Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Fenomena Iklan Hoax pada Media Sosial menurut Pandangan Etika Bisnis Islam
8 Januari 2023 21:55 WIB
Tulisan dari Dedi Salpian Mugim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Media sosial merupakan media yang memiliki cakupan sangat luas. Oleh sebab itu, setiap pengguna media sosial perlu untuk memiliki tanggung jawab atas apapun yang mereka publikasikan. Termasuk bagi para Pengusaha yang mereka gunakan untuk memasang iklan atas produk yang mereka miliki dengan sealami mungkin.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut sering kita temukan pada media sosial dimana sebagian besar dari Pengusaha mengutamakan penggunaan audio dan visual dalam menyampaikan produk yang mereka jual. Beberapa dari iklan tersebut ada yang benar, namun ada pula yang mengandung informasi palsu atau Hoax.
Meski demikian, kebanyakan masyarakat beranggapan bahwa Hoax hanya sesuatu yang berhubungan dengan sebuah pemberitaan. Namun jika dicermati secara lebih mendalam tentang makna Hoax itu tersendiri, maka banyak sudut pandang yang dapat kita lihat di dalamnya, salah satunya adalah melalui sudut pandang Etika Bisnis Islam.
Iklan Hoax menurut Pandangan Etika Bisnis Islam
Etika bisnis merupakan seperangkat prinsip dan norma tentang para Pengusaha perlu untuk berpedoman padanya dalam hal bertransaksi, berperilaku, dan relasi untuk mencapai tujuan-tujuan bisnisnya. Secara umum, etika bisnis juga dapat didefinisikan sebagai pemikiran kritis tentang moralitas pada sektor ekonomi dan bisnis yang dapat diatur oleh hukum, budaya, dan agama pada suatu lingkungan.
ADVERTISEMENT
Jika membahas soal tentang etika, agama memiliki fungsi sebagai tolok ukur yang absolut untuk menilai suatu kebaikan dalam beretika. Bahkan dalam agama Islam, etika telah di atur berdasarkan Quran dan Sunnah termasuk dalam hal yang berhubungan dengan bisnis. Singkatnya, Etika Bisnis Islam adalah aturan-aturan dalam bisnis yang sesuai dengan seluruh pola bisnis manusia untuk menjadi pribadi yang mementingkan keadilan dan kesejahteraan.
Terdapat beberapa etika dasar yang diterapkan pada konsep Etika Bisnis Islam, antara lain seperti:
1. Kesatuan
Prinsip kesatuan merupakan prinsip paling mendalam dalam diri Manusia. Prinsip ini mengarahkan manusia untuk bertauhid kepada Allah SWT. Dengan begitu, manusia dapat berjalan di jalan yang benar sehingga seluruh permasalahan bersifat duniawi akan dilakukan dengan baik. Pada kasus Hoax yang pada iklan di media sosial, setiap kasus Hoax tidak memiliki konsep kesatuan. Para pelaku Hoax tidak lagi memandang bahwa mereka sedang dalam pengawasan Allah. Maka dapat dikatakan bahwa perilaku Hoax adalah hal-hal yang tidak sesuai dengan prinsip ketauhidan.
ADVERTISEMENT
2. Keseimbangan
Prinsip keseimbangan merupakan prinsip yang mengatur kehidupan manusia untuk tidak berfokus pada kehidupan duniawi. Selain itu, prinsip ini juga berbicara tentang bagaimana seorang Pengusaha menjalankan bisnis mereka dengan jujur. Namun, dalam fenomena Hoax iklan di media sosial beberapa pelakunya telah mengabaikan nilai keadilan dan keseimbangan. Jika dilihat secara lebih jauh, para pelaku penyebaran iklan Hoax tersebut lebih condong mementingkan dunia dengan berprinsip pada keuntungan tanpa memperhatikan kerugian yang di alami oleh orang lain.
3. Kehendak Bebas
Kehendak bebas merupakan kebebasan yang dimiliki oleh Pengusaha dalam memilih maupun menjalankan bisnisnya. Meskipun mereka memiliki kebebasan, tetapi mereka juga perlu untuk diberikan batasan yang sesuai dengan etika yang berlaku dilingkungannya. Dalam etika bisnis islam tersendiri, telah diatur bahwa Pengusaha tidak diperbolehkan mengambil hak orang lain dalam menjalankan bisnisnya meski bisnisnya didasari oleh kebebasan.
ADVERTISEMENT
4. Tanggung Jawab
Salah satu prinsip yang membuat manusia tidak memiliki kebebasan yang mutlak adalah tanggung jawab. Manusia dalam meraih kebebasannya harus memiliki tanggung jawab terhadap semua perilaku yang mereka lakukan. Namun, pada pelaku penyebar iklan Hoax di media sosial tidak sejalan dengan prinsip tanggung jawab dalam ekonomi Islam. Contohnya seperti ketika terdapat seorang Pengusaha yang mengambil sebuah mereka terkenal, apabila pelaku Hoax memliki rasa tanggung jawab maka hal yang pertama mereka lakukan adalah meminta izin terlebih dahulu. Tetapi pada kenyataannya mereka tidak memiliki izin dan tetap menjual dengan mereka tersebut agar memperoleh keuntungan yang mudah.
5. Kebenaran
Prinsip Kebenaran dalam Etika Bisnis Islam sangat menjaga terhadap kemungkinan kerugian salah satu pihak pada suatu transaksi bisnis. Terlebih untuk bisnis yang dipasarkan melalui media sosial, informasi mengenai produk adalah hal terpenting yang paling penting untuk mempertimbangkan keputusan pembelian pelanggan. Namun, fenomena Hoax dalam iklan di media sosial masih banyak yang bertentangan dengan prinsip tersebut. Apabila Hoax disebarkan dan konsumen merasa tertipu maka kepercayaan konsumen pun akan menghilang.
ADVERTISEMENT
Hemat penulis, fenomena Hoax dalam iklan di media sosial merupakan tanda masih kurangnya pengetahuan Pengusaha terhadap Etika Bisnis Islam. Meski tidak semua, sebagian dari pelaku Hoax masih cenderung mendahulukan keuntungan dengan menghalalkan segala cara demi bisnis berkembang dengan pesat dan cepat. Fenomena Hoax tersebut akan terus berubah kedepannya, dengan diiringi semakin canggihnya pengetahuan seseorang dalam menggunakan internet sehingga perlu adanya kecerdasan etika agar fenomena Hoax tersebut tidak semakin beredar luas.
Maka oleh sebab itu, konsep Etika Bisnis Islam dapat dijadikan pedoman kedepannya sehingga Hoax yang beredar akan berkurang, begitu pula orang-orang tidak akan merasa dirugikan. Etika Bisnis Islam merupakan solusi karena menerapkan prinsip agama sebagai sudut pandang yang baik untuk menjalankan bisnis.
ADVERTISEMENT
-
Dedi Salpian Mugim, Mahasiswa Program Studi Bisnis Digital Universitas AMIKOM Purwokerto