Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Menutup Buku dari kumparan
19 September 2017 20:32 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
Tulisan dari Deanda Dewindaru tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
​Tim Editorial kumparan
Grup wA yang tidak pernah ada matinya. Tiap menit pasti selalu ada pesan masuk. Baik mengenai untuk koordinasi antar desk, undangan peliputan atau razia ketikan typo.
ADVERTISEMENT
Begitupun ketika pukul 1 dini hari di Senin tanggal 18 September (ceria). Ada hampir 200 pesan masuk. Ku menduga ada breaking news yang lumayan tinggi urgensinya. Ternyata ada kerusuhan massa yang menyerang kantor Lembaga Bantuan Hukum.
Lantas, Wapimred dan Korlip editorial dengan sigap berkoordinasi dengan tim di kantor. Dan mereka tentu sangat cepat menghasilkan sebuah berita. Yaaa mungkin hanya lima menit saja.
Akupun hanya bisa melihat foto dan video yang dikirimkan Gota yang kebetulan ada di LBH. Dan Valdy yang langsung meluncur dari kantor di Pejaten ke TKP, Cikini.
Ah...
Aku hanya menghelang nafas. Tersisa beberapa jam lagi aku menikmati laporan live dari grup editorial ini. Dinamika naik turun aku nikmati walaupun hanya melihat. Dan aku teringat akan memori aksi 212. Pertama kalinya aku turun lapangan, setelah kumparan on boarding di November basah itu.
ADVERTISEMENT
Memang bulan-bulan penghujan menyelimuti awal masuk aku di kumparan. Aku pun juga masih jelas betul sebelum menginjakkan kaki di Oktober 2016. Aku mendapatkan Offering Letter dari kumparan. Bahkan aku pun sebelumnya tak tahu kumparan itu apa. Googling pun tak ada hasilnya.
Diriku menimang-nimang, apakah harus ku ambil atau tidak. Dan akhirnya aku datang ke kumparan untuk tanda tangan kontrak. Sah! Aku menjadi jurnalis.
Kembali mengingat kumparan on boarding, aku benar-benar tidak tahu acara apakah itu. Ku kira akan menjadi seminar "bagaimana menulis berita yang menghasilkan banyak dibaca. Namun pemikiranku tentu salah (dan benar-benar tak terbayangkan). Aku bertemu dengan orang-orang yang zupppaaah seperti Bu Susi dan Najwa Shihab. Keren bukan?
ADVERTISEMENT
Di on boarding ini, aku bertemu dengan Wika, pacarnya Bob saat itu. Bob adalah teman geng kuliahku. Lalu aku bertemu juga dengan Erin. Katanya sih Erin kaget bertemu aku yang tadinya berjibaku dengan jurusan Humas.
Setelah on boarding selesai selama tiga hari, kami pun ke kantor yang super comfy. Bagiku, kantor kumparan lucu banget. Ada kolam renangnya, ada ruang jala-jala dilengkapi PS 4. Interior yang super ciamik. Aku suka. Apalagi ada bath tub di kamar mandi. Kalau ingat bath tub, film Virgin yang dimainkan Laudya Chintya Bella selalu terngiang di kepalaku. Momen ketika Bella menenggelamkan tubuh dan kepalanya ke dalam air.
Yasudah, mari kita tinggalkan cerita artis yang baru dipinang duda Malaysia itu.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, aku sangat penasaran, kira-kira aku akan masuk desk apa. Ketika di kantor, para kurcaci kumparan diberitahu mereka masuk ke divisi apa. Aku bertanya kepada Wika, ternyata dia masuk ke Content Intelligent (CI). Sedangkan Erin, dia masuk ke Editorial desk Entertainment. Lalu, aku masuk grup apa?
Ternyata, aku masuk grup CI, sama dengan Wika. Ada orang yang ku kenal akhirnya. Aku merasa inferior ketika awal-awal masuk. Semua teman CI hebat-hebat! Mereka memiliki segudang brilian.
Jujur, sebulan pertama agak berat bagiku. Pulang pergi naik kereta Bekasi-Pasar Minggu membuatku kewalahan. Batuk-batuk tiada henti. Aku agak stress. Akhirnya, aku memutuskan ngekos bersama Wika agar lebih hemat.
Seiring waktu berlalu, aku senang dengan lingkungan kerja di kumparan. Aku masuk sub divisi Database yang mengurusi foto-foto jurnalis kumparan. Atau pun kepentingan foto untuk menunjang artikel penulis lain.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, aku masih bisa menulis (walau porsinya tidak banyak) dengan membuat galeri foto. Atau misalkan menulis mengenai fotografi seperti fotografi jalanan, lanskap dan still-life. Semuanya ku suka!
Di balik semua itu, aku sangat berterima kasih kepada Wapimred CI, Mas Madin yang memberikanku kesempatan untuk belajar di CI. Sebab, ketika wawancara kerja, Mas Madin yang mewawancaraiku.
Yang ku ingat waktu lalu dengan bapak beranak dua ini adalah pertanyaan "kamu dalam waktu dekat ini akan nikah?"
Sontak aku menjawab,"pacar aja nggak punya Mas, bagaimana mau nikah." Well, itu curahan hati terdalam saat itu.
Aku pun juga mengucapkan terima kasih kepada Mba Anggi, emaknya para CI yang dengan sabar memarahi kami kalau salah (sabar kok memarahi ya?). Banyak belajar banget bagaimana menulis menjadi lebih baik walaupun aku merasa nggak pernah baik tulisannya. Hehehe.
ADVERTISEMENT
Pengalaman yang nggak bisa aku lupakan ketika liputan di Bank Permata. Bertemu dengan Tika dan Ela. Teman lapangan yang baru aku kenal tapi ternyata seru banget. Thanks anyway untuk bergosipannya.
Tapi kadangkala, ada rasa yang terbenam untuk Dinas Luar Kota. Akhirnya, aku mendapatkan DLK pertamaku ke Banyuwangi. Di dalam hatiku, bahagia sekali ke kota ujung timur Jawa ini. Tentunya tidak akan ku sia-siakan. Mungkin bagi kawakan senior, hal itu biasa, tapi bagiku, ini luar biasa.
DLK kedua yang ku sambangi adalah Yogyakarta, tempat Cinta dan Rangga kembali merajut kasih. Kali ini aku DLK tidak bersama Mas Madin, Mba Sasa (Videografer) ataupun Mas Ashyhdad (Pimred). Namun bersama anak lapangan yang fotonya sering ku ambil untuk dimasukkan sistem kumparan. Kelik namanya.
ADVERTISEMENT
Cukup dag dig dug. Bukan aku menaruh hati padanya, tapi DLK bersama orang yang baru dikenal adalah sesuatu yang... begitu deh. Hehehe. But anyway, DLK ke Yogyakarta memberikan pengalaman dan kesan sendiri bagiku.
Otomatis, kabar DLK dengan Kelik mendapat respon yang menggelitik dari tim CI, terutama database yang isinya ibu-ibu mamah dedeh. Kerjaannya kebanyakan gosip dan ngemil. Aku terlalu cinta sama Sari yang cantik tapi jutek dan galaknya minta ampun. Ulfa yang cerewetnya banget tapi yang paling perasa. Sedangkan kepala suku Mba Yufie, bumil yang lucunya sama kayaku tapi recehnya nggak ketolongan.
Ditambah anak-anak CI yang mendukung ketidaksuksesan ini (loh?). Geng lipsus di bawah asuhan emak Anggi, yang isinya manusia generasi milenium macam Gota, Tio, Wandha dan Wika.
ADVERTISEMENT
Gota yang kelihatannya strong tapi hatinya mudah rapuh. Tio yang menyemangati aku untuk resign dan cari kerja baru. Wandha yang baru masuk CI tapi masuk ke dalam hatinya Bardjan juga. Dan Wika (aaaa mau nangis :')), roomateku yang di kosan, sabar menghadapi curhatan sampahku di tengah lipsusnya. Atau pun sekedar mesan GO-FOOD di tengah malam.
Geng viral yang isinya orang-orang super julid semacam ibu kantin kumparan Mba Salmah, Mba Niken, Adit dan Maul. Mba Salmah yang super baik, teman seperecehanku. Nama anaknya hampir sama denganku. Mba Niken yang ku jadikan panutan untuk belajar ilmu kepo di sosial media. Adit yang nyangsang dari Pendidikan Olahraga jadi jurnalis sport. Serta Maul, anak baru yang sebenarnya bisa dijadikan teman mecin.
ADVERTISEMENT
Tim yang mengurusi infografis kumparan, Mba Rina dan Tomo. Kalau semisal Mba Rina ini jalan sama aku, pasti Mba Rina disangka anak aku karena saking imutnya. Padahal Mba Rina lebih berusia dibandingkan aku. Lalu Tomo yang sebenarnya dia punya dunia sendirinya. Yang ku tahu, dia ini sempat menjadi kolumnis Kompas, tapi Allahualam, dia murtad dari Teknik Pertambangan menjadi jurnalis.
Satu lagi CI yang dijadikan panutan sepanjang masa, Wisnu. Katanya dia lulusan UI Cumlaude. Keren kan? Pasti keren. Entah sedih juga meninggalkan kumparan karena nggak bisa ngecengin Wisnu. Dia anaknya perasa sekali, apa mungkin pertanda dia jodoh sama Sari?
Tim visual yang super kece permasalahan foto dan video. Ada Ridho yang kopinya selalu enak. Mba Sasa yang sangat bagus menjadi story teller. Bintang yang so lovely namun sayang mantannya beda agama dengan dia. Mas Bagus yang telah menjadi intelku di penghujung hariku di kumparan. Dan Faisal tentunya yang pernah tercyduk berjalan berdua dengan Luthfa.
ADVERTISEMENT
Teman-teman divisi editorial, baik yang di kantor atau di lapangan. Kalian menurutku sangat keren. How could you do all taking photos, video and writing at the same time? Ditambah dengan tikpet yang super cepat.
Okay teman-teman kumparan. Saatnya aku berkarya di tempat yang baru. See ya on top!