Konten dari Pengguna

Ketukan-Ketukan Horor di Tempat Kos

Diyah Ayu Nur Halimah
Penulis - Content Creator. Kegiatan sehari-hari sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yang tergabung dalam berbagai komunitas.
30 September 2022 7:05 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Diyah Ayu Nur Halimah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto oleh Mateas Petru | Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Foto oleh Mateas Petru | Pexels
ADVERTISEMENT
Memiliki kepribadian introvert tidak selamanya menyenangkan. Di saat orang lain senang bermain di luar, introvert cenderung asyik dengan dunianya sendiri di rumah. Itulah yang saya rasakan hingga akhirnya mengalami kejadian horor.
ADVERTISEMENT
Semua ini bermula saat angkatan saya akan praktek di daerah Tlogowungu. Saya yang tidak suka ribet untuk survei tempat kos, memilih ikut pilihan teman saya. Siapa sangka, rumah yang dipilih teman saya begitu horor. Hampir setiap saat saya merasa was-was.
Hari pertama, saya tidak menemukan kejanggalan. Karena setibanya di sana, tepat saat maghrib. Di mana keadaan sudah gelap, hanya beberapa lampu warna kuning yang remang-remang. Rumah dan suasananya tidak terlalu jelas. Pohon di depan rumah juga saat itu tidak saya ketahui. Saya dan teman-teman fokus menempatkan barang-barang kami ke dalam rumah. Setelah beres, kami pulang ke rumah masing-masing.
Hari kedua, kami diantar mobil kampus ke rumah tempat kami akan tinggali. Awalnya baik-baik saja, tapi sore itu saat kami disibukkan memasang gas elpiji di dapur. Saya mendengar ketukan pintu dari luar. Saya reflek menengok ke ruang tamu yang memang bisa di lihat dari arah dapur. Tak ada apa pun.
ADVERTISEMENT
Saya kembali berkutik dengan gas elpiji yang masih tidak menyala. Lagi-lagi ada yang mengetuk pintu dari luar. Lagi-lagi saya melihat ke arah ruang tamu. Pintu tetap terbuka. Teman-teman sibuk dengan dunianya. Saya berusaha cuek, mungkin salah dengar. Meski ada perasaan tidak beres.
Hari terus bergulir, kami menjalani aktivitas m seperti biasa. Mencuci baju di belakang rumah. Menjemur baju di samping rumah yang tepat samping kamar. Di mana bisa dilihat dari jendela. Entah perasaan apa lagi, saya merasa seperti ada yang memantau setiap kali jendela dibuka. Padahal jelas itu kosong. Hanya pakaian yang menggantung.
Akhirnya, suatu hari saya dan teman-teman ngobrol. Siapa sangka, rupanya kejanggalan tidak hanya saya rasakan. Teman yang lain juga merasakannya. Bahkan di hari pertama di mana saya mendengar ada yang mengetuk pintu, juga didengar beberapa teman yang lain.
ADVERTISEMENT
Dan saya baru menyadari, jika pohon yang tumbuh besar dan lebat di depan rumah itu pohon rambutan. Teman-teman berspekulasi jika yang membuat horor kos kami adalah pohon tersebut. Daripada membahas horor, kami pun membahas hal lain.
Merasa tak nyaman menjemur pakaian di belakang rumah, saya dan teman-teman pun memutuskan untuk menjemur pakaian di depan rumah. Kami jarang beraktivitas di belakang rumah seperti sebelumnya.
Hal yang membuat bulu kudu kami terkadang ngeri adalah setiap pagi selalu ada buah rambutan berjatuhan. Seperti habis di makan orang. Sampai kami bertanya-tanya, siapa yang berani memakan buah rambutan? Pohonnya saja di dalam, rumah kami dibatasi pagar tinggi.
Siang itu, saya dijemput bapak untuk pulang. Sudah lama juga tidak pulang, saya jadi rindu. Bapak mengamati pohon di depan kos saya begitu teliti. Sampai akhirnya saya bertanya kenapa. Bapak bilang heran dengan pohon rambutan tersebut, karena pohonnya besar dan lebat. Selama ini bapak tidak pernah melihat pohon rambutan sebesar itu, seperti pohon mangga.
ADVERTISEMENT
Selama di rumah, saya lebih tenang. Tidak merasa ada gangguan. Saya pun bercerita pada bapak tentang apa yang saya alami. Bapak hanya mendengarkan, sesekali merespon cerita saya tentang pohon rambutan.
Setelah menghabiskan waktu libur satu hari di rumah. Saya kembali ke kos. Betapa terkejutnya saya ketika teman saya bilang jika pohon itu ada jinnya. Sudah ada banyak jin di dalamnya, di mana itu dijadikan tempat tinggal. Dan kalau ditebang, harus dipindah dulu. Bulu kudu saya jadi merinding setiap kali berpapasan dengan pohon tersebut.
Lagi-lagi, saya dihantui hal menakutkan. Saya bangun malam karena teman sekamar saya memeluk saya, padahal kasur posisinya luas. Anehnya, saat saya melihat tempat teman saya tidur. Saya melihat sosok lain tidur di sana. Saya mengira itu teman saya yang dari Pontianak. Saya pun mengurungkan niat untuk pindah posisi.
ADVERTISEMENT
Hari ke hari saya dihantui dengan sosok itu. Saya melihat ada sosok lain di kamar saya yang ikut tidur, persis seperti teman saya. Menyadari jika teman saya punya kamar sendiri dan tidak mungkin tidur di kamar saya, akhirnya saya tidur lagi. Menutup rapat ketakutan saya.
Gangguan itu terus saya rasakan. Bahkan ketika teman-teman saya meninggalkan saya seorang diri untuk mencari makan di luar, saya mendengar ketukan air yang berjatuhan. Padahal tidak ada yang membuka kran air. Akhirnya saya memberanikan diri duduk di ruang tamu. Menelpon orang tua.
Itulah sedikit cerita horor yang pernah saya rasakan. Saya harap pembaca tidak merasa takut. Cukup saya saja saat itu. Saya pun sudah melupakan. Namun, jika diminta ke sana lagi saya pasti menolak.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran juga untuk teman-teman. Jangan malas untuk survei, sekalipun introvert. Setidaknya bisa diskusi bersama terkait tempat kos. Jika pun tidak ada tempat lain yang bisa disewa, minimal tidak syok dengan rumahnya.