Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Biophilia: Pesan Konservasi Alam dan Satwa dalam Film Petualangan Sherina 2
6 November 2023 8:35 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Decky Indrawan Junaedi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Petualangan Sherina 2 yang merupakan sekuel dari film sebelumnya tayang di bioskop pada (28/9) lalu. Mungkin ada yang belum tahu, sebelumnya film Petualangan Sherina 1 itu tayang di tahun 2000.
ADVERTISEMENT
Film ini menuai sukses besar dengan penonton yang menembus angka 1 juta penonton di awal November 2023. Kesuksesan film ini tentu saja bukan tanpa alasan. Pertama, film ini memenuhi ekspektasi "reuni" dari film prekuelnya, Petualangan Sherina 1, film yang meninggalkan kesan mendalam di mata penontonnya waktu itu, terutama generasi kelahiran akhir 70-an, tahun 80-an, dan tahun 90-an.
Kedua, secara histori film prekuelnya yaitu Petualangan Sherina 1, juga unik karena merupakan salah film yang menandai bangkitnya perfilman nasional waktu itu di awal tahun 2000-an, selain AADC dan Kuldesak.
Disclaimer: bagian selanjutnya dari tulisan ini akan mengandung banyak spoiler.
Surprisingly, terlepas dari berbagai kelebihan dan kekurangan aspek sinematografi dari film Petualangan Sherina 2, ternyata aspek skenario atau jalan cerita film ini cukup sarat dengan pesan konservasi keanekeragaman hayati Indonesia.
ADVERTISEMENT
Konten substansi dari cerita film Petualangan Sherina 2 tidak hanya menawarkan nuansa "reuni" Petualangan Sherina 1, atau pemenuhan ekspektasi penonton tentang romansa Sherina dan Sadam yang kembali bertemu ketika sama-sama sudah dewasa.
Sekali lagi, penulis senang sekali karena film ini mengandung pesan konservasi yang kuat dan sangat relevan dengan kondisi riil di Indonesia saat ini. Sadam diceritakan menjadi seorang aktivis yang militan dalam kegiatan konservasi orang utan di Kalimantan, jenis satwa asli Indonesia yang karismatik dan menjadi perhatian banyak orang, baik dalam maupun luar negeri.
Tidak hanya karismatik dan banyak disukai seperti halnya panda di Tiongkok, faktanya orang utan juga merupakan satwa terancam punah yang keberadaannya perlu dilindungi dan dilestarikan.
Kenapa film Petualangan Sherina 2 disebut mengandung pesan konservasi yang kuat dan sangat relevan dengan kondisi riil di Indonesia? Jalan cerita film yang menceritakan tentang penyelamatan Sayu, si anak orang utan yang diculik, dengan segala aspek yang berkaitan dengannya di dalam cerita film ini, disadari atau tidak oleh penulis cerita, mencerminkan dan menjelaskan tentang konsep dan esensi pentingnya konservasi makhluk hidup, termasuk satwa.
ADVERTISEMENT
Secara teoritis, manusia memiliki kodrat untuk menyayangi dan atau mencintai makhluk hidup lainnya selain manusia. Dalam kerangka keilmuan, fenomena ini disebut dengan istilah Biophilia (bio=hidup, philia=mencintai). Pada tataran akademisi, istilah ini pertama kali digunakan oleh Erich Fromm pada tahun 1973 dan diperkenalkan sebagai teori oleh ilmuwan Amerika yaitu Edward O. Wilson di tahun 1984.
Secara teoritis, menurut Kellert (1993), persepsi manusia terhadap mahluk hidup lainnya dapat dibedakan menjadi sembilan tipe persepsi yaitu: utilitarian (alasan ekonomi), naturalistic (mencintai alam), scientific (penasaran ingin mempelajari alam dan makhluk hidup), aesthetic (makhluk hidup selain manusia memiliki aspek keindahan), symbolic (makhluk hidup selain manusia digunakan sebagai simbol), humanistic (mencintai makhluk hidup adalah bagian dari kemanusiaan), moralistic (mencintai makhluk hidup adalah bagian dari kewajiban moral), dominionistic (makhluk hidup selain manusia harus dikuasai), dan negativistic (persepsi negatif terhadap makhluk hidup lain selain manusia karena dampak negatifnya).
ADVERTISEMENT
Sherina yang awalnya kecewa tidak jadi berangkat ke Eropa untuk liputan berita dan alih-alih meliput pelepasliaran orang utan di hutan Kalimantan, menjadi sangat “terikat” dan berjuang untuk keselamatan Sayu si anak orang utan yang diculik.
Terlepas dari motivasinya membantu Sadam, secara teori Biophilia, Sherina memiliki persepsi atau motif yang kuat terkait aspek utilitarian karena menganggap pelepasliaran orang utan adalah bagian dari konten pekerjaan peliputan beritanya di Kalimantan, yang secara profesional merupakan bagian dari pekerjaannya di sana.
Sherina juga menganggap bahwa orang utan dan hutan Kalimantan adalah bagian dari alam yang penting untuk dipelajari (scientific), menjaganya adalah bagian dari kemanusiaan dan kewajiban moral (humanistic dan moralistic). Motivasi ini tercermin dalam salah satu OST dalam film ini yang berjudul “Sayu”.
Sadam memiliki motivasi yang kuat untuk menjadi penyelamat orang utan, aspek kemanusiaannya, nilai moralnya, dan kecintaannya kepada alam membuatnya terpanggil untuk memperjuangkan penyelamatan orang utan.
ADVERTISEMENT
Sadam memiliki aspek dominan humanistic, moralistic, dan naturalistic. Aspek scientific juga menjadi motivasinya menyelamatkan orang utan karena semangatnya yang besar mempelajari satwa dan alam, ini terlihat dari bagaiman detailnya Sadam menjelaskan tentang peran orang utan di ekosistem hutan Kalimantan dan aspek teknis pelepasliaran orang utan kepada Sherina yang meliput berita pelepasliaran orang utan tersebut.
Orang utan menjadi proxy dari “kaum lemah” dan tidak bisa “bersuara” yang dibela oleh Sadam yang tumbuh menjadi pembela yang lemah, berubah dari asalnya sebagai pelaku bullying pada masa kecilnya, perubahan yang terjadi karena interaksinya dengan Sherina yang diceritakan di Petualangan Sherina 1.
Syailendra dan istrinya Ratih (yang satir-nya diperankan dengan baik oleh Isyana Sarasvati) melihat orang utan, terutama Sayu, sebagai satwa yang menjadi simbol gengsi, kelas ekonomi dan kekuasaan.
ADVERTISEMENT
Mereka melihat Sayu yang notabene adalah satwa liar yang lebih cocok hidup di habitatnya di hutan, sebagai satwa yang harus dikuasai dan dipelihara sebagai pets di kediamannya, dan dipamerkan di media sosial yang menjadi penciri status elite Ratih dan suaminya.
Aspek utilitarian, symbolistic, dan dominionistic menjadi motivasi utama Syailendra dan Ratih menginginkan Sayu menjadi peliharaan di kediaman pasangan suami istri tersebut.
Film Petualangan Sherina 2, disadari atau tidak, telah menyampaikan pesan dengan baik terkait Biophilia (terutama terkait konservasi satwa dan alam) kepada penontonnya. Penonton dapat mengambil hikmah bahwa multi-persepsi dan multi-value dari pentingnya alam dan lingkungan hidup perlu dipahami secara menyeluruh, tidak hanya dari persepsi dominan seseorang atau kelompok.
ADVERTISEMENT
Setiap orang dapat memiliki motivasi dan persepsi yang berbeda tentang satwa, alam, dan kelestarian alam pada umumnya. Hal ini menjadi catatan penting karena kadang kepedulian masyarakat tentang isu alam dan lingkungan yang (mungkin) relatif rendah di Indonesia adalah bukan hanya karena mereka tidak peduli.
Tetapi, karena masyarakat belum well-informed atau teredukasi dengan baik tentang nilai penting dari lingkungan dan alam sekitar bagi kehidupan manusia dan belum menyadari sepenuhnya tentang persepsi utuh pribadinya tentang alam. Pesan konservasi kuat dapat timbul karena film Petualangan Sherina 2 menjadikan spesies karismatik orang utan sebagai isu utama dalam jalan ceritanya.
Terima kasih untuk semua pihak yang terlibat dalam pembuatan film Petualangan Sherina 2 yang telah membawa pesan konservasi yang kuat sekaligus memenuhi ekspektasi banyak penonton.
ADVERTISEMENT