Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Lifestyle Akibat dari Permasalahan Sistematis
14 Juni 2022 15:19 WIB
Tulisan dari Della Rahma Bonita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hustle Culture memang sudah menjadi suatu gaya hidup yang dimana seseorang diharuskan untuk kerja terus menerus kapanpun dan dimanapun serta tidak mempedulikan hari libur. Hal tersebut terjadi dikarenakan mungkin saat seseorang bekerja keras, dia merasa puas dan akan merasa untuk bisa lebih cepat sukses kedepannya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, untuk orang yang lebih banyak rebahan itu diasosiasikan dengan malas, dan mereka menganggap bahwa menjadi seorang pemalas tidak akan membuat mereka sukses. Seseorang yang memiliki gaya hidup seperti melakukan hustle terus menerus, hal tersebut membuatnya tidak memiliki waktu untuk melakukan hal-hal lain diluar pekerjaannya.
Sebagai contoh yang seringkali kita temukan yaitu diantaranya saat sedang makan pun, tidak bisa jauh dari laptop atau yang biasa disebut dengan multitasking. Selain itu juga saat berlibur, mereka juga akan terus memikirkan pekerjaannya kapanpun dan dimanapun, tidak peduli walaupun dia sedang berlibur.
Mindset yang seperti ini biasanya dapat membuat mereka yang terlihat bekerja terus menerus akan merasa bangga terhadap dirinya sendiri. "Aku tuh cuma tidur 4 jam, deadline juga banyak yang numpuk, harus banyak kopi nih, kurang tidur banget ", begitulah kira-kira mindset mereka.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini bisa dibilang terjadi pada saat zaman Start-Up, zaman dimana ketika entrepreneurship terutama di kalangan anak muda. Hal tersebut membuat sebagian orang bahkan anak muda mulai untuk terobsesi ingin seperti Steve Jobs, Mark Zuckerberg, dan tokoh-tokoh sukses lainnya.
Elon Musk juga pernah membuat sebuah pernyataan pada laman twitternya dan berkata bahwa seorang yang hanya bekerja 40 jam per minggu tidak akan bisa mengubah dunia, selagi kita mencintai apa yang kita kerjakan hal tersebut bahkan tidak akan terasa seperti pekerjaan.
Apakah kalian setuju dengan hal tersebut?
Adapun permasalahan-permasalahan mengenai gaya hidup yang dihadapi oleh seorang hustle ini antara lain :
ADVERTISEMENT
Dengan adanya hustle culture ini membuat nilai manusia seakan-akan cuma diukur dari kesuksesan finansial saja atau pekerjaannya. Padahal selain hal tersebut juga terdapat nilai-nilai penting lainnya seperti bagaimana hubungan kita dengan orang-orang terdekat dan hubungan kita dengan alam serta nilai-nilai kemanusiaan yang lainnya.
Selama pandemi atau melakukan segala sesuatu di rumah aja, banyak sekali orang yang terobsesi terhadap produktivitas. Produktivitas juga seringkali disalah artikan bahwa untuk mencapai produktivitas, kita diharuskan untuk melakukan banyak aktivitas dalam sehari dan meminimalisir waktu istirahat.
Menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), produktivitas adalah seberapa efisien production input yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu. OECD menemukan bahwa, bekerja dalam kurun waktu yang lama justru dapat mengurangi tingkat produktivitas.
ADVERTISEMENT
Bekerja keras tidak selalu berarti bahwa bekerja dengan efisien. Apalagi kalau kita melakukan suatu pekerjaan dengan cara multitasking, tidak fokus, dan terdapat gangguan dari luar seperti notifikasi sosial media, dan yang lainnya.
Bagaimana dampak hal tersebut terhadap milenial? Milenial adalah generasi yang bisa dibilang generasi workaholic yang sering mengalami burnout.
Kenapa sih kita harus bekerja secara terus menerus?. Ibaratnya kita sedang berada di hutan, dan pastinya kita akan melakukan apapun untuk bertahan hidup, iya kan?.
Hustle Culture adalah salah satu buah dari permasalahan sistematis. Apakah sistematis ini di kemudian hari akan hilang? Kita tidak akan pernah tahu akan hal tersebut.
Nama : Della Rahma Bonita
NIM : 082111333065
ADVERTISEMENT
Kelas : Logika dan Pemikiran Kritis D-1.20
Fakultas : Sains dan Teknologi
Prodi : Fisika