dan hangat di tengah komunitas. Penampilan pencak silat tidak hanya memamerkan keterampilan fisik para pesilat, tetapi juga melambangkan nilai-nilai budaya dan tradisi yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Desa Tamanjaya. Gerakan lincah dan penuh energi tersebut mencerminkan dedikasi mereka dalam melestarikan warisan budaya.
Salah satu daya tarik utama dari pertunjukan kuda lumping adalah saat para pemainnya mengalami kerasukan. Dalam kondisi ini, mereka menunjukkan kemampuan luar biasa dengan melakukan atraksi kejar-kejaran dan aksi dramatis lainnya. Momen ini tidak hanya menegangkan tetapi juga sangat menarik perhatian penonton, menciptakan suasana magis yang membuat semua orang terpesona. Setelah pertunjukan selesai, proses penyadaran para pemain menjadi sorotan tersendiri, di mana Abah Jarna, bersama beberapa warga lainnya, membantu mengembalikan kesadaran mereka. Proses ini menambah nuansa mistis dan keunikan dari pertunjukan kuda lumping.
ADVERTISEMENT
Paguyuban kuda lumping yang menggelar acara ini dikenal dengan nama "Partisan Siliwangi," yang dipimpin oleh Abah Jarna. Paguyuban ini memiliki reputasi baik di wilayah tersebut dan sering diundang untuk memeriahkan berbagai acara penting, mulai dari hajatan hingga perayaan hari besar nasional. Paguyuban mereka terletak di Kampung Cimenteng, Desa Tamanjaya, yang menjadikan pusat kegiatan seni tradisional di daerah tersebut.
Acara khitanan ini lebih dari sekadar hiburan; ia berfungsi sebagai sarana untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga desa. Kehadiran masyarakat dalam jumlah besar menunjukkan antusiasme mereka terhadap pelestarian budaya lokal melalui seni kuda lumping. Kegiatan seperti ini sangat penting untuk menjaga keberlanjutan tradisi serta memberikan ruang bagi generasi muda untuk mengenal dan menghargai warisan budaya mereka.
ADVERTISEMENT
Dengan dukungan dari semua elemen masyarakat, harapannya adalah agar kesenian kuda lumping dapat terus hidup dan berkembang di tengah arus modernisasi yang semakin pesat. Desa Tamanjaya, dengan segala keunikan budayanya, membuktikan bahwa meskipun berada di pedalaman Banten, semangat untuk melestarikan tradisi tetap berkobar melalui pagelaran kuda lumping yang meriah ini.