Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menilik Rafflesia di Timur Pulau Kalimantan
26 Juni 2024 10:11 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Dewi Lestari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ekspedisi Rafflesia
ADVERTISEMENT
Sejak tahun 2019 lalu, terdapat pemberitaan di media massa dan sosial media mengenai tumbuhnya Rafflesia di ujung timur pulau Kalimantan, yaitu di Teluk Sumbang, kecamatan Biduk-Biduk, Berau, Kalimantan Timur. Empat orang peneliti dari BRIN dan Botanika yang bekerja sama dengan Scientific Exploration Society pun berusaha menyusuri dan mengkonfirmasi keberadaan tumbuhan parasit yang langka ini dengan menyelenggarakan sebuah ekspedisi, yaitu Ekspedisi Rafflesia. Ekspedisi Rafflesia ini dilakukan selama sepuluh hari, yaitu pada 24 April 2024 – 3 Mei 2024. Tujuan ekspedisi ini adalah untuk memastikan spesies dari Rafflesia tersebut, mengumpulkan data populasi dan data ekologi, serta mengumpulkan sampel genetik tumbuhan asosiasi dan spesimen tumbuhan hidup untuk dikonservasi secara ex-situ di Kebun Raya Purwodadi.
ADVERTISEMENT
Teluk Sumbang yang menjadi lokasi ekspedisi berada di sebuah teluk di sisi timur Pulau Kalimantan yang menghadap langsung ke Selat Makassar. Kawasan ini termasuk dalam lanskap karst Mangkalihat. Kawasan karst di Teluk Sumbang hampir mencapai luas sekitar 7.425 hektar. Selain berbatasan langsung dengan laut, Kampung Teluk Sumbang dikelilingi oleh hutan desa yang luasnya kurang lebih 1.000 hektar.
Saat ini Kampung Teluk Sumbang memiliki luas wilayah 9.873.966 hektar dan dihuni oleh sekitar 237 kepala keluarga atau sekitar 817 jiwa. Mayoritas penduduknya adalah suku Bugis dan Dayak Basap, yang bermata pencaharian utama sebagai petani, peladang, dan nelayan. Masyarakat Dayak Basap awalnya hidup nomaden, berpindah dari satu tempat ke tempat lain di dalam hutan. Sejak tahun 1990-an, mereka mulai menetap dan menempati hunian permanen di selatan kampung Teluk Sumbang. Saat ini, mereka masih mempraktekkan perladangan berpindah di dalam hutan, menanam padi gunung, tebu, cabai, singkong, ubi jalar, pisang dan berbagai tumbuhan lain yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Mereka juga memanfaatkan berbagai sumber daya hutan, seperti madu hutan, durian hutan, ubi liar, rotan, dan banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Ekspedisi Rafflesia dilakukan dengan melibatkan bantuan masyarakat sekitar, yaitu tiga pemuda Dayak Basap dan seorang Bugis. Bersama merekalah tim menjelajahi berbagai penjuru hutan desa untuk mencari bulikalak, nama lokal untuk menyebut Rafflesia.
Selama lima hari perjalanan mengekpslorasi hutan untuk menemukan Rafflesia, cuaca yang tidak menentu dan tidak mendukung menjadi salah satu tantangan yang cukup signifikan. Meski demikian, ekspedisi Rafflesia tetap berjalan dengan mengoptimalkan logistik dan peralatan yang telah disiapkan.
Dari ekspedisi Rafflesia tersebut, ditemukanlah 4 populasi Rafflesia yang terdiri dari beberapa puluh individu hidup maupun telah mati busuk. Terdapat pula bunga pasca mekar maupun beberapa buah yang diharapkan akan menjamin keberlanjutan populasi Rafflesia di hutan desa tersebut. Populasi Rafflesia ini ditemukan pada ketinggian 200-300 meter di atas permukaan laut, di kondisi yang sangat teduh, dengan suhu dan kelembaban yang relatif tinggi. Habitatnya memiliki pH tanah yang cukup asam, yaitu 4 - 5, dengan kondisi tanah yang sangat lembab.
Dua individu Rafflesia sp. yang ditemukan pada tahap perigone telah dimangsa cukup parah, meninggalkan bekas luka besar di bawah kenop sehingga memicu terjadinya pembusukan. Pada akhirnya, perigone tersebut mati, tidak mencapai tahap mekar, sehingga identifikasi spesies melalui pengamatan morfologi tidak dapat dilakukan. Camera trap dipasang di plot ini untuk mempelajari pola predasi dan akibatnya bagi keberlanjutan populasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Temuan lain dari ekspedisi ini adalah ditemukannya marga dari famili Rafflesiaceae yang belum pernah dilaporkan sebelumnya di kawasan ini, yaitu Rhizanthes sp. Selain itu, ekspedisi ini juga berhasil mengumpulkan 18 nomor tumbuhan asosiasi berbentuk material hidup untuk dikonservasi secara ex situ di Kebun Raya Purwodadi. Salah satunya adalah Mangifera pajang, spesies mangga endemik dengan berstatus konservasi rentan. Ini merupakan catatan lokasi baru untuk jenis tersebut.
Di akhir ekspedisi dilakukanlah kegiatan berbagi pengetahuan dengan masyarakat lokal. Acara ini dihadiri oleh 20 orang pemuda dan tokoh masyarakat. Dalam acara ini, berbagai pengetahuan tentang Rafflesia dibagikan: tentang apa itu tumbuhan Rafflesia, apa pentingnya Rafflesia ini bagi kehidupan kita, mengapa harus dikonservasi dan apa partisipasi yang bisa dilakukan. Sesi berbagi pengetahuan ini diharapkan akan meningkatkan pengetahuan masyarakat sekitar sehingga kesadaran mereka untuk berpartisipasi dalam konservasi Rafflesia akan meningkat. Dengan demikian, populasi Rafflesia yang ada di kawasan ini diharapkan akan terus lestari, dapat dinikmati oleh anak cucu kita di masa depan.