Konten dari Pengguna

Otak dan Emosi: Bagaimana Perasaan Kita Mempengaruhi Kesehatan Tubuh Manusia?

Della Putri Kusuma Wardani
Mahasiswa Universitas Brawijaya
7 Desember 2024 20:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Della Putri Kusuma Wardani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: https://www.pexels.com/id-id/
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: https://www.pexels.com/id-id/
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari pengalaman emosional. Kondisi emosi seseorang bisa berubah-ubah tergantung situasi yang tengah dialaminya (Herlina & Novi Yanti, 2022). Baik itu, emosi dalam bentuk kebahagiaan, kesedihan, kemarahan, maupun kecemasan yang memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan fisik manusia. Seringkali muncul emosi negatif seperti stres, cemas, dan depresi menyebabkan gangguan pada tubuh. Misalnya, stres memicu pelepasan hormon kortisol, jika terproduksi berlebihan dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh seseorang. Hal ini, perlu diperhatikan pentingnya pengelolaan emosi yang berdampak negatif pada kesehatan fisik.
ADVERTISEMENT
Disaat merasakan stres membuat kondisi fisik tubuh menjadi rentan terhadap penyakit. Semua hal tersebut berkaitan dengan cara kerja otak yang tidak hanya sebagai pusat pemikiran, tetapi juga meregulasi emosi pada manusia. Hubungan antara pikiran dan tubuh ini sangat kuat, dimulai dari beberapa bagian penting dalam otak yang bertanggung jawab terhadap emosi serta kesehatan fisik kita.

Bagaimana sebenarnya cara kerja otak menghadapi situasi emosional?

Otak manusia merupakan sistem yang kompleks untuk mengatur emosi, yang berpengaruh langsung pada kesehatan fisik. Proses ini melibatkan sistem limbik, yang terdiri dari amigdala, hipokampus, dan hipotalamus. Dimana, sistem limbik akan memproses informasi dari lingkungan dan menentukan respon yang sesuai. Bagian otak yang bernama amigdala mulai merespon aktif emosional seperti takut, cemas, marah, dan bahagia, serta berperan dalam pembentukan memori emosional. Setelah itu, hipokampus bertanggung jawab atas pembentukan dan penyimpanan memori jangka pendek maupun jangka panjang, sementara hipotalamus mengontrol respon fisiologis terhadap stres dengan mengeluarkan hormon seperti adrenalin dan kortisol. Ketika emosi muncul, sistem limbik ini akan mengirim sinyal ke bagian tubuh lainnya, sehingga menyebabkan reaksi fisik seperti peningkatan detak jantung atau keringat dingin sebagai bagian dari respons “fight-or-flight”. Selain itu, juga berefek pada sakit kepala atau migrain hingga mengakibatkan gangguan tidur dan mual yang mengganggu bagian pencernaan. Kemampuan mengendalikan emosi dan mengembangkan pola pikir positif akan sangat membantu, jika dilihat dari sudut pandang ini, untuk beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya, meningkatkan kesejahteraan fisik serta kesehatan emosional (Dr. Liji Thomas, MD, 2022).
ADVERTISEMENT

Cara efektif mengatasi stres akibat emosi

Seseorang yang mengalami gangguan stres, mengalami penurunan daya tahan tubuh dan sulit untuk menangkal virus maupun bakteri yang menyerang, sehingga lebih rentan terkena penyakit. Oleh karena itu, stres berlebih yang berdampak pada kondisi fisik tubuh perlu diatasi dengan cara efektif. Pertama, bisa dengan mengungkapkan keluh kesah pada teman ataupun konsultasi kepada psikolog profesional untuk mendapat dukungan perspektif baru. Kedua, memperkuat kereligiusan untuk mendekatkan diri kepada tuhan, meminta agar selalu diingatkan ikhlas melakukan sesuatu apapun yang dijalani. Ketiga, rutin berolahraga selama 30 menit per hari untuk meningkatkan produksi endorfin, yang membantu meredakan stres. Tidak lupa untuk selalu mengontrol nutrisi makanan untuk tubuh kita. Terakhir, mulai lakukan meditasi atau yoga untuk menenangkan pikiran dan menurunkan kadar hormon stres.
ADVERTISEMENT
Dengan memahami cara kerja otak dalam mengatur emosi dan dampaknya terhadap tubuh, kita dapat lebih sadar akan pentingnya pengelolaan emosi yang baik. Mengatasi stres dan emosi negatif tidak hanya akan meningkatkan kualitas hidup, tetapi juga memperkuat daya tahan tubuh kita terhadap berbagai penyakit. Melalui dukungan sosial, praktik spiritual, olahraga teratur, pola makan sehat, serta teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga, kita dapat menciptakan keseimbangan emosional dan fisik yang lebih baik. Dengan langkah-langkah ini, kita tidak hanya berinvestasi dalam kesehatan mental tetapi juga dalam kesehatan fisik jangka panjang. Mari kita jaga kesehatan emosional dan fisik kita agar dapat menjalani hidup dengan lebih bahagia dan produktif.