Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Belajar Menjaga Alam Melalui Kearifan Lokal Tanah Iban
14 Juli 2021 12:18 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Dewi Aspara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahukah Anda Keberadaan Tanah Iban? Ya, daerah yang sempat menjadi sorotan di Film Semesta.
Sedikit orang yang tau mengenai keasrian Tanah Iban. Daerah yang berlokasikan di Kalimantan Barat, Sarawak, dan Brunei ini merupakan salah satu suku Dayak yang ada di Kalimantan. Memiliki keindahan alam yang sangat alami serta kebiasaan masyarakat adatnya yang masih berpegang teguh untuk menjaga keasrian alamnya.
ADVERTISEMENT
Sangat jarang memang jika dibandingkan dengan berbagai daerah yang menginginkan kehidupan modern dan canggih. Tanah Iban justru sebaliknya, tradisi yang sejak lama sudah diwariskan turun temurun ini selalu menjadi pegangan teguh masyarakat Iban.
Mereka mempercayai bahwa alam adalah pemberian dari sang pecinpta yang haram hukumnya untuk dirusak. Jangankan dirusak untuk menginjakkan kaki ke dalam hutan saja mereka memiliki aturannya tersendiri.
Hutan Iban mendapat pengakuan sebagai hutan adat. Hutan tersebut dibagi menjadi 3 kelompok yang boleh diolah, tidak boleh diolah, dan yang hanya boleh diambil daunnya saja, tidak ditebang. Penduduk Iban mencari kayu bakar yang dimanfaatkan untuk memasak dan menganyam kebutuhan mereka sendiri, tidak untuk di jual.
Selain itu, ada pula hal yang dilarang di suku Iban, yaitu tempat-tempat sakral di tengah hutan banyak karena mereka sangat menghargai hutan, di sana tempat ibadah mereka dan beberapa burung untuk tidak diburu. Pepohonan yang tidak boleh dipetik buahnya kecuali memang sudah jatuh.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Iban juga selalu mengingatkan kembali dan membacakan kisah sejarah leluhurnya. Terdapat manuscript kuno terbuat dari kulit kayu dan ada pembacanya. Sang pembaca naskah tersebut, melantunkan ceritanya tentang kejayaan masa lalu, nenek moyang mereka. Masyarakat Iban mendengarkan petuah leluhurnya dengan seksama.
Di Tanah Iban juga tidak memanfaatkan cahaya lampu layaknya di kota, mereka menggunakan cahaya lilin sebagai penerangan. Mungkin, bagi Sebagian orang hal ini cukup primitif, konservatif dan kolot. Namun, siapa yang sangka kelestarian serta autentisitas Tanah Iban hingga detik ini masih terjaga.
Dewasa ini, sangat sulit bukan mencari daerah yang masih menjaga alamnya, masih merawat buminya dengan sepenuh hati.
Menjaga Bumi dari Perubahan Iklim
Isu-isu perubahan iklim memang nyata, harusnya tak hanya masyarakat Iban saja yang dapat berjuang mempertahankan alamnya. Kita sebagai makhluk bumi pun harus mengambil andil dalam mengatasi perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
Memang dampaknya tak kita rasakan, memang sekarang ini kita masih dapat menghirup udara di pagi hari, memang bencana alam yang hebat mungkin belum menghampiri di depan mata kita.
Namun, apakah kita harus menunggu semua itu datang? Dan baru bertindak?
Bukankah itu hal yang sangat klise?
Tak ada salahnya lho kita mulai menjaga tempat tinggal satu satu-nya manusia ini, satu – satunya planet yang memberikan kehidupan bagi triliunan manusia, yakni bumi.
Akankah kita mau untuk dikenang sebagai generasi yang tak memedulikan alam?
Ayo ubahlah kebiasaanmu, lihatlah sekelilingmu dan mulai selamatkan bumi. (Dewi Aspara/Politeknik Negeri Jakarta)