Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pendidikan Berkualitas atau Hanya Formalitas? Beban Moral Dibayar Rendah
16 Oktober 2024 10:18 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Dedikasi Untuk Negeri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sistem pendidikan yang berkualitas menjadi cerminan kemajuan suatu negara. Kualitas pendidikan yang tinggi dapat mencerminkan komitmen suatu negara terhadap pengembangan sistem pendidikan yang ada. Negara-negara yang maju, tentunya memiliki sistem pendidikan yang berkualitas, karena mereka menganggap pendidikan menjadi objek vital bagi keberlangsungan hidup masyarakatnya. Dengan adanya pendidikan, bukan hanya mempengaruhi individu saja, tetapi juga dapat berdampak luas pada perekonomian, kondisi sosial, dan juga kebudayaan dari suatu negara. Oleh karena itu, memprioritaskan pendidikan yang berkualitas adalah langkah krusial untuk mencapai kemajuan yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia sendiri, banyak masyarakat yang memilih guru sebagai sebuah profesi. Hal ini dibuktikan dari banyaknya guru di Indonesia, bahkan hingga mencapai ratusan ribu. Para pendidik tentunya memiliki peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta dalam membentuk karakter generasi muda. Setiap guru juga dituntut untuk memiliki dedikasi yang tinggi dalam mendidik dan membimbing peserta didiknya. Tentunya selain ada banyak tuntutan, pendidik juga harus dibebankan dengan tantangan yang terbilang tidak sedikit. Para pendidik harus menghadapi berbagai tantangan dalam dunia pendidikan, seperti keterbatasan fasilitas mengajar, kurangnya pelatihan, kurangnya dukungan dari sekitar, gaji yang tidak seimbang, dan juga beban administrasi yang menganggu fokus dalam mengajar. Lalu sebenarnya, kapan pemerintah peduli akan adanya pendidikan yang benar-benar berkualitas, atau memang pendidikan ada hanya untuk formalitas?
ADVERTISEMENT
Saat ini, pendidikan sering kali dianggap sebagai sekadar formalitas. Di negara ini, berbagai elemen pendidikan cenderung diabaikan. Contohnya, masyarakat sering memandang profesi guru sebagai karier yang kurang prestisius dibandingkan dengan profesi lain seperti dokter atau insinyur. Sebaliknya, di banyak negara, profesi guru dihargai dan mendapatkan penghormatan, yang memberikan rasa bangga bagi para pendidik. Mereka merasa dihargai melalui gaji dan tunjangan yang layak, hal itu tentunya sebanding dengan kontribusi mereka di bidang pendidikan. Selain itu, guru di negara-negara lain juga mendapatkan pengakuan sosial yang tinggi, seperti mereka sering diundang untuk berbicara di acara publik dan dihormati dalam berbagai kegiatan komunitas. Penghargaan ini tentunya jelas berdampak positif bagi perkembangan guru dan siswa. Negara-negara maju tentunya sangat memperhatikan kualitas pendidikan, karena hal itu dapat mencerminkan komitmen mereka terhadap masa depan generasi penerusnya. Dengan pendidik yang berkualitas, diharapkan akan lahir peserta didik yang memberikan dampak positif di masa depan.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks pendidikan, formalitas juga terlihat dalam aspek sistem yang ada, seperti penggajian guru yang dibilang murah. Meski guru memiliki peran krusial dalam mencerdaskan bangsa dan membentuk generasi penerus, banyak dari mereka yang masih menerima gaji yang relatif rendah. Seperti contohnya gaji guru honorer yang hanya 500-700 ribu per bulan. Hal ini tentunya memiliki kesenjangan antara tugas yang diemban oleh guru dengan pengakuan yang diberikan melalu gaji yang sangat minim untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan penghasilan sebesar itu, banyak guru honorer harus mencari sumber pendapatan tambahan untuk mencukupi kebutuhan dasar seperti makanan dan transportasi. Keterbatasan finansial ini juga berdampak pada akses mereka terhadap pelatihan dan pengembangan profesional yang penting untuk meningkatkan keterampilan mengajar.
ADVERTISEMENT
Salah satu cerita yang saat ini banyak diperbincangkan adalah kisah Alvi Noviardi, seorang guru honorer yang telah mengabdikan dirinya di dunia pendidikan selama 36 tahun. Menurut akun Instagram @surakartakita, Alvi mengajar di MA Riyadlul Jannah, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi, Jawa Barat. Selain menjalankan tugasnya sebagai guru, ia juga mencari tambahan pendapatan dengan menjadi pengepul barang bekas. Upahnya yang hanya 10 ribu rupiah per jam pelajaran memaksanya untuk mencari cara lain guna memenuhi kebutuhan kedua anaknya. Kondisi yang dialami Alvi mencerminkan tantangan yang dihadapi banyak guru honorer di Indonesia, di mana dedikasi mereka sering kali tidak diimbangi dengan penghargaan yang layak. Ini menunjukkan perlunya kepedulian yang lebih besar dari pemerintah terhadap kesejahteraan guru honorer. Harapannya, pemerintah dapat lebih memperhatikan nasib guru honorer dengan memberikan imbalan yang adil dan dukungan yang diperlukan, agar mereka dapat terus memberikan kontribusi terbaik dalam pendidikan dan menciptakan generasi yang berkualitas.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, ketidakcukupan gaji dapat menurunkan motivasi guru dalam mengajar dan berpotensi dapat mepengaruhi kualitas pendidikan yang diterima oleh siswa. Stres akibat ketidakpastian finansial ini menciptakan tantangan besar bagi guru honorer dan mencerminkan kurangnya penghargaan yang seharusnya mereka dapatkan. Hal ini membuktikan adanya kesenjangan dalam dunia pendidikan saat ini. Pendidikan yang berkualitas seharusnya didukung dengan pengakuan yang sesuai terhadap peran guru, termasuk dalam hal penggajian. Dengan memberikan gaji yang layak, diharapkan guru dapat lebih fokus dan berkomitmen dalam mendidik siswa, yang pada akhirnya akan berkontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
Dengan demikian, pemerintah harus berperan aktif dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas, bukan sekadar formalitas. Sudah saatnya perhatian lebih diberikan pada dunia pendidikan dan kesejahteraan guru honorer, yang menjadi ujung tombak dalam mencerdaskan bangsa. Dalam upaya ini, setiap langkah yang diambil harus mencerminkan komitmen untuk meningkatkan imbalan dan dukungan bagi para pendidik, agar mereka dapat mengajar dengan penuh semangat dan dedikasi. Dengan langkah yang tepat dan kebijakan yang mendukung, kita bisa memastikan bahwa pendidikan di negara ini tidak hanya memenuhi standar yang ditetapkan, tetapi juga memberikan makna yang mendalam bagi setiap siswa. Mari kita bersama-sama membangun masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan, di mana setiap guru dihargai atas jerih payahnya, dan setiap siswa mendapatkan pendidikan yang berkualitas, bukan hanya formalitas.
ADVERTISEMENT
KUKIN (Kumpulan Karya Indah), Vol. 1.
Penulis: Novia Fitri Zahroh (Part of Education)
Dedikasi Untuk Negeri
#TINDAKAKSINYATA
#MENGABDIUNTUKINDONESIA