Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Tradisi Sasi : Kearifan Lokal Yang Melestarikan Alam Maluku
1 Desember 2024 13:37 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Delon Nifaan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di tengah kemajuan zaman dan modernisasi yang pesat, masyarakat adat Maluku tetap memelihara suatu tradisi yang telah ada sejak abad ke-16, yaitu Sasi. Tradisi ini bukan hanya ritual adat, melainkan bentuk nyata pengolahan alam yang berkelanjutan serta warisan yang tak ternilai harganya. Dengan prinsip dasar untuk tidak mengambil hasil alam secara sembarangan. Sasi mengajarkan kita untuk hidup berdampingan dengan alam, menjaga kelestariannya, serta memastikan bahwa sumber daya alam tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Menghormati Alam dan Menghidupkan Tradisi Sasi
ADVERTISEMENT
Tradisi Sasi bukanlah sekedar larangan, melainkan sebuah praktik bijak yang melibatkan waktu dan tempat untuk memanen hasil alam. Istilah "Sasi" berasal dari kata "Sanksi", yang mengacu pada larangan untuk mengambil sumber daya alam baik itu hasil laut atau darat, selama periode tertentu
Hal ini bertujuan agar ekosistem dapat pulih dan memberikan hasil yang optimal di kemudian hari. Seperti yang terjadi di Maluku Barat Daya dengan area sasi laut mencakup 514, 12 hektare, masyarakat setempat memberlakukan sasi laut untuk biota tertentu seperti teripang, dan siput Lola. Selama periode Sasi, biota-biota ini dibiarkan berkembang biak tanpa gangguan. Setelah waktu yang ditentukan, barulah hasil laut ini dipanen secara bersama-sama oleh masyarakat. Penelitian ini juga menunjukan bahwa Sasi berperan penting dalam menjaga keanekaragaman hayati, karena hampir 80% keanekaragaman hayati dunia berada di wilayah yang dikelola oleh masyarakat adat (Rakuasa & Pinoa, 2023).
ADVERTISEMENT
Tujuan dan Makna Sasi bagi Masyarakat Maluku
Tradisi Sasi lebih dari upacara adat, ia mengandung nilai kehidupan yang dalam. Tujuan utama dari sasi adalah untuk menjaga kelestarian alam, memastikan bahwa sumber daya alam tetap ada untuk generasi mendatang, dan menjaga keseimbangan ekosistem. Namun, ada tujuan lain yang tak kalah penting, yaitu memelihara tata krama kehidupan masyarakat. Dalam hal ini, Sasi berfungsi sebagai pengingat agar masyarakat tetap hidup selaras dengan alam dan tidak mengeksploitasi alam secara berlebihan (Hutapea & Lestarini, 2023).
Penerapan Sasi di Maluku, baik di darat maupun di laut, juga berfungsi untuk mencegah konflik antar masyarakat. Dengan adanya aturan yang jelas, setiap individu tau kapan dan di mana mereka dapat mengakses sumber daya alam, serta bagaimana cara yang benar untuk melakukannya. Ini adalah salah satu contoh nyata bagaimana tradisi dan hukum adat berperan dalam menciptakan keharmonisan sosial (Saimima & Unitly, 2023).
ADVERTISEMENT
Cara Kerja Sasi melalui Ritual dan Aturan yang Mengikat
Masyarakat adat Maluku memiliki cara yang unik dalam menentukan kapan suatu daerah atau sumber daya alam dapat dimanfaatkan. Setiap tempat yang diberlakukan Sasi biasanya memiliki waktu tertentu yang di atur melalui ritual adat, seperti kepala desa atau kepala kewang, akan mengumumkan bahwa periode larangan untuk mengambil hasil laut telah dimulai (Alvayedo & Erliyana, 2022). Setelah periode Sasi berakhir, masyarakat akan melakukan "Buka Sasi", yang berarti hasil alam seperti ikan, hasil laut, atau hasil kebun dapat di panen secara bersamaan. Di sini, kebersamaan dan kekeluargaan sangat ditekankan, karena sasi mengajarkan bahwa hasil alam harus dinikmati bersama, bukan untuk individu atau kelompok tertentu saja.
Tradisi Sasi mengajarkan kita untuk tidak serakah terhadap alam, menghormati siklus alami, dan memastikan bahwa kita tidak merusak alam demi keuntungan sesaat. Keberlanjutan ini bukan hanya untuk masyarakat adat Maluku, tetapi juga untuk dunia secara keseluruhan. Dengan adanya Sasi, masyarakat Maluku telah mengajarkan kita bahwa pengolahan sumber daya alam yang bijak dan berkelanjutan adalah kunci untuk keberlangsungan hidup kita di masa depan.
ADVERTISEMENT
Tradisi Sasi juga mengingatkan kita bahwa manusia dan alam harus berjalan beriringan. Jika alam diberi kesempatan untuk pulih, maka ia akan memberikan hasil yang lebih baik di masa depan. Seperti yang dijelaskan oleh Saimima (2023), Sasi adalah contoh bagaimana kearifan lokal bisa menjadi solusi bagi tantangan lingkungan yang kita hadapi sekarang.
Kata Kunci: Sasi, Kearifan Lokal, Maluku, Konservasi Alam, Tradisi Adat, Kelastarian Alam, Keberlanjutan, Hukum Adat, Ekosistem, Generasi Mendatang, Ritual Adat, Larangan, Sumber Daya Alam, Buka Sasi, Kehidupan Sosial, Harmoni Alam, Pengelolaan Lingkungan, Hasil Laut, Hasil Darat, Kehidupan Berkelanjutan, Tata Krama, Kebersamaan, Kekeluargaan, Konflik Sosial, Periode Larangan, Kepala Kewang, Kepala Desa, Teripang, Siput Lola, Keanekaragaman Hayati, Pengelolaan Sumber Daya, Siklus Alami, Tidak Serakah, Generasi Penerus, Maluku Barat Daya, Maluku Tengah, Haruku, Layeni, Keselarasan, Hukum Lingkungan, Tinjauan Adat, Kehidupan Masyarakat, Alam Berkelanjutan, Sumber Daya Laut, Kehidupan Adat, Keseimbangan Ekosistem, Aturan Adat, Pemulihan Alam, Nilai Tradisi, Warisan Budaya, Solusi Lingkungan, Pengelolaan Bijak, Tantangan Lingkungan, Antropologi, Universitas Kristen Satya Wacana, UKSW, Sosiologi.
ADVERTISEMENT
Sumber:
Alvayedo, M. B., & Erliyana, A. (2022). Tinjauan hukum kedudukan dan keterlibatan kearifan lokal masyarakat adat maluku berupa sasi dalam pengelolaan lingkungan hidup. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan), 6(3). http://dx.doi.org/10.58258/jisip.v6i3.3220
Hutapea, H. M., & Lestarini, R. (2023). Tinjauan Kedudukan Dan Peran Kunci Intelektualitas Adat Sasi di Maluku Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Cakrawala Repositori IMWI, 6(1), 93-102. https://doi.org/10.52851/cakrawala.v6i1.161
Rakuasa, H., & Pinoa, W. S. (2023). Pemetaan Kearifan Lokal Budaya Sasi Laut di Negeri Nuwewang Kecamatan Pulau Letti, Kabupaten Maluku Barat Daya. Jurnal Geografi, 19(1), 1-9. https://doi.org/10.35508/jgeo.v19i1.11679
Saimima, J. M., & Unitly, A. J. A. (2023). SASI SEBAGAI BUDAYA KONSERVASI. Penerbit Widina. Hal 60-68