Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menggantung Asa di Pucuk Daun Semanggi
5 Desember 2022 9:47 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Dian Kusumawardani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"semanggi suroboyo, lontong balap wonokromo
di makan enak sekali, sayur semanggi kerupuk puli
ADVERTISEMENT
bung… mari....
harganya sangat murah, sayur semanggi suroboyo
didukung serta dijual, masuk kampung, keluar kampung
bung.. beli…
sedap benar bumbunya dan enak rasanya
kangkung turi cukulan dicampurnya
dan tak lupa tempenya
mari bung, coba beli, sepincuk hanya setali
tentu memuaskan hati
mari beli, sayur semanggi, bung… beli…"
Alunan lagu keroncong lawas yang diciptakan oleh S. Padimin pada era 50-an mengalun merdu dari kamar mama. Setiap malam, mama tak pernah absen mendengarkan alunan lagu keroncong dari radio kesayangannya.
Mendengarkan lagu itu pun, ingatan ku melayang pada sepincuk semanggi yang biasanya kunikmati bersama mama. Semanggi adalah kuliner khas Surabaya. Mungkin gaungnya tak seterkenal rujak cingur, tapi soal rasa tak kalah lezatnya.
Jujur saja, akhir-akhir ini aku jarang melihat penjual semanggi berkeliling di sekitar rumah. Padahal dulu, bisa dibilang aku bisa menikmati kelezatan semanggi ini setiap hari dari depan rumah.
ADVERTISEMENT
Sekarang, kalau kangen makan semanggi, aku harus pergi ke kawasan Masjid Agung Surabaya. Di sana ada beberapa penjual pecel semanggi yang menjajakan dagangannya di pinggir jalan.
Kalau tidak, biasa semanggi ini hanya dijual saat ada festival kuliner. Tentunya itu tak bisa setiap hari.
Duh, jadi semakin lapar jika membayangkan sepincuk kelezatan semanggi ini.
Semanggi Suroboyo yang Kian Terlupakan
Dulu, semanggi ini sering dijajakan dari kampung ke kampung di Surabaya. Penjual semanggi akan berkeliling menjajakan dagangannya sambil berseru "Semanggi...".
Kini, warga Surabaya tak bisa dengan mudah menemukan kuliner legendaris ini. Seperti yang kuceritakan tadi, harus ke Masjid Agung dulu untuk menyantap semanggi ini. Itu pun kalau beruntung, sebelum penjual semanggi diusir oleh petugas satpol PP.
ADVERTISEMENT
Ya, sekarang penjual semanggi makin kesulitan berjualan di kawasan Masjid Agung ini. Petugas satpol PP melarang berjualan di pinggir jalan, penjual diarahkan berjualan di dalam kawasan pujasera yang telah disediakan. Namun, tidak semua penjual semanggi menerima tawaran ini.
Bu Uul misalnya. Bu Uul biasa berjualan semanggi di kawasan Masjid Agung. Dia enggan berjualan di dalam, karena takut kehilangan pembeli.
"Kalau berjualan di dalam takut pelanggan tidak ada yang tahu. Toh semanggi juga identik dengan lesehan pinggir jalan seperti ini", begitu ujarannya.
Ini membuat Bu Uul kucing-kucingan dengan petugas. Dia harus selesai berjualan di pukul 8 pagi. Lebih dari itu, maka risikonya adalah berhadapan dengan petugas. Jadi, jika ingin menikmati kelezatan semanggi, harus datang lebih pagi, ya!
ADVERTISEMENT
Kalau memang hasrat mencicipi pecel semanggi ini tak terbendung, aku harus rela menempuh perjalan jauh ke barat. Hehe, bukan untuk mencari kitab suci tentunya, tapi berburu semanggi di kawasan Surabaya Barat.
Menyusuri Kampung Semanggi
Kawasan Surabaya Barat, tepatnya di RW 03 Kelurahan Sememi Kecamatan Benowo, dikenal sebagai Kampung Semanggi. Bukan tanpa alasan jika wilayah ini ditetapkan sebagai Kampung Semanggi.
Di sini, mayoritas penduduknya adalah penjual semanggi. Ada 118 warga yang berjualan semanggi, sementara 34 warga lainnya menjadi petani semanggi.
Lahan-lahan semanggi terhampar luas di sini. Rata-rata setiap petani menggarap lahan seluas 15x30 meter. Ada yang merupakan tanahnya sendiri, ada juga yang sewa tanah.
Semanggi adalah jenis tanaman paku air yang biasanya tumbuh di daerah persawahan atau tepi sungai juga kawasan yang lembab penuh air. Beberapa daerah ada yang menganggap bahwa tanaman ini sejenis gulma. Padahal, semanggi memiliki kandungan gizi yang kaya, lho.
ADVERTISEMENT
Daun semanggi ini mengandung kalium, fosfor, besi, natrium, kalsium, seng, dan tembaga. Tak heran jika daun semanggi ini bisa menyembuhkan beberapa penyakit, seperti diare, infeksi saluran kencing, terlambat datang bulan, anti hipertensi, osteoporosis, mengobati flu, dan lain sebagainya.
Setelah berkeliling Kampung Semanggi, akan lebih nikmat jika rehat ditemani sepincuk semanggi. Salah satu penjual semanggi di kampung ini adalah Bu Suwati. Bu Suwati sudah berjualan semanggi sejak tahun 2017. Dia berjualan semanggi mengikuti jejak orang tuanya dulu.
Buat yang belum tahu, sepincuk semanggi ini dihidangkan bersama kecambah dan kembang turi yang disiram dengan bumbu berbahan ketela rambat dan kacang.
Tak lupa kerupuk puli yang tak hanya jadi pelengkap, namun sebagai sendok menikmati kelezatan semanggi ini.
ADVERTISEMENT
Di kampung ini panen semanggi dilakukan setiap satu bulan sekali. Daun semanggi yang dipanen adalah daun yang masih muda. Hal ini sengaja dilakukan untuk memberikan tekstur yang lembut saat dinikmati.
Memelihara tanaman semanggi ini tidak sulit. Hanya perlu menjaga dari serangan hama, seperti ulat dan wereng. Semanggi yang sudah dipanen, bisa dipanen lagi seminggu kemudian.
Setelah dipanen, daun semanggi ini biasanya dikeringkan. Ini untuk mengurangi kadar air dalam daun, sehingga bisa lebih awet.
Penjualan daun semanggi di Kampung Semanggi ini cukup unik. Tak dihitung berdasarkan beratnya, namun dari tinggi susunan daun semanggi dalam satu plastik. Satu meter semanggi dihargai sebesar Rp.150.000,00.
Asa di Pucuk Daun Semanggi
Kelezatan pecel semanggi ini terancam punah. Generasi mendatang tak akan bisa lagi menikmati kelezatan kuliner legendaris ini.
ADVERTISEMENT
Keterbatasan lahan bertanam semanggi menjadi salah satu faktornya. Tak dipungkiri perkembangan Surabaya sebagai kota metropolitan, membuat lahan semanggi semakin tergerus. Kalau lahan semakin terbatas, bagaimana kelezatan semanggi ini bisa dinikmati?
Belum lagi tantangan yang harus dihadapi oleh penjual semanggi keliling yang kini tak lagi bebas menjajakan dagangannya di pinggir jalan. Tak hanya itu, generasi penerus pedagang semanggi pun semakin langka.
Haruskah kelezatan semanggi ini hilang di telan zaman?
Semanggi di ujung kepunahan nampaknya menjadi perhatian Astra Group. Tak seperti kampung lainnya yang mendaftarkan diri sebagai KBA (Kampung Berseri Astra), Kampung Semanggi ini sengaja dipilih langsung oleh Astra Group.
Ketertarikan Astra mengembangkan Kampung Semanggi sebagai KBA ini adalah semanggi adalah ikon dan makanan khas Surabaya yang sayang jika punah tertelan zaman. Selain itu, di kampung ini semanggi diolah oleh warganya.
ADVERTISEMENT
Penunjukan Kampung Semanggi sebagai salah satu KBA 2021 ini menjadi sebuah asa baru. Kampung Semanggi akan dikembangkan melalui empat pilar program, yaitu pendidikan, kesehatan, kreatif, dan hijau.
Harapannya budidaya semanggi di kampung ini tetap terjaga. Pengolahan semanggi juga semakin disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Tak hanya dinikmati dalam sepincuk pecel semanggi, tetapi beragam produk olahan lain berbahan semanggi. Mulai dari semanggi siap saji, bolu semanggi, pasta semanggi, stik semanggi, dan masih banyak lagi.
Pemasarannya juga akan dilakukan secara digital. Penjualan online menjadi solusi agar semanggi semakin dikenal luas dan bisa dinikmati di berbagai daerah di Indonesia.
Dengan begitu, semanggi akan terus ada. Semanggi tak akan hilang di telan zaman. Generasi mendatang bisa tetap menikmati kelezatan semanggi ini.
ADVERTISEMENT
Referensi :
https://www.ngopibareng.id/read-premium/pecel-semanggi-surabaya-nasibmu-kini
https://mediajawatimur.pikiran-rakyat.com/jawatimuran/amp/pr-1692527175/kampung-semanggi-suroboyo-diresmikan-menjadi-kampung-berseri-astra
https://www.jatimmedia.com/astra-group-dukung-dan-kembangkan-ratusan-penjual-semanggi-di-surabaya-lewat-kampung-berseri-astra/
https://youtu.be/5udsom3Jxf0
https://youtu.be/NdEEEkX6Clo
https://youtu.be/ufBV-Zp531Q