Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menyingkap Mitos Lewat Kacamata Filsafat Rasional
30 November 2024 16:57 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Dewi Yulia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mitos telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia sejak lama. Salah satunya adalah keyakinan bahwa jika ada kupu-kupu masuk rumah, itu pertanda akan ada tamu. Atau larangan duduk di depan pintu karena dianggap bisa mengundang sial. Mitos-mitos ini terus hidup di tengah masyarakat, meski kita hidup di era yang sudah sangat modern. Pertanyaannya, apakah mitos ini masih relevan? Bagaimana jika kita mencoba melihatnya melalui lensa filsafat yang mengedepankan rasionalitas?
ADVERTISEMENT
Filsafat, yang lahir sebagai upaya menggantikan sistem penjelasan mitologis dengan penjelasan rasional, mengajak kita untuk menanggalkan pemikiran mistis. Dengan alat analisis berupa akal budi, filsafat berusaha mengarahkan manusia pada pemahaman yang lebih logis. Tidak sekadar menolak mitos, filsafat menawarkan cara berpikir yang lebih kritis terhadap kepercayaan yang sudah lama mengakar.
Mengapa Mitos Tetap Dipercaya?
Mitos tidak muncul begitu saja. Ia adalah warisan dari generasi ke generasi yang bertahan sebagai bagian dari budaya masyarakat. Sebagai contoh, mitos kupu-kupu masuk rumah yang diyakini sebagai pertanda datangnya tamu. Bagi masyarakat yang hidup dalam ketidakpastian zaman dulu, kepercayaan semacam ini memberikan rasa aman dan kontrol atas hal-hal yang tidak bisa mereka pahami.
Namun, jika kita menelaah dengan pendekatan rasional, kehadiran kupu-kupu di dalam rumah mungkin lebih mudah dijelaskan secara ilmiah seperti kupu-kupu tersebut tertarik pada cahaya atau aroma bunga. Begitu pula, larangan duduk di depan pintu mungkin dianggap tidak sopan atau agar tidak menghalangi jalan masuk dan keluar rumah, bukan karena alasan mistis.
ADVERTISEMENT
Menggantikan Mitos dengan Akal Budi
Dalam filsafat, akal budi adalah alat utama untuk menganalisis dan memahami dunia. Dengan berpikir kritis, kita dapat membedakan mana kepercayaan yang didasarkan pada logika dan mana yang hanya mitos belaka. Sebagaimana dikatakan oleh filsuf Yunani, Aristoteles, "Manusia adalah hewan rasional." Artinya, manusia memiliki kemampuan untuk berpikir logis dan memahami dunia melalui akal budi, bukan sekadar mengikuti tradisi atau kepercayaan tanpa dasar.
Meskipun banyak orang merasa lebih nyaman dengan kepercayaan yang telah lama ada karena mitos sering kali melibatkan nilai-nilai budaya yang kuat, tapi filsafat menawarkan pemahaman yang lebih mendalam dan terukur. Ketika kita menerima begitu saja bahwa kupu-kupu adalah simbol datangnya tamu tanpa mengkritisi, kita sebenarnya sedang mengesampingkan kemampuan rasional kita sebagai manusia. Filsafat mengajarkan bahwa kita seharusnya tidak hanya menerima sesuatu tanpa bertanya, terutama dalam dunia yang bisa dijelaskan melalui hukum-hukum alam dan ilmu pengetahuan.
ADVERTISEMENT
Apa Dampaknya Jika Terus Percaya pada Mitos?
Mempertahankan kepercayaan pada mitos tanpa dasar rasional sebenarnya bisa berbahaya. Misalnya, larangan duduk di depan pintu bisa berujung pada pembatasan tindakan sehari-hari yang seharusnya lebih fleksibel. Alih-alih mengikuti aturan tak terlihat, filsafat mengajak kita berpikir apakah tindakan tersebut memang berdasar atau sekadar tradisi yang sudah tidak relevan.
Selain itu, di zaman yang semakin maju ini, terus mempercayai mitos bisa menghambat perkembangan sains dan pengetahuan. Mitos sering kali membuat kita berhenti mencari jawaban yang lebih masuk akal karena kita sudah puas dengan penjelasan mistis. Padahal, di balik fenomena yang dianggap "misterius," sering kali ada penjelasan ilmiah yang lebih masuk akal dan bisa dipelajari.
Mengakhiri Mitos dengan Rasionalitas
ADVERTISEMENT
Filsafat menawarkan kita cara untuk bergerak maju dari penjelasan mitologis menuju penjelasan rasional. Dengan menggunakan akal budi, kita bisa menggantikan kepercayaan lama yang tidak lagi relevan dengan pengetahuan yang lebih rasional dan logis. Di dunia yang semakin kompleks ini, filsafat memberi kita alat untuk tidak hanya mempertanyakan mitos, tetapi juga memahami dunia dengan lebih baik.
Pada akhirnya, filsafat bukan hanya usaha untuk mencari kebenaran yang lebih mendalam, tetapi juga cara untuk membebaskan diri dari belenggu kepercayaan yang tak berdasar. Dengan terus berpikir kritis, kita dapat membangun cara pandang yang lebih rasional dalam menghadapi mitos-mitos yang masih ada di sekitar kita.