Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Fatherless, Takut Menikah: Apa Hubungannya?
1 Desember 2024 13:30 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Marhatrisya Deyhan Somi Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah terlintas di pikiranmu apa itu sosok ayah? Ayah merupakan sosok yang menjadi panutan bagi anaknya, khususnya anak perempuan. Peran seorang ayah sangat penting, namun tidak semua ayah dapat memenuhi tanggung jawabnya terhadap tumbuh kembang seorang anak. Pada era sekarang, banyak perempuan memiliki kecemasan dalam menjalin sebuah hubungan rumah tangga. Kondisi ini disebabkan oleh fatherless. Delvia Sinca (2022) mengatakan bahwa fatherless berasal dari kata father ‘ayah’ dan less ‘kurang’. Kondisi ini mengacu pada kurangnya peran seorang ayah dalam kehidupan seorang anak. Kondisi ini tidak dapat dibiarkan begitu saja. Oleh sebab itu, kita akan menggali lebih dalam mengenai dampak yang ditimbulkan dari fatherless, bagaimana kondisi fatherless mengubah perspektif seorang individu terhadap sebuah pernikahan, dan cara mengatasi kecemasan dalam membangun sebuah rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Dampak Fatherless terhadap Perempuan
Anak perempuan cenderung merasakan kekurangan teladan dan kehilangan arah tanpa sosok seorang ayah. Ketiadaan ayah ini dapat memberikan dampak negatif pada seorang anak hingga ia dewasa. Salah satu dampak negatifnya yaitu timbulnya kecemasan terhadap anak perempuan dalam menjalin sebuah hubungan dengan lawan jenis, karena sosok ayah sangat berperan penting dalam mengarahkan anak perempuannya dalam memilih calon pasangan yang baik.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Delvia Sinca (2022) menunjukkan bahwa anak yang di masa kecilnya mengalami fatherless menghadapi kesulitan dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis yang sehat, mencari perhatian yang tidak ia dapatkan dari sosok ayah di luar rumah dengan berpacaran yang melewati batas, dan ada juga yang menghindar agar tidak terjadinya interaksi dengan lawan jenis. Hal ini juga dikuatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Junaidin et al. (2023) menjelaskan bahwa seorang perempuan cenderung menghindari berhubungan dengan lawan jenis, mereka membatasi agar tidak terjadinya interaksi sedikit pun.
ADVERTISEMENT
Takut Menikah: Apa Penyebabnya?
Terdapat penyebab yang menjadikan seorang anak perempuan takut akan menikah. Kondisi ini dipicu oleh ketiadaan sosok ayah yang dapat disebabkan oleh konflik rumah tangga yang menjurus ke perceraian. Sebuah perceraian menimbulkan trauma bagi perempuan sehingga ia takut akan mendapatkan pasangan seperti ayahnya. Pada penelitian Delvia Sinca (2022) disebutkan bahwa, perempuan yang sudah dewasa memiliki ketakutan akan timbulnya suatu konflik dalam berumah tangga. Kondisi ini bisa jadi dikarenakan kekecewaannya terhadap kehidupan keluarga atau pernikahan yang tidak bahagia dan trauma perceraian yang menghantui hidupnya.
Menghadapi Kecemasan Menikah
Dalam menghadapi kecemasan menikah ini, diperlukan adanya optimisme bahwa pernikahan bukanlah suatu hal yang menakutkan. Dengan adanya trauma di masa lalu tentang kondisi fatherless, diharapkan para perempuan dapat bijak dalam mengatasi kecemasannya, serta memahami dan menghadapi trauma masa lalu yang pernah ia dapatkan. Hal yang dapat dilakukan ialah menimbulkan sikap positif dalam memandang sebuah jalinan dengan lawan jenis, karena dengan begitu para perempuan dapat membangun sebuah hubungan yang sehat dengan pasangannya. Sebuah hubungan yang sehat menandakan bahwa ia telah terlepas dari belenggu trauma masa lalunya.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, artikel ini bertujuan untuk menghimbau para pembaca untuk tidak menyepelekan kondisi “fatherless” karena dapat menyebabkan kecemasan untuk menjalin sebuah pernikahan.. Walaupun begitu, kondisi ini harus kita atasi dengan bijak. Dalam memberantas kondisi ini dengan menumbuhkan sikap optimisme, diharapkan para perempuan dapat terlepas dari traumanya.
Referensi:
Sinca, D. (2022). Sikap Perempuan Fatherless dalam Memilih Calon Pasangan Hidup (Studi Kasus di Pino Raya Kabupaten Bengkulu Selatan). Doctoral Dissertation, 4–6. http://repository.iainbengkulu.ac.id/8093/
Junaidin, J., Mustafa, K., Hartono, R., & Khoirunnisa, S. (2023). Kecemasan terhadap Pernikahan pada Perempuan Dewasa Awal yang Mengalami Fatherless. Journal on Education, 5(4), 16649–16658. https://doi.org/10.31004/joe.v5i4.2839