Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Lukisan Ratu dan Secangkir Teh di Istana Buckingham
15 September 2022 12:30 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Dipo Alam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kabar meninggalnya Ratu Elizabeth II telah mengingatkan saya pada sebuah peristiwa tahun 2016. Pada saat itu, dalam rangkaian perayaan ulang tahun ke-90 Ratu Elizabeth II, saya menghadiahi sang ratu kado lukisan dan kain batik. Atas kedua hadiah tersebut, saya kemudian mendapat kehormatan diundang untuk minum teh dan masuk ke Istana Buckingham.
ADVERTISEMENT
Lukisan yang saya buat itu bergambar Ratu Elizabeth II bersama Pangeran Philip Adipati Edinburgh (Duke of Edinburgh). Keduanya saya lukis seolah sedang mengenakan pakaian batik Indonesia bercorak Sawunggaling, serta simbol lencana kerajaan yang mewakili kemuliaan, kejayaan, serta kemenangan, dengan hamparan teras-teras sawah sebagai latar belakangnya. Hamparan sawah dengan aliran sungai serta bunga-bunga yang indah di belakangnya berasal dari pemandangan indah di Ubud, Bali. Di lukisan itu saya juga menyertakan jalak Bali, salah satu ikon Pulau Dewata. Sementara, batik yang saya hadiahkan adalah batik tulis halus. Coraknya juga Sawunggaling dengan tambahan ornamen ikonik Kerajaan Inggris Raya.
Ada beberapa pesan yang ingin saya sampaikan melalui dua hadiah tersebut. Pertama, saya tentu berharap agar setelah menerima pemberian itu, Ratu Elizabeth II, serta keluarga Kerajaan Inggris, atau masyarakat Inggris lainnya, dapat lebih mengenal batik Indonesia dan tertarik untuk menggunakannya. Sebagai salah satu pendiri Yayasan Batik Indonesia, saya memang berusaha untuk mempromosikan batik pada berbagai kesempatan, termasuk mengangkat para pengrajin batik agar dikenal di dunia internasional.
ADVERTISEMENT
Kedua, dengan melukiskan keindahan Bali sebagai latar belakang lukisan tersebut, saya juga ingin mempromosikan keindahan alam Indonesia, khususnya Bali, untuk mendorong sektor pariwisata kita.
Dan ketiga, hari lahir Ratu Elizabeth II bertepatan dengan peringatan Hari Kartini di Indonesia, yaitu tanggal 21 April, yang menjadi simbol perjuangan atas hak-hak bagi kaum perempuan. Industri batik, secara historis dan sosiologis, kebetulan sangat identik dengan perempuan. Apalagi, 97 persen pengrajinnya adalah kaum perempuan.
Sejak awal perkembangannya, industri batik memang didominasi oleh kaum perempuan, baik pelaku usaha maupun tenaga kerjanya. Kaum perempuan, baik di Jawa maupun beberapa daerah lainnya di Indonesia, secara sosiologis memang memiliki peran dominan dalam kehidupan ekonomi. Di tengah kultur feodal dan priyayi, laki-laki biasanya diharapkan untuk bekerja di lembaga pemerintahan daripada berdagang. Pekerjaan sebagai pedagang dianggap lebih rendah derajatnya dibanding menjadi pegawai. Sementara, di kalangan rakyat biasa, laki-laki biasanya bekerja di sektor pertanian sebagai petani produsen. Inilah yang telah membuat kegiatan ekonomi dan perdagangan di Jawa banyak diisi oleh kaum perempuan, termasuk industri batik rakyat. Sehingga, secara tidak langsung, batik sebenarnya bisa dianggap sebagai simbol emansipasi dan hak-hak gender.
ADVERTISEMENT
Jadi, itulah pesan-pesan yang ingin saya sampaikan dari dua pemberian tadi.
Lukisan Ratu Elizabeth II itu sebenarnya sudah saya selesaikan pada tahun 2015. Pada tahun itu, saya memamerkan lukisan tersebut pada acara Gelar Batik Nusantara 2015 di Jakarta Convention Center (JCC). Namun, penyerahan lukisan kepada sang ratu sengaja saya tunda hingga perayaan ulang tahunnya yang ke-90, 21 April 2016.
Dalam peringatan Hari Kartini, 21 April 2016, barulah saya menyerahkan lukisan potret Ratu Elizabeth II dan suaminya, Pangeran Philip, Duke of Edinburgh. Hadiah tersebut saya serahkan melalui Wakil Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Juliet Maric. Tadinya bingkisan itu akan saya titipkan kepada Dubes Moazzam Malik, yang saya kenal baik. Namun, dia saat itu sedang berada di London, sehingga tidak bisa hadir. Acara seremoni penyerahan lukisan itu digelar di lobi Menara Bank Mega, Mampang. Juliet Maric mengatakan bahwa lukisan itu memuat simbol persatuan antar dua negara. Dia berjanji akan menyampaikan bingkisan itu kepada Ratu Elizabeth II.
ADVERTISEMENT
Meskipun Ratu berulang tahun ke-90 pada tanggal 21 April, namun menurut Juliet, masyarakat Inggris baru akan merayakannya pada bulan Juni nanti. Di bulan April, Ratu hanya akan merayakan ulang tahun bersama dengan keluarga kerajaan atau kerabat dekat saja.
Bingkisan lukisan dan batik dari saya ternyata diapresiasi sangat baik oleh pihak Istana Buckingham. Saya diberi tahu bahwa dalam perayaan ulang tahunnya yang ke-90 itu Ratu Elizabeth II sebenarnya dikirimi banyak hadiah, terutama dari raja-raja Arab. Namun, pihak Istana mengaku terpaksa menolak jumlah hadiah yang banyak itu. Menariknya, lukisan saya justru mereka terima. Padahal, saat itu saya hanya orang sipil biasa, bukan lagi pejabat negara. Ternyata, salah satu alasan kenapa bingkisan saya diterima oleh Ratu adalah karena ada pesan mengenai hak-hak perempuan di dalamnya. Seperti yang sudah saya singgung, batik sebenarnya bisa dianggap sebagai simbol emansipasi perempuan, karena umumnya dikerjakan oleh perempuan. Sebagai bentuk apresiasi, saya dengan istri kemudian diundang untuk dijamu minum teh di Istana Buckingham pada akhir Mei 2016. Tentu saja saya merasa terhormat mendapat undangan tersebut.
ADVERTISEMENT
Kebetulan, pada tanggal 28-29 Mei 2016, ada gelaran Indonesian Weekend! di Potters Fields, London. Acara itu memamerkan berbagai produk budaya dari Indonesia, mulai dari tata boga, musik, hingga produk fashion, terutama batik. Dalam acara itu, saya juga buka stand, memamerkan foto lukisan Ratu Elizabeth serta batik-batik dari para pengrajin Yayasan Batik Indonesia. Stand itu ramai dikunjungi orang. Apalagi, acara itu memang digelar di pusat kota London. Di taman yang asri tersebut, para pengunjung bisa menikmati keramah-tamahan khas masyarakat Indonesia.
Pada hari Selasa, 31 Mei 2016, pukul 10.00 waktu setempat, saya diterima di Istana Buckingham. Waktu itu saya diterima langsung oleh Kepala Rumah Tangga Istana Christopher Sandamas. Di tangga Istana, saya yang waktu itu datang dengan istri, disambut oleh pasukan resmi kerajaan bertopi khas Wales. Sebelum kemudian diajak minum teh khas gaya bangsawan Inggris, sesuai undangan, kami terlebih dahulu diajak berkeliling Istana. Itu adalah pengalaman yang sangat mengesankan. Apalagi, oleh Kepala Rumah Tangga Istana Buckingham saya dan istri juga diajak untuk ke balkon tempat Ratu atau keluarga kerajaan biasa menyapa warga di depan Istana atau para turis yang sedang berkunjung dengan lambaian tangan. Di tempat itulah, para anggota keluarga kerajaan di momen-momen tertentu, atau selepas upacara perkawinan, tampil di depan publik.
Saat berada di balkon tersebut, saya tak menyia-nyiakan kesempatan untuk melambai-lambaikan tangan ke para turis yang ada di halaman Istana. Dan secara antusias mereka menyambutnya. Dalam hati saya merasa geli. Sudah berasa seperti anggota Kerajaan Inggris saja, batin saya. Itu sungguh pengalaman istimewa yang membekas dalam ingatan saya. Sayangnya, karena kami dilarang untuk membawa kamera atau memotret bagian dalam Istana, momen-momen itu hanya bisa diabadikan dalam ingatan saja.
ADVERTISEMENT
Christopher Sadamas menyambut dan melayani kami dengan sangat baik dan ramah. Sesudahnya saya dengan istri diajak untuk minum teh bersama. Ia menunjukkan ketertarikan pada batik yang dikenakan oleh istri saya, Niniek. Pada saat itu dia banyak bertanya tentang batik, baik kepada saya maupun Niniek. Ia ingin tahu bagaimana batik dibuat dan mengaku kaget ternyata proses pembuatannya memang cukup rumit. Mungkin karena dia adalah pegawai kerajaan, Christopher juga banyak bertanya mengenai lencana-lencana kehormatan yang saya pakai.
Saat datang ke Istana Buckingham itu, saya memang sengaja mengenakan sejumlah lencana penghargaan yang pernah saya peroleh. Dugaan saya ternyata tepat, hal-hal simbolik semacam itu ternyata sangat dihormati dan diperhatikan di lingkungan Istana.
Dalam perbincangan, Christopher menceritakan kembali alasan kenapa saya akhirnya diundang untuk datang ke Istana. Sri Ratu ternyata sangat mengapresiasi hadiah dan karya yang saya berikan. Undangannya kepada saya juga dimaksudkan sebagai bentuk penghargaan kepada para pengrajin batik di Indonesia, yang mayoritas adalah perempuan.
Atas apresiasi tersebut, saya tentu saja mengucapkan terima kasih. Tujuan pemberian hadiah lukisan dan batik itu, selain untuk mempopulerkan seni budaya Indonesia agar batik kian dikenal, memang juga dimaksudkan untuk memberi penghargaan terhadap kaum perempuan. Sebagai salah satu tokoh perempuan dunia, saya berharap Ratu Elizabeth II bisa ikut mempopulerkan batik yang dibikin oleh perempuan Indonesia tersebut.
ADVERTISEMENT
Undangan dari Istana Buckingham itu menunjukkan jika lukisan dan batik memang bisa jadi alat diplomasi yang penting. Persahabatan dan sikap saling mengapresiasi dari kedua bangsa yang berlainan adab dan kebudayaan, bisa disambungkan melalui perantara lukisan dan batik.