Konten dari Pengguna

G7 dan ‘Pusara’ Sinterklas

Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
20 Juni 2024 15:24 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pemimpin negara peserta KTT G-7 di Inggris, 11-13 Juni 2021. Foto: g7uk.org
zoom-in-whitePerbesar
Pemimpin negara peserta KTT G-7 di Inggris, 11-13 Juni 2021. Foto: g7uk.org
ADVERTISEMENT
Salah satu isu utama dalam KTT G7 adalah Rusia. Banyak yang awalnya meyakini bahwa Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni akan bersikap lunak terhadap Vladimir Putin, namun ia justru terbukti sebagai sekutu Barat yang teguh. Menjelang KTT, Italia mengumumkan paket militer baru untuk Ukraina.
ADVERTISEMENT
Namun, sentimen di Bari, tempat KTT diadakan, beragam, terutama karena hubungan historis dengan seorang santo abad keempat yang menginspirasi Santa Claus modern.
Jenazah santo ini dimakamkan di sebuah basilika di Bari, tepat di sebelah hadiah dari Vladimir Putin. Realitas yang kontras ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana Bari menyikapi hubungannya dengan Rusia dan Putin.
Ketika orang memikirkan Santa Claus, biasanya terbayang sosok berjas merah, janggut putih panjang, dan rusa kutub. Namun Santa Claus yang asli, atau St. Nicholas, dimakamkan di Bari.
Saat ini, kota ini merupakan situs ziarah penting, dengan Laut Mediterania yang tenang di satu sisi dan kota tua Bari di sisi lainnya.
Di antara keduanya terdapat Basilika St. Nicholas, yang didedikasikan untuk santo Kristen yang lahir pada abad keempat di tempat yang sekarang disebut Turki.
ADVERTISEMENT
St. Nicholas menjadi terkenal karena diam-diam memberikan hadiah kepada anak-anak miskin, yang kemudian membuatnya berubah menjadi sosok yang sekarang kita kenal sebagai Santa Claus.
Di wilayah Mediterania, ia adalah tokoh agama yang sangat penting, menarik ribuan pengunjung Kristen ke basilika setiap hari untuk berdoa.
Jenazah St. Nicholas, yang dibawa ke Bari oleh para pelaut Turki sekitar seribu tahun yang lalu, telah menjadi simbol keagamaan yang penting.
Penduduk setempat menghormatinya, dan ia membawa banyak wisatawan, berfungsi sebagai duta besar untuk Bari dan malaikat pelindung, dengan banyak penduduk setempat menyimpan fotonya di dompet mereka untuk keberuntungan.
Selain itu, warisan St. Nicholas juga memiliki lapisan politik yang rumit. Kekristenan memiliki tiga cabang utama: Katolik, Protestan, dan Ortodoks. Gereja Katolik, yang bermarkas di Vatikan, sangat kuat di Italia, sementara Gereja Ortodoks dominan di negara-negara Eropa Timur seperti Rusia, Ukraina, dan Bulgaria.
ADVERTISEMENT
Bari telah menjadi titik pertemuan bagi cabang-cabang ini. Meskipun Basilika St. Nicholas adalah institusi Katolik Roma, santo ini juga dihormati oleh umat Kristen Ortodoks.
Untuk mengakomodasi hal ini, basilika membuka ruang bawah tanah St. Nicholas untuk umat Kristen Ortodoks seminggu sekali untuk ritual mereka.
Pada tahun 2007, Presiden Rusia Vladimir Putin, seorang penganut setia Gereja Ortodoks, mengunjungi Bari. St. Nicholas memiliki arti penting di Rusia, karena dianggap telah menyelamatkan negara dari berbagai krisis.
Putin, yang telah membangun aliansi erat dengan Gereja Ortodoks Rusia, sebelumnya mengunjungi Bari pada tahun 2003 dan menghadiahkan patung St. Nicholas kepada kota tersebut, bersama dengan surat persahabatan, yang kemudian diubah menjadi sebuah plakat.
ADVERTISEMENT
Selama bertahun-tahun, plakat ini sebagian besar diabaikan, namun kini telah menjadi isu yang sarat politik. Karena Italia dengan tegas mendukung Ukraina dalam perang melawan Rusia, banyak penduduk setempat yang percaya bahwa plakat tersebut, jika bukan patungnya sendiri, harus disingkirkan.
Sebuah petisi untuk mencopot plakat tersebut mengumpulkan sekitar 12.000 tanda tangan, namun walikota kota menolaknya, dengan menyatakan bahwa sejarah tidak bisa dibatalkan.
Walikota menekankan bahwa St. Nicholas adalah simbol budaya dan agama yang penting bagi Bari, dan warisannya tidak boleh diubah. Umat Katolik Roma dan Kristen Ortodoks sering kali memiliki perbedaan yang pahit, namun Bari telah berdiri sebagai simbol harapan dan kerja sama.
Pada tahun 2017, Paus Fransiskus membuat isyarat yang signifikan dengan mengirimkan sebagian dari jenazah St. Nicholas, khususnya tulang rusuknya, ke Rusia.
ADVERTISEMENT
Keputusan ini membawa sukacita yang luar biasa di Rusia, dengan ribuan orang mengantre di luar sebuah gereja di Moskow untuk melihat relik tersebut. Ini adalah peristiwa langka yang memperkuat hubungan antara kedua cabang agama Kristen tersebut.
Namun, perang di Ukraina telah mengubah dinamika ini, mengadu domba umat Katolik Roma dengan Kristen Ortodoks dan memecah belah masyarakat Bari, yang telah lama menjadi pintu gerbang Italia ke Timur.
Kota ini menampung populasi besar orang Eropa Timur, termasuk Ukraina, Rusia, Slovenia, dan Bulgaria, yang sekarang terpecah karena perang. Beberapa tetap diam atas invasi tersebut, sementara yang lain secara vokal mengutuk Putin, menciptakan suasana tegang di kota yang dulunya merupakan simbol persatuan dan kerja sama.
ADVERTISEMENT
Ketika para pemimpin G7 berkumpul di Italia selatan, fokusnya akan tertuju pada berbagai macam isu, dengan Rusia menjadi topik diskusi yang signifikan.
Sikap tegas Meloni terhadap Rusia, ditambah dengan dukungan militer Italia baru-baru ini untuk Ukraina, memposisikannya sebagai pemain kunci dalam diskusi ini. KTT ini juga dapat menyaksikan kehadiran Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, yang semakin menyoroti ketegangan geopolitik.
KTT G7 di Bari bukan hanya tentang politik; ini juga merupakan kesempatan bagi Italia untuk memamerkan masakannya yang terkenal di samping upaya diplomatiknya.
Acara ini mempertemukan para pemimpin global untuk membahas isu-isu internasional yang mendesak, dengan latar belakang warisan budaya dan sejarah Bari yang kaya.
Sementara dunia menyaksikan, Italia bersiap untuk memainkan peran penting dalam membentuk hasil dari diskusi-diskusi penting ini.
ADVERTISEMENT