Konten dari Pengguna

Phubbing: Menyepi di Tengah Keramaian

Nanda Pratama
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jambi
18 November 2023 17:21 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nanda Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi menggunakan HP. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menggunakan HP. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ketika jumlah pertumbuhan manusia menembus angka 8 miliar, kita juga menyaksikan lonjakan dramatis dalam penggunaan ponsel yang mencapai 7, sekian miliar. Ponsel, teman setia di perjalanan duniawi, membawa kita ke dunia maya yang seringkali terasa lebih hangat daripada kehidupan nyata.
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanan ini, muncul ungkapan menarik bahwa ponsel dapat mendekatkan yang jauh sekaligus menjauhkan yang dekat. Fenomena ini dikenal dengan istilah sosiologi yang menarik, yaitu Phubbing - singkatan dari phone snubbing.
Ketika seseorang lebih memperhatikan notifikasi ponsel daripada percakapan langsung, kita menjadi saksi pelurusan kehidupan sosial yang seharusnya penuh warna. Phubbing tidak hanya merugikan, tetapi juga bisa memisahkan kita dari momen-momen berharga bersama orang terdekat.
Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, dampak phubbing tidak boleh diabaikan. Penurunan empati, keterlibatan yang kurang, dan kehilangan nuansa komunikasi non-verbal semuanya menyusutkan kehangatan interaksi manusiawi.
Perlunya strategi dini dalam meminimalisasi dampak dari Phubbing, seperti di lingkungan sekolah, karena anak hampir setengah dari harinya di habiskan di sekolah. Perlu adanya kebijakan-kebijakan yang lebih mengikat terkait pembatasan penggunaan ponsel di lingkungan sekolah, penyuluhan kepada orang tua murid, serta memperbanyak aktivitas tanpa ponsel.
ADVERTISEMENT
Untuk menciptakan masa depan yang hangat dan penuh warna, perlu pemikiran matang dalam merencanakan interaksi sosial. Kesadaran akan dampak phubbing adalah langkah awal, diikuti dengan tindakan nyata untuk mengatasi kecenderungan tersebut.
Mungkin saatnya kita memandang ponsel sebagai alat bantu, bukan sebagai penghalang. Mengembangkan kebiasaan sehat dalam penggunaan teknologi, menetapkan batasan waktu layar, dan memberi prioritas pada interaksi manusiawi adalah langkah-langkah praktis menuju masa depan yang lebih hangat dan akrab.
Sejalan dengan pertumbuhan manusia, mari bersama-sama memastikan bahwa kehangatan interaksi tidak hanya menjadi impian indah di dunia maya tetapi juga realitas yang kita bangun dalam setiap momen bersama.