Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Meluruskan Beragam Hoaks tentang Vaksin
28 Oktober 2024 11:08 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Dicky Budiman, dr MScPH PhD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejak merebaknya pandemi COVID-19, dunia tidak hanya berhadapan dengan krisis kesehatan, tetapi juga dengan infodemik – istilah yang menggambarkan banjir informasi, baik yang akurat maupun yang menyesatkan, terkait suatu kejadian atau isu, dalam hal ini COVID-19 dan vaksinasi. Istilah "infodemik" diciptakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menggambarkan penyebaran informasi yang berlebihan yang dapat menghambat respons kesehatan publik. Infodemik mempersulit masyarakat dalam membedakan fakta dari hoaks, yang akhirnya dapat memengaruhi keputusan mereka terkait vaksinasi dan kesehatan.
ADVERTISEMENT
Hoaks atau berita bohong bukan fenomena baru. Sejak vaksinasi pertama kali dikembangkan di abad ke-18 oleh Edward Jenner, sudah ada mitos dan kesalahpahaman yang berkembang. Sayangnya, di era digital ini, penyebaran hoaks tentang vaksin menjadi lebih masif dan cepat, terutama melalui media sosial. Berbagai teori konspirasi tentang vaksin bermunculan, bahkan banyak di antaranya yang cukup meyakinkan bagi masyarakat yang belum sepenuhnya memahami teknologi dan ilmu di balik vaksin.
Pada artikel ini, saya akan meluruskan berbagai hoaks yang berkembang, terutama yang muncul di masa pandemi COVID-19. Dengan pemahaman yang lebih baik, kita diharapkan bisa menilai informasi secara kritis dan membuat keputusan yang lebih bijak terkait kesehatan.
Sejak vaksin ditemukan, berbagai kelompok selalu meragukan efektivitas atau keamanan vaksin. Di awal abad ke-19, vaksin cacar pertama kali diperkenalkan, dan saat itu muncul ketakutan bahwa mereka yang divaksinasi akan berubah menjadi "sapi", karena bahan vaksin diambil dari sapi yang terkena cacar sapi. Mitos ini terus berkembang hingga saat ini, dengan hoaks baru yang muncul seiring dengan perkembangan teknologi vaksin.
ADVERTISEMENT
Era COVID-19 dan Kembali Munculnya Hoaks Seputar Vaksin
Selama pandemi COVID-19, kekhawatiran masyarakat tentang vaksin semakin besar karena kecepatan pengembangannya yang belum pernah terjadi sebelumnya. Teknologi vaksin mRNA, seperti Pfizer-BioNTech dan Moderna, yang baru diperkenalkan kepada masyarakat luas juga memicu kebingungan dan kekhawatiran. Situasi ini akhirnya menciptakan ladang subur bagi beragam hoaks yang menyebar cepat di media sosial.
Menjawab Hoaks dan Teori Konspirasi tentang Vaksin COVID-19
Berikut adalah beberapa hoaks yang paling sering muncul selama pandemi COVID-19 dan penjelasan mengapa hal tersebut tidak benar secara ilmiah.
Hoaks: Vaksin COVID-19 adalah Terapi Gen
Penjelasan: Vaksin mRNA COVID-19 seperti Pfizer-BioNTech dan Moderna menggunakan teknologi yang melibatkan mRNA untuk membawa instruksi kepada sel-sel tubuh agar memproduksi protein spike, yang kemudian akan dikenali oleh sistem imun.
ADVERTISEMENT
Namun, mRNA ini tidak memasuki inti sel atau berinteraksi dengan DNA kita. Teknologi ini berbeda dengan terapi gen, yang melibatkan perubahan langsung pada DNA seseorang. Jadi, vaksin COVID-19 bukanlah terapi gen dan tidak memodifikasi DNA seseorang.
Hoaks: Vaksin COVID-19 Bukanlah Vaksin
Penjelasan: Vaksin didefinisikan sebagai zat yang membantu tubuh menghasilkan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Vaksin mRNA bekerja dengan mengajarkan sistem imun kita untuk mengenali virus dan memicu respons imun tanpa melibatkan virus itu sendiri. Meski pendekatannya berbeda dari vaksin konvensional, vaksin mRNA tetap memenuhi definisi vaksin karena kemampuannya merangsang kekebalan terhadap SARS-CoV-2.
Hoaks: Vaksin COVID-19 Dapat Membunuh Manusia
Penjelasan: Salah satu hoaks yang sering beredar adalah klaim bahwa vaksin COVID-19 telah menyebabkan kematian massal. Namun, penelitian dan data dari seluruh dunia menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 secara keseluruhan aman dan efektif dalam melindungi dari penyakit berat dan kematian akibat COVID-19. Efek samping yang serius memang ada, tetapi kasusnya sangat jarang. WHO, CDC, dan berbagai otoritas kesehatan lainnya terus memonitor keamanan vaksin, dan hingga saat ini, manfaat vaksin COVID-19 jauh lebih besar dibandingkan risikonya.
ADVERTISEMENT
Hoaks: Vaksin Mengandung Mikrochip untuk Mengontrol Manusia
Penjelasan: Klaim bahwa vaksin COVID-19 mengandung mikrochip adalah teori konspirasi yang tidak memiliki dasar ilmiah. Vaksin COVID-19 hanya mengandung bahan-bahan yang diperlukan untuk menghasilkan respons imun. Tidak ada komponen elektronik atau teknologi pelacakan di dalamnya. Hoaks ini sering dikaitkan dengan tokoh-tokoh tertentu dan teori konspirasi yang lebih besar tentang kontrol global, namun ini adalah klaim yang tidak berdasar.
Hoaks: Vaksin Menyebabkan Mandul atau Menurunkan Kesuburan
Penjelasan: Tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim bahwa vaksin COVID-19 dapat mempengaruhi kesuburan pria atau wanita. Banyak organisasi kesehatan, termasuk American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan WHO, telah menyatakan bahwa vaksin COVID-19 aman bagi mereka yang berencana untuk hamil atau sedang hamil. Hoaks ini biasanya memanfaatkan ketakutan alami masyarakat tentang kesuburan untuk menyebarkan ketidakpercayaan terhadap vaksin.
ADVERTISEMENT
Hoaks: Vaksin COVID-19 Mengandung Zat Berbahaya
Penjelasan: Semua vaksin, termasuk vaksin COVID-19, harus melalui berbagai tahapan uji klinis untuk memastikan keamanan dan kemurniannya. Klaim bahwa vaksin COVID-19 mengandung zat berbahaya seperti logam berat, formaldehida, atau bahan beracun lainnya tidak didukung oleh bukti ilmiah. Vaksin COVID-19 telah melalui pengawasan ketat oleh badan kesehatan global dan lokal.
Mengapa Kita Mudah Percaya Hoaks?
Ada beberapa alasan mengapa hoaks dan teori konspirasi tentang vaksin begitu mudah dipercayai oleh banyak orang, antara lain:
Ketakutan dan Ketidakpastian: Pandemi ini menciptakan ketakutan dan ketidakpastian di seluruh dunia. Saat orang merasa takut, mereka cenderung mencari penjelasan yang dapat memberi mereka rasa kontrol, meskipun penjelasan itu salah atau tidak berdasar.
Ketidaktahuan tentang Ilmu Vaksin: Banyak orang tidak memiliki pemahaman yang mendalam tentang bagaimana vaksin bekerja, sehingga mudah terjebak dalam informasi yang salah.
ADVERTISEMENT
Pengaruh Sosial Media: Di era digital ini, informasi menyebar dengan sangat cepat melalui media sosial. Sayangnya, platform ini sering digunakan untuk menyebarkan hoaks dan teori konspirasi.
Efek Echo Chamber: Media sosial sering menampilkan informasi yang sejalan dengan pandangan kita, sehingga orang yang sudah percaya teori konspirasi lebih mudah menemukan kelompok yang mendukung keyakinan tersebut.
Pentingnya Edukasi dan Kejelasan Informasi Kesehatan
Untuk mengatasi infodemik dan mencegah penyebaran hoaks, edukasi kesehatan dan komunikasi yang jelas dari pihak berwenang sangat penting. Edukasi ini harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan berbasis bukti ilmiah, seperti halnya artikel ini. Pemerintah, profesional kesehatan, dan media harus bekerja sama untuk menyediakan informasi yang akurat dan tepercaya.
Kesimpulan
ADVERTISEMENT
Infodemik yang mengiringi pandemi COVID-19 merupakan tantangan serius yang perlu diatasi untuk memastikan kesehatan masyarakat yang optimal. Hoaks dan teori konspirasi tentang vaksin bisa membahayakan jika terus dibiarkan tanpa diluruskan. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang sains di balik vaksin dan pentingnya kejelasan informasi, kita dapat mendorong keputusan kesehatan yang lebih bijak dan melindungi masyarakat dari ancaman yang sebenarnya.
Vaksinasi adalah salah satu cara terbaik untuk melindungi diri dan orang lain dari penyakit menular. Informasi yang akurat adalah perlindungan utama kita dari infodemik. Mari kita menjadi bagian dari solusi dengan menyebarkan informasi yang benar dan tepercaya.