Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Joni Kala, Engkau Pahlawan Kami
17 Agustus 2018 22:27 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari dian ratri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Prosesi upacara di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, hari ini mendadak viral. Pasalnya muncul aksi heroik seorang bocah SMP bernama Joni yang tiba-tiba memanjat tiang bendera dan kemudian terekam kamera.
ADVERTISEMENT
Kegiatan upacara awalnya berjalan khidmat dan lancar. Bendera telah dibentangkan dan lagu Indonesia Raya siap dikumandangkan. Komandan upacara telah memberi aba-aba dan semua pasukan memberikan penghormatan. Mendadak tali pengikat bendera dari plastik itu lepas dan langsung melesat ke atas.
Hadirin sempat terhenyak dan sebagian berteriak, tapi hebatnya seluruh yang hadir baik komandan, petugas, dan peserta tetap khusyuk. Semua tenang dan terkendali. Pengibar bendera setia membentangkan merah putih dan lagu Indonesia raya tetap dikumandangkan sambil bendera terbentang di tangan petugas.
Selesai lagu Indonesia Raya dan penghormatan bendera, petugas tetap siap sedia menunggu aba-aba selanjutnya. Ada gurat panik dan ragu di wajah mereka, namun pelatihan sebagai pasukan pengibar bendera dari para TNI rupanya membuat mereka tetap tegar dan tenang.
Secara tiba-tiba berlari dari belakang tribun seorang anak SMP bernama Johanes Ande Kala atau sering dipanggil Joni. Dia anak terakhir dari 9 bersaudara yang bersekolah di kelas VII A SMP N 1 Silawan, Atambua.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Joni sedang terbaring di ruang medis. Dia mendengar suara dari luar tenda P3K "Siswa SMP siapa yang bisa panjat tiang," dengan sigap, dia bangun dan berlari ke arah pintu tenda keluar, dan di pintu tersebut Joni bertemu dengan Ibu Selvi Yulianti Ludji. Kemudian dia berkata "Ibu saya bisa memanjat," Ibu Silvi membalas, "kalau begitu cepat dan lepaskan sepatumu".
Rupanya Joni sudah bersiap melepas sepatu begitu melihat tali lepas. Dia bercerita memang sering panjat pohon asam atau ikut lomba panjat pinang. Tanpa ragu ia memanjat. Joni sempat berhenti sebentar, ia bilang kepada gurunya "saya cuma ambil napas Bapak, yang saya pikirkan cuma bagaimana bisa ambil tali itu." Tanpa ragu dia kembali memanjat dan berhasil memegang ujung tali. Sambil mengigit tali tersebut ia melesat turun dengan tetap tersenyum.
ADVERTISEMENT
Bendera merah putih akhirnya berhasil dikibarkan dengan lancar dan rasa haru meliputi wajah para hadirin baik muda maupun tua. Joni hari ini telah menjadi pahlawan yang memastikan merah putih tetap berkibar di perbatasan Indonesia-Timor Leste di langit Motaain.
Joni sebenarnya anak pemalu namun penuh keramahan dan keberanian. Demikian pun saat Bapak Wakil Bupati Belu yang bertindak selaku inspektur upacara tiba-tiba memanggil Joni untuk berdiri di sampingnya menjadi wakil inspektur upacara saat menyampaikan amanatnya.
Dengan masih bertelanjang kaki Joni berlari dan dengan kepercayaan diri berdiri di samping Bapak Wakil Bupati. Wajahnya selalu dihiasi senyum.
Pidato Bapak Bupati begitu menggugah seluruh hadirin. Beliau sudah langsung punya insting bahwa kejadian ini akan langsung viral di media sosial.
ADVERTISEMENT
Aneka klenik dan opini yang dipelintir sana-sini dipastikan akan bertebaran. Namun, pesan beliau kuat. Jangan hiraukan semua itu. Dengan lantang beliau sampaikan.
“Kejadian hari ini memberikan pelajaran bahwa bangsa Indonesia akan senantiasa menghadapi tantangan dan kejadian-kejadian yang tak terduga dalam perjalanannya menjadi bangsa besar. Keberanian dan kesigapan Joni harus menjadi pelajaran bagi kita semua pihak untuk senantiasa sigap, berani mengambil inisiatif dan selalu bersikap optimis. Berjuanglah sampai akhir untuk mencapai tujuan, sebagaimana Joni.”
Pesan ini beliau contohkan saat dengan tenang tetap memimpin jalannya upacara dan meminta Joni untuk bersemangat memanjat sampai puncak. Para petugas juga dengan sigap merespons dengan menjaga tiang agar tidak bergoyang keras selama Joni berupaya menggapai tali bendera di puncak tiang.
ADVERTISEMENT
Secara khusus Wakil Bupati, Bapak Drs J.T Ose Luan meminta Joni untuk datang sendiri ke kantor Bupati Senin nanti untuk mendapatkan penghargaan khusus dari beliau. “Tidak boleh diantar atau ditemani,” ujar beliau.
Sungguh, peristiwa ini menjadi pembelajaran bagi kami para peserta Sekolah Dinas Luar Negeri yang sedang mengadakan program berupa pengabdian masyarakat di Belu, Atambua, Nusa Tenggara Timur dengan tema “Berbagi Inspirasi Terbaik di Batas Negeri”.
Alih-alih memberi, kami justru menerima begitu banyak inspirasi luar biasa dari anak-anak, generasi penerus bangsa dari pelosok Atambua. Keberanian, keuletan, daya tahan, kerja keras, toleransi, dan keramahan hampir senantiasa kami temui dari setiap generasi muda dan tua di Atambua.
Joni hanya satu di antaranya. Masih ada kurang lebih 70.000 siswa PAUD, SD, SMP, dan SMA di Belu yang siap membangun dan membesarkan Indonesia dari pinggir pintu gerbang timurnya.
ADVERTISEMENT
Segala keterbatasan mereka tak membuat mereka lemah. Namun, sebaliknya memberikan kekuatan dan jiwa tulus untuk senantiasa berbagi dan mengasihi.
Joni hanyalah anak kecil biasa. Dia tergolong anak yang rajin dan selalu sigap serta rela menolong. Di rumah ia biasa membantu Ibunya mencari asam sehingga memang pandai memanjat. Sebelum sekolah biasanya Joni berjualan kue terlebih dahulu karena ekonomi keluarganya sulit. Ayahnya sering sakit-sakitan.
Itulah kenapa Joni senantiasa gemar membantu siapapun termasuk para guru. Dia sering rela membawakan laptop, komputer, atau sekedar air untuk gurunya.
Walaupun tidak terlalu pintar tapi Joni termasuk 10 besar dan selalu sigap menjadi yang terdepan dalam melakukan sesuatu.
Seperti halnya hari ini, dia sebenarnya sedang sakit perut dan berada di tenda belakang panggung. Tapi melihat kehebohan tali bendera putus ia langsung berinisiatif ke Ibu guru yang mendampinginya, namanya Ibu Selvi Yulianti. “Ibu biar aku saja yang naik ke tiang,” lalu ia pun berlari dan melupakan sakitnya.
ADVERTISEMENT
Rata-rata anak Belu memang punya kepedulian dan kesigapan yang tinggi.
Terima kasih Joni, terima kasih Belu, terima kasih Atambua, Nusa Tenggara Timur. Doakan kami, agar diplomat Indonesia dapat senantiasa menjaga dan memperjuangkanmu serta membela Indonesia di setiap batasnya.