Konten dari Pengguna

Asuransi Kesehatan: Rendahnya Pemahaman Masyarakat Tasikmalaya

Diha Maulana
Mahasiswa Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Islam Indonesia
17 Oktober 2024 16:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Diha Maulana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kunjungan Kerja Komisi IV DPRD Kota Tasikmalaya ke RSUD dr. Soekardjo. Sumber Foto: Humas Setwan Kota. https://dprd-tasikmalayakota.go.id/kunjungan-kerja-komisi-iv-dprd-kota-tasikmalaya-ke-rsud-dr-soekardjo/
zoom-in-whitePerbesar
Kunjungan Kerja Komisi IV DPRD Kota Tasikmalaya ke RSUD dr. Soekardjo. Sumber Foto: Humas Setwan Kota. https://dprd-tasikmalayakota.go.id/kunjungan-kerja-komisi-iv-dprd-kota-tasikmalaya-ke-rsud-dr-soekardjo/
ADVERTISEMENT
Meski tinggal di pedesaan yang tidak terlalu akrab dengan polusi dan serangkaian duduk perkara kota, asuransi kesehatan tetap penting untuk masyarakat desa. Semua manusia hakikatnya memiliki risiko yang mengancam jiwa yang mana jika risiko tersebut menimpa, bukan hanya diri sendiri tapi juga berdampak kerugian bagi sekitar. Contohnya, jika seorang kepala keluarga yang menutupi kebutuhan setiap harinya denngan active income, kemudian terkena penyakit berat secara tiba -tiba yang memerlukan biaya berobat yang besar, keluarganya akan ikut terkena dampak sama besarnya. Disinilah kemudian peran penting asuransi kesehatan
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2020 hanya 41,21% rakyat Tasikmalaya yang mempunyai asuransi kesehatan. Itupun 31,45% berupa BPJS dengan bantuan iuran, 7,85% BPJS non bantuan iuran, dan hanya 1,91% penduduk yang memilih perusahaan iuran pertanggungan swasta. Ini menunjukan betapa rendahnya minat warga di Tasikmalaya terhadap pentingnya asuransi kesehatan.
Faktor terbesar kurangnya kesadaran rakyat terhadap pentingnya asuransi kesehatan terletak pada minimnya pengetahuan. Mayoritas warga pedesaan cenderung lebih mempercayai apa yang mereka dengar dari mulut ke mulut meskipun tanpa verifikasi, ketimbang menggunakan internet sebagai media untuk mencari informasi. Bagi mereka informasi dari internet yang menggunung lebih rawan penipuan dan kebohongan. Mereka juga masih awam pada memilih mana sumber terpercaya seperti website milik pemerintah dan situs yang hanya copy paste dari media lain. Studi Wirastyanto (2016) juga Hasibuan (2016) menyatakan bahwa ada hubungan kuat antara persepsi rakyat terhadap program asuransi kesehatan, atau dalam hal ini BPJS Kesehatan, menggunakan data partisipasi warga pada program tersebut. Kurangnya info perihal program asuransi kesehatan menyebabkan rakyat enggan berpartisipasi di program ini.
ADVERTISEMENT
Pentingnya keterlibatan tokoh masyarakat
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam mengatasi persoalan pelayanan kesehatan, dari mulai dibuatnya regulasi yang mengatur tentang sistem kesehatan hingga digalakkannya beberapa program yang mengarah pada masyarakat kurang mampu agar seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan pelayanan kesehatan secara merata. Salah satu bentuk implementasi dari persoalan tersebut adalah dengan dibuatnya program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), yang dapat dinikmati oleh masyarakat dari kalangan bawah. Jamkesmas merupakan suatu program yang menjamin kesehatan untuk warga Indonesia, yang telah dijalankan sejak tahun 2004 oleh Departemen Kesehatan.
Ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah kemudian menjadi faktor kedua mengapa mereka minim literasi kesehatan. Bagi mereka, pemerintah selalu berkaitan dengan korupsi, memeras rakyat, dan berbagai stigma buruk yang mereka simpulkan sendiri. Ditambah media terbesar mereka mendapat pengetahuan baru yaitu pengajian di masjid-masjid juga terus menggaungkan itu. Padahal, kasus-kasus yang terjadi di pemerintah hanya dilakukan oleh oknum oknum yang tidak bertanggung jawab. Tidak bisa kemudian kita mengeneralisasi pemerintah dengan hal buruk.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, persoalan dalam industri asuransi ini berawal saat terjadinya inklusi pada keuangan yang cukup tinggi, tetapi literasi masyarakat masih rendah. Dengan kata lain, sebenarnya produk keuangan tersebut sudah banyak diminati oleh masyarakat, tetapi pemahaman akan produk tersebut masih rendah. Sehingga pengetahuan terhadap jasa investasi perlu ditingkatkan Edukasi serta sosialisasi yg efektif menjadi kunci buat meningkatkan pemahaman masyarakat wacana pentingnya asuransi kesehatan. warga perlu diberikan pembinaan dan materi yg kentara mengenai manfaat premi buat mengurangi risiko kesehatan di masa depan. menggunakan demikian, warga tidak hanya akan lebih memahami produk asuransi yang ditawarkan, namun pula akan lebih aktif pada mencari isu dan memanfaatkan layanan kesehatan yang tersedia.
Selain itu, penting buat melibatkan pemerintah desa serta tokoh masyarakat dalam proses sosialisasi ini. sebab pada wilayah pedesaan yang identik dengan kampung yg agamis, para tokoh kepercayaan mampu berperan besar dalam mengedukasi dan meyakinkan masyarakat. tentang konsep premi sebenarnya telah ada sejak zaman Rasulullah SAW. contohnya, di zaman dahulu Bila keliru satu anggota suku terbunuh sang anggota suku lain, pewaris korban akan dibayar uang darah (al-diyah) sebagai kompensasi oleh saudara terdekat berasal pembunuh. Saudara terdekat asal pembunuh tersebut dikenal menggunakan al-`āqilah. sehabis Islam tiba, sistem al-`āqilah disahkan sang Rasulullah saw. menjadi bagian berasal aturan Islam. dengan dukungan dari pihak-pihak yg dipercaya, info mengenai asuransi kesehatan bisa disampaikan dengan lebih efektif dan bisa menjangkau masyarakat yg lebih luas. Hal ini juga dapat membantu mengurangi miskonsepsi yang terdapat dan meningkatkan partisipasi warga pada acara JKN.
ADVERTISEMENT