Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Menjaga Kelestarian Reog Bendungan : Transformasi Ritual ke Seni Pertunjukan
12 Agustus 2024 18:33 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Diah Widia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kulurejo (2/8) Kesenian desa sebagai cerminan jiwa dan semangat masyarakatnya merupakan aset berharga yang perlu dilestarikan. Di tengah derasnya arus globalisasi yang membawa pengaruh budaya asing, keberadaan kesenian desa semakin terancam. Oleh karena itu, upaya untuk memperkenalkan kesenian desa kepada masyarakat luas menjadi semakin mendesak.
ADVERTISEMENT
Kesenian desa memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga identitas dan keberagaman budaya suatu bangsa. Setiap daerah memiliki kekhasan dalam bentuk tarian, musik, seni rupa, dan berbagai bentuk ekspresi lainnya. Kesenian ini tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga mengandung nilai-nilai filosofis, sejarah, dan sosial yang mendalam. Dengan mengenal kesenian desa, kita dapat lebih memahami akar budaya bangsa dan menghargai keberagaman yang ada. Di Desa Kulurejo tepatnya di Dusun Bendungan masih dilestarikan sebuah Kesenian Reog. Namun, minim dalam pendokumentasian sehingga belum banyak dikenal oleh masyarakat luas.
Kesenian Reog yang berasal dari Dusun Bendungan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya masyarakat setempat. Tradisi ini telah berlangsung turun-temurun sejak zaman nenek moyang. Awalnya, kesenian ini memiliki makna sakral sebagai ritual memohon hujan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kepercayaan masyarakat Bendungan, pertunjukan Reog dianggap sebagai 'perantara' untuk mengundang turunnya hujan, sebuah keyakinan yang telah teruji kebenarannya melalui pengalaman turun-temurun. Konon, jika pertunjukan Reog digelar pada siang hari, maka malam harinya hujan akan turun.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, fungsi Reog Bendungan mengalami pergeseran. Meskipun masih dilestarikan dengan penuh semangat oleh generasi penerus, kesenian ini tidak lagi semata-mata sebagai ritual pemanggil hujan. Reog kini lebih dikenal sebagai sebuah pertunjukan seni yang sarat akan nilai budaya dan sejarah. Namun demikian, esensi dari tarian dan gerakan Reog tetap dipertahankan hingga saat ini. Perbedaan yang paling mencolok terletak pada unsur mistis yang kental pada masa lalu.
Dalam upaya melestarikan dan mengembangkan kesenian reog bendungan, mahasiswa KKN Tim II Undip 2024, Diah Widiastuti/ Jurusan Sejarah 2021 melakukan beberapa kegiatan inventarisasi.
Selama pelaksanaan KKN, dilakukan berbagai kegiatan untuk kelestarian kesenian Reog Bendungan, antara lain melakukan pendataan terhadap seluruh elemen yang terkait dengan reog bendungan, mulai dari sejarah, tokoh-tokoh penting, properti, hingga tarian, melakukan wawancara mendalam dengan para pelaku kesenian, tokoh masyarakat, dan generasi muda untuk menggali informasi lebih lanjut tentang sejarah reog bendungan, dan membuat video pendek yang menampilkan sejarah, proses latihan, dan pertunjukan reog bendungan. Video ini akan disebarluaskan melalui media sosial dan kanal lainnya untuk memperkenalkan Reog Bendungan kepada masyarakat luas. Selain video, artikel sejarah juga dibuat dan diunggah dalam website (situs bersahabat) Desa Kulurejo.
Melalui kegiatan KKN di Desa Kulurejo ini, diharapkan dapat menjadi jembatan bagi masyarakat untuk lebih mengenal dan mencintai warisan budaya leluhurnya dan kesenian Reog Bendungan dapat semakin dikenal dan dihargai oleh masyarakat luas. Selain itu, dokumentasi yang dihasilkan dapat menjadi referensi bagi generasi mendatang dalam melestarikan kesenian tradisional ini.
ADVERTISEMENT