Konten dari Pengguna

Cinta dan Duka di Balik Romansa Naskah Drama Awal dan Mira

Dina Amalia
Mahasiswi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
24 Juli 2024 14:02 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dina Amalia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Awal dan Mira menggambarkan liku-liku kehidupan pascaperang melalui sepasang tokoh bernama Awal dan Mira. Pada waktu itu, muncul banyak konflik yang menimbulkan kekacauan dan keresahan di masyarakat. Dalam naskah drama ini menyajikan serangkaian peristiwa rumit yang dibalut dengan kisah romansa antara Awal dan Mira.
ADVERTISEMENT
Awal digambarkan sebagai sosok yang penuh harapan dan cinta terhadap Mira. Namun, seiring berjalannya cerita, ia mengalami berbagai bentuk kekecewaan akibat harapan-harapan yang tidak terpenuhi. Mira, di sisi lain, memiliki pandangan yang berbeda tentang cinta atau terpengaruh oleh faktor eksternal yang menyebabkan ketegangan dalam hubungan mereka.
Pada awal cerita, serangkaian peristiwa dan konflik memunculkan ketegangan yang menyebabkan kekecewaan Awal. Momen-momen penting, seperti perdebatan atau peristiwa tak terduga, menjadi titik balik di mana cinta mereka diuji dan kekecewaan muncul.
Analisis ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana cinta dan duka atas kekecewaan dieksplorasi dalam naskah drama "Awal dan Mira," serta bagaimana kedua emosi ini saling berinteraksi untuk menciptakan dinamika yang kompleks dalam cerita. Dalam hal ini, untuk menganalisis pesona cinta dan duka dalam naskah drama “Awal dan Mira” pengarang menyajikan data berupa kata, frasa, klausa, dan kalimat yang ada di dalam naskah drama “Awal dan Mira” untuk dianalisis bagaimana peran cinta dan duka dalam naskah drama ini.
ADVERTISEMENT
Kutipan 1 “Siapa pula yang mengharapkan yang bukan-bukan? Saya tidak mengharapkan yang bukan-bukan dari Mira. Harapan saya dari Mira adalah harapan laki-laki sewajarnya yang menginginkan supaya perempuan itu jadi kawan hidup laki-laki. Itulah harapan saya. Dan harapan itu tidak bukan-bukan.” (Awal dan Mira:7)
Berdasarkan kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Awal merupakan sosok yang penuh harapan dan cinta terhadap Mira. Awal memiliki kepribadian yang tidak pantang menyerah untuk mendapatkan cinta Mira. Bagi Awal, Mira merupakan perempuan yang sempurna. Dengan tubuhnya yang molek dan parasnya yang cantik siapapun akan menjadikan Mira sebagai kawan hidup nya. Dalam kutipan ini, Awal benar-benar mencintai dan juga mengharapkan Mira untuk menjadi kawan hidupnya. Pesona Cinta yang tulus digambarkan melalui tuturan tokoh Awal dalam kutipan tersebut.
Ilustrasi konsep cinta. (Sumber: altoviah, dokumen pribadi)
Kutipan 2 “Mira! Meskipun kau barusan mendustai aku, tetapi jiwamu dan duniamu bagiku tetap merupakan soal.” (Awal dan Mira:22)
ADVERTISEMENT
Meskipun mendapat penolakan berkali-kali dari Mira, tak menjadikan perasaan Awal untuk Mira hilang. Dalam hal ini pengarang dapat menyimpulkan bahwa ada konteks Obsesi dalam cinta yang tokoh Awal suratkan dalam naskah drama ini. Ditunjukkan bahwa sikap Mira selama ini selalu mendustai dan terkadang menyinggung perasaan Awal namun tokoh Awal tetap mencintai Mira dengan hatinya yang penuh rasa. Konteks obsesi dalam hal ini juga ditunjukkan bahwa sebesar apapun dusta yang telah Mira lakukan kepada Awal tidak meluluhkan hati Awal, meskipun munculnya rasa duka dalam hatinya akibat perlakuan Mira.
Kutipan 3 “Kau kejam! Tidak sedikit juga kau merasakan perasaanku. Tidak sedikit juga. Sudah cukup tadi mempermainkan aku dengan mendusta, sekarang kau senang, ya, melihat aku dihina orang setelah kepercayaanku kau rusakkan di depan orang lain?” (Awal dan Mira:26)
ADVERTISEMENT
Dalam kutipan tersebut ditunjukkan bahwa adanya interaksi antara konteks cinta dan duka dalam naskah drama ini. Konteks duka dalam hal ini ditunjukkan akibat kekecewaan tokoh Awal terhadap tokoh Mira karena tidak menghentikan orang-orang untuk menghina ia. Kekecewaan Awal bertambah pula akibat kepercayaan yang selama ini Awal berikan untuk Mira dikhianati oleh Mira sendiri di depan orang lain. Meskipun begitu rasa cinta kepada Mira masih terus meluap di hati Awal. Kutipan ini menggambarkan bahwa adanya gejolak cinta dan duka di waktu yang bersamaan diantara Awal dan Mira.
Kutipan 4
“Kau rupanya senang, ya, melihat aku mati untukmu?”
“Kau senang membikin aku menjadi kurban kecantikanmu?
(Awal dan Mira:27)
Di sisi lain konteks cinta yang berupa obsesi kini menguat di hati Awal. Namun hal ini berseberangan dengan pengertian ketulusan cinta yang Awal anggap sebagai rasa cinta yang ia curahkan kepada Mira. Rela mati untuk pasangan merupakan tindakan fisik yang mungkin menandakan obsesi atau sebuah ketulusan. Tentunya dalam hal ini tidak lepas dari pemikiran Awal yang menganggap bahwa Mira merupakan satu-satunya perempuan yang sempurna di era peperangan ini. Selama ini awal menganggap orang-orang hanya badut yang tersisa akibat peperangan, namun semenjak ia menemukan Mira, Awal beranggapan bahwa Mira adalah hal yang sempurna untuk ia dapatkan.
ADVERTISEMENT
Kutipan 5
“Mas, pintu hati hanya dapat dibuka oleh hati. Dan hati saya sudah terbuka.”
“terbuka untuk mempermainkan hatiku”
“itu menurut hatimu. Menurut hatiku, aku tak mempermainkan.”
(Awal dan Mira:30)
Kutipan ini menandakan bahwa tokoh Mira juga merasakan apa yang tokoh Awal rasakan. Meskipun digambarkan dengan tersirat pembaca dapat menafsirkan bahwa tokoh Mira memiliki perasaan yang sama terhadap tokoh Awal. Namun cinta yang Mira tunjukkan kepada tokoh Awal dipengaruhi oleh sifat Mira sebagai perempuan biasa, di mana ia tidak secara gamblang menunjukkan bahwa ia menyukai laki-laki tersebut. Di sisi lain ada banyak perasaan duka yang Mira tutupi selama ini, namun membuat prasangka buruk di dalam hati tokoh Awal di mana Awal menganggap Mira mempermainkan hatinya. Lagi-lagi adanya interaksi konteks cinta dan duka yang ditunjukkan dalam kutipan ini. Awal dan Mira menunjukkan bahwa cinta yang mereka miliki itu sebanding dengan duka yang mereka rasai.
ADVERTISEMENT
Kutipan 6 “Mira! Selama perempuan dilahirkan ke dunia untuk jadi kawan hidup laki-laki, selama itu aku harus mesti berusaha untuk dapat menyerahkan kepercayaan pada orang lain yang akan kujadikan kawan hidupku. Dan bagiku sekarang sudah jelas, bahwa kau dengan duniamu yang tidak sempit adalah manusia kucari-cari selama ini.” (Awal dan Mira:46)
Kutipan 7 “Kau dengan jiwamu yang penuh berisi kehidupan adalah paduan keindahan surge yang kumimpikan dan kepahitan dunia yang kurasakan. Kaullah wujud wanita utama.” (Awal dan Mira:47)
Kutipan selanjutnya menandakan bahwa tokoh Awal memiliki sifat yang tidak pantang menyerah di mana ia terus berusaha untuk menjadikan Mira sebagai dunianya. Kutipan tersebut juga menandakan bahwa Mira merupakan manusia yang Awal cari selama ini, di mana merujuk pada situasi kondisi latar yang diceritakan dalam naskah drama ini yakni peperangan. Awal menganggap bahwa manusia disekitarnya hanyalah badut semata, namun Mira merupakan perempuan yang sempurna dimatanya. Lagi-lagi konteks cinta yang berupa Obsesi ditunjukkan dalam kutipan ini yang merujuk pada tokoh awal.
ADVERTISEMENT
Kutipan 9 “Inilah kenyataanku. Kakiku buntung. Buntung karena perperangan. Tetapi lantaran inilah, Mas, lantaran ke atas aku cantik dan ke bawah aku cacat, selama ini aku bagimu merupakan teka-teki. Tapi sekarang…” (Awal dan Mira:54)
Cinta yang Awal rasakan saat itu berubah menjadi kekecewaan yang besar. Awal menganggap bahwa ekspektasinya akan Mira yang sempurna digagalkan oleh pengakuan Mira. Kaki Mira buntung akibat peperangan. Bagaimana perasaan awal atas pemikirannya di mana dunia ini hanya tersisa badut-badut, apakah Mira juga termasuk badut? Apakah kesempurnaan Mira hanya sebatas wajah?. Tentunya bagi awal tokoh yang digambarkan sebagai bangsawan mencintai rakyat yang ia anggap sempurna namun memiliki kecacatan membuat awal kaget dan tidak menyangka. Sungguh disayangkan bahwa cerita ini menggantung namun sangat seru apabila kita mengandai-andai, bagaimana kisah Awal dan Mira berakhir?
ADVERTISEMENT
Dapat disimpulkan bahwa konteks cinta dan duka dalam naskah drama ini digambarkan melalui tokoh Awal. Dalam naskah drama ini tokoh awal Mengalami berbagai bentuk kekecewaan akibat harapan-harapan yang tidak ia terpenuhi oleh Mira. Obsesi, cinta dan dukanya melingkupi cerita dalam naskah drama ini.
Referensi : https://www.indonesiana.id/read/155692/unsur-intrinsik-pada-drama-awal-dan-mira