Konten dari Pengguna

Melihat Sisi Indah Lain Danau Toba Melalui Shilling Boys

Dimas Pradana
Civil Servant, Proud Member of Sesdilu Man74b, Music and Cycling Enthusiast
19 Juni 2023 22:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dimas Pradana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Danau Toba yang terletak di Provinsi Sumatera Utara memang sudah terkenal dengan keindahan alamnya. Danau ini terbentuk akibat letusan gunung berapi super sekitar 74.000 tahun lalu. Danau yang menjadi kebanggaan Orang Batak itu memiliki luas lebih dari 1.145 km² dan kedalamannya lebih dari 500 meter.
ADVERTISEMENT
Selain ukurannya yang begitu luas, Danau Toba juga memiliki keunikan tersendiri karena terdapat sebuah pulau di tengahnya, yaitu Pulau Samosir. Ukuran Pulau Samosir seluas 630 km², hampir seukuran dengan Singapura yang seluas 728 km². Pulau Samosir sendiri memiliki dua danau yaitu Danau Sidihoni dan Danau Aek Natonang.
Tidak mengherankan jika karena keindahan dan keunikannya tersebut, pada tahun 2020 UNESCO menetapkan Danau Kaldera Toba sebagai Global Geopark.
Pemandangan Danau Toba dari atas bukit (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Belum lama ini, saya berkesempatan untuk mengunjungi Danau Toba dan beberapa wilayah di Kabupaten Toba dalam rangka Kunjungan Lapangan Sekolah Staf Dinas Luar Negeri Angkatan ke-74 (Sesdilu 74) Kementerian Luar Negeri.
Salah satu tempat yang kami kunjungi adalah venue F1H20 di Kota Balige, Kabupaten Toba. Penyelenggaran perhelatan olah raga air berskala internasional tersebut berhasil menyulap sebagian wilayah tepian Danau Toba menjadi tempat yang modern namun dengan tetap menjaga keindahannya.
Signage venue F1H20 Danau Toba (Sumber: Wahyu Prabowo/Sesdilu74)
Di tempat itu, ada satu hal yang menarik perhatian saya, yaitu keberadaan shilling boys atau dalam bahasa setempat disebut ciling. Mereka adalah bocah-bocah yang gemar berenang. Mereka bermain dan beratraksi menyelam sambil mengumpulkan koin yang dilemparkan wisatawan ke dalam Danau Toba. Para bocah ciling ini rata-rata berusia antara 10-15 tahun.
ADVERTISEMENT
Para shiling boys sedang bersantai (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Keberanian dan kelihaian mereka menyelam di Danau Toba patut diacungi jempol. Mereka berebut menyelam untuk mendapatkan koin sebelum jatuh ke dasar danau. Tak lama menyelam mereka muncul ke permukaan dengan koin dalam genggamannya. Ketika berenang, mereka sibuk menggerakkan kaki dan tangannya berusaha menahan tubuh agar tetap mengambang di permukaan air danau.
Bocah ciling menunggu lemparan koin dari wisatawan (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Bocah-bocah ciling berteriak kepada kami “Lempar koin, Kak! Ayolah lempar lagi, Bang!” agar kembali melempar koin ke danau. Dalam hitungan detik, dengan lihai mereka langsung menyelam berburu koin yang dilemparkan.
Direktur Sesdilu, Ibu Renata Siagian, melempar koin ke bocah ciling (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Seolah tidak punya rasa takut, dalamnya Danau Toba bukan menjadi penghalang bagi mereka demi mendapat koin-koin tersebut. Biasanya mereka berburu koin pada hari libur atau setelah pulang sekolah. Pendapatan yang mereka peroleh bervariasi, yaitu antara Rp. 20.000 sampai Rp. 50.000.
Seorang bocah ciling menunggu saat untuk lompat ke air (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Walaupun demikian, aktivitas yang mereka lakukan ini bukan hanya untuk mendapatkan uang, tetapi menjadi ajang unjuk kebolehan dan berkumpul bersama teman-teman. Selain memamerkan kepiawaiannya dalam berenang, sesekali mereka terlihat melompat dari ketinggian dengan beragam aksi dan gaya.
Bocah ciling melompat ke danau (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Keberanian dan semangat bocah-bocah ciling Danau Toba adalah contoh inspiratif bagi kita semua. Mereka mengajarkan kita untuk tidak takut menghadapi tantangan, dan melampaui batasan yang ada. Mereka juga sekaligus mengingatkan kita untuk tidak lupa bermain dan bersenang-senang.
ADVERTISEMENT
HORAS!!