Konten dari Pengguna

Singkil: Agus Isharianto Figur Muda Membangun Desa

Dian Saputra
Alumni Ilmu Komunikasi Universitas Teuku Umar
6 September 2023 20:29 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dian Saputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Agus Isharianto saat mengisi poadcast di salah satu channel youtube (sumber: istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Agus Isharianto saat mengisi poadcast di salah satu channel youtube (sumber: istimewa)
ADVERTISEMENT
Pra-kontestasi akbar pemilu tahun 2024 mendatang Aceh Singkil akan menghadirkan kontestasi pemilihan kepala desa (Geuchik) yang akan dilaksanakan Oktober 2023 mendatang. Hampir setengah dari jumlah total desa yang akan melaksanakan pergantian kursi kepala desa yaitu sekitar 46 desa. Tentu ini akan menjadi pertarungan yang sangat sengit, mengingat sokongan anggaran desa membuat daya tawar Geuchik menjadi sangat bergengsi.
ADVERTISEMENT
Haluan pun berubah semenjak desa dibekali dengan anggaran untuk mengurus pembangunannya sendiri. Beberapa desa berusaha menampilkan pembangunan infrastruktur dan juga kegiatan berbasis peningkatan sumber daya manusia dengan harap meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Disisi lain dorongan dana desa juga tak semata-mata memberikan dampak yang baik, Justru memberi tantangan tersendiri bagi desa. Di Aceh Singkil sendiri banyak Geuchik yang kerap kali tersandung dugaan “korupsi” akibat dana desa yang tidak dikelola dengan baik. Alih-alih membangun desa justru mengambil kepentingan pribadi dan kelompok.
Pun demikian, untuk permasalahan kurang memaksimalkan potensi desa melalui Badan Usaha Milik Desa, seperti tulisan artikel Kumparan Subhan Tomi “1001 Problematika BUMDes”. Uraian Tomi menghadirkan beragam tantangan yang di alami desa mulai dari tidak terbukanya informasi, kurangnya manajemen yang baik, dan minimnya patisipasi masyarakat terutama pemuda. Menurut Tomi kondisi ini salah satunya akibat prilaku “korup” yang masih aktif di tingkat desa sehingga cenderung minim partisipasi dan membuat bisnis desa ini mati suri.
ADVERTISEMENT
Padahal dorongan dana harusnya mampu mengubah wajah desa untuk lebih menampilkan manfaat bagi warganya secara merata. Pengelolaan melalui kreativitas dan inovatif sangat dibutuhkan untuk mewujudkan desa yang mandiri sehingga mampu mengimbangi kondisi zaman.
Desa Perlu Sentuhan Tangan Pemuda
Disinilah seharusnya desa memberikan daya pikat bagi pemuda untuk menjawab tantangan yang sedang dihadapi desa melalui sentuhan tangan yang lebih inovatif. Beberapa desa diluar Aceh Singkil sudah ada yang membuktikan, salah satunya di Desa Benda, Brebes. Seorang anak muda yang menciptakan inovasi “Desaku Benda” sebuah pelayanan publik berbasis online sehingga memudahkan segala bentuk keperluan administarasi desa, peta desa bahkan hingga pajak. Menariknya desa di pimpin oleh anak muda bernama Baitsul Amri sekaligus pencetus ide.
ADVERTISEMENT
Maka sudah seharusnya untuk pemuda Aceh Singkil terlibat aktif dalam desa terutama untuk kontestasi kedepan, dengan memulai untuk memilih kepala desa yang lebih ideal untuk mempersiapkan desa lebih baik. Jika memungkinkan maka sebagai pemuda tampilah untuk mendapatkan wewenang yang lebih besar membangun desa.
Kondisi ini telah di contohkan oleh Agus Isharianto seorang anak muda dari desa Blok 15 yang mencoba peruntungan untuk berkontestasi menjadi kepala desa. Tentu ini angin segar untuk pemuda berani tampil dan berinovasi untuk memberikan dampak yang lebih maksimal dari potensi yang ada di desa. Pun, jika kita lihat dari desa tempat Agus berada memiliki potensi cukup luar biasa yaitu salah satu wilayah supply batu bata yang ada di Aceh Singkil dan didukung dengan wisata Sungai Kerakah.
ADVERTISEMENT
Saat berdiskusi dengan Agus Isharianto tentang Potensi Anak Muda
Agus Isharianto sendiri memiliki latar belakang pengusaha yang dikenal dengan usahanya Pokat Kocok. Tentu secara pengalaman dan pengetahuan mengembangkan usaha Agus cukup mahir. Pengusaha sendiri tak lepas dari jiwa kreativitas dan inovasi serta relasi yang luas untuk memaksimalkan pasar usahanya. Sehingga, ini menjadi modal pengetahuan untuk Agus memaksimalkan usaha batu bata warga di desanya agar memberikan pasar yang lebih luas dan berujung pada peningkatan ekonomi warga.
Keaktifan Agus di komunitas pecinta alam juga akan memberikan daya dobrak untuk memperluas pemasaran wisata alam Sungai Kerakah dengan membangun kolaborasi kegiatan bersama komunitas. Bahkan, pengembangan wisata Sungai Kerakah sudah digeluti Agus sejak dulu dengan beberapa komunitasnya. Andai Agus berhasil memenangkan kontestasi maka secara kemampuan paham betul mana yang akan dibenahi melalui tangan desa untuk menunjang peningkatan pariwisata desanya.
ADVERTISEMENT
Agus berhasil menjadi figur anak muda Aceh Singkil yang berpikir dan mulai menata untuk membangun desa dengan memanfaatkan potensi yang ada. Melalui kontestasi kepala desa ia membuktikan bahwa sudah saatnya anak muda berani untuk tampil. Sekalipun Agus belum berhasil memenangkan tetapi ia berhasil mencatatkan dirinya sebagai figur yang mulai paham betapa pentingnya desa diperhatikan anak muda.
Tantangan Agus Isharianto Kedepan untuk Desa
Ketika peruntungan kontestasi ini berpihak kepada anak muda seperti Agus maka akan banyak tantangan kedepannya yang perlu disiapkan. Menjadi pemimpin desa bukanlah hal yang mudah, menyeimbangkan pikiran yang dimiliki dengan berbagai latar belakang menjadi tantangan terberat.
Agus harus berani ambil sikap untuk menata potensi desa dengan balutan kekinian untuk meningkatkan segala potensi yang ada. Hal ini tentu perlu konsolidasi yang mapan sehingga setiap elemen memahami apa inovasi yang dilahirkan sosok Agus Isharianto sebagai orang nomor satu di desa.
ADVERTISEMENT
Kemampuan memahami setiap lapis masyarakat sangat diperlukan, bagaimanapun iklim politik di desa tetap menempatkan tokoh ulama, tokoh adat, tokoh Masyarakat sebagai fatwa tertinggi. Disinilah kemampuan Agus diuji untuk bisa menyelami setiap elemen masyakarakat desanya.
Perlahan setelahnya, ketika Agus berhasil mendapatkan simpati tokoh masyarakat maka mudah untuk mengelola berbagai konflik yang terjadi di Desa. Sebab, Agus harus siap bekerja kapanpun ketika ada masyarakat desa yang membutuhkan bantuan dari sosoknya.
Oleh sebab itu, daya tahan untuk terus belajar menjadi instrumen terpenting bagi anak muda untuk membangun desa. Terlebih ketika berhasil menjadi kepala desa perlu banyak hal yang dipelajari lebih lanjut untuk memaksimalkan inovasi yang ada.