Konten dari Pengguna

Iblis Itu Musuh atau Alat Naik Kelas?

Nanda Pratama
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jambi
4 September 2023 10:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nanda Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi berdoa. Foto: Billion Photos/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi berdoa. Foto: Billion Photos/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanan spiritual dan iman, kita sering kali dihadapkan pada tantangan yang menguji keteguhan kita. Terkadang, kita merasa iman kita naik turun seperti gelombang laut yang tak pernah tenang.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini telah mendapat perhatian lama dalam sejarah agama dan filsafat. Ada pepatah yang mengatakan, "Pagi beriman, sore sudah kafir," yang mencerminkan perubahan drastis dalam keadaan spiritual seseorang dalam waktu yang singkat.
Namun, perlu diingat bahwa Allah, Tuhan Yang Maha Pengampun, selalu membuka pintu taubat bagi hamba-Nya. Pintu taubat ini tak terbatas, seperti laut yang luas.
Kita, sebagai manusia, sering terperosok dalam dosa, bertaubat, dan kemudian kembali berdosa dalam siklus yang tampaknya tak berujung. Pertanyaannya adalah, seberapa adil kita menyalahkan iblis sebagai satu-satunya penyebab segala kesalahan kita?
Dalam diskusi ini, kita akan mencoba melihat peran iblis dalam perspektif yang lebih kritis. Untuk melakukannya, kita akan merujuk pada buku "Iblis Menggugat Tuhan" yang ditulis oleh Shawni. Buku ini bukanlah cerita dari sudut pandang iblis itu sendiri, tetapi upaya untuk memahami fenomena ini dari perspektif yang berbeda.
Ilustrasi iblis. Foto: Shutter Stock
Iblis, menurut agama-agama Abrahamik, adalah makhluk ciptaan Allah. Dalam kitab suci, kita menemukan bahwa iblis diutus oleh Tuhan untuk menggoda manusia.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, iblis menjalankan perintah dari Yang Maha Kuasa. Ini adalah titik yang menarik untuk dipertimbangkan. Kita sebagai manusia juga diperintahkan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya.
Meskipun kedua perintah ini berlawanan dalam tujuannya, keduanya berasal dari satu pemerintahan yang sama. Jika iblis memutuskan untuk tidak mengikuti perintah Tuhan, seperti yang dilakukan oleh manusia yang ingkar, maka iblis akan menghadapi konsekuensi yang sama.
Pertanyaannya adalah, apakah pantas kita mengutuk seseorang yang sedang menjalankan perintah Tuhan, meskipun perintah tersebut mungkin tampak bertentangan dengan kepentingan kita?
Mungkin sudah waktunya bagi kita untuk mengambil pendekatan yang lebih bijak dalam menghadapi masalah ini. Seringkali, kita cenderung menyalahkan iblis atas semua keburukan yang kita lakukan, sementara kita lupa bahwa kita memiliki kebebasan untuk membuat pilihan. Kami juga memiliki tanggung jawab pribadi atas tindakan kami.
ADVERTISEMENT
Mengakui peran iblis dalam agama kita dapat membantu kita memahami ujian dan godaan dalam hidup, tetapi kita juga harus mengenali tanggung jawab kita dalam menghadapinya.
Mari kita tingkatkan iman kita dengan menjalankan perintah Allah dengan bijak dan bertanggung jawab, bukannya terlalu fokus menyalahkan iblis sebagai scapegoat utama atas tindakan kita. Dengan demikian, kita dapat lebih sistematis dalam mendekati konsep ini dan mengambil hikmah yang lebih dalam.