Konten dari Pengguna

Memboikot Zara

Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
21 Desember 2023 15:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sebuah logo Zara di jendela salah satu toko terbesarnya di Madrid, Spanyol, pada Kamis (7/4/2022). Foto: Juan Medina/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Sebuah logo Zara di jendela salah satu toko terbesarnya di Madrid, Spanyol, pada Kamis (7/4/2022). Foto: Juan Medina/REUTERS
ADVERTISEMENT
Dunia mode berjalan sesuai keinginan. Jika Anda membutuhkan baju dan tren baru, sebuah merek (brand) bakal segera memenuhi keinginan Anda. Orang menyebutnya ‘busana cepat’ (fast fashion). Salah satu pelopornya adalah raksasa industri mode asal Spanyol, Zara.
ADVERTISEMENT
Tapi apa yang terjadi ketika pelanggan menginginkan lebih dari sekadar tren. Para pelanggan kian membutuhkan akuntabilitas. Ini menjadi salah satu persoalan yang dihadapi Zara saat ini.
Kampanye iklan Zara telah memicu seruan boikot. Iklan Zara, yang bernama The Jacket, memperlihatkan manekin dengan anggota badan yang hilang dan patung berbalut warna putih. Di salah satu foto seorang model digambarkan membawa sebuah manekin yang dibungkus plastik putih di dalamnya.
Ada foto lain yang memperlihatkan manekin tanpa lengan. Latarnya menunjukkan batu retak dan patung rusak. Boleh jadi Zara tidak terlalu hirau dengan persoalan ini. Aspek kesamaan tampak luar biasa dengan pelbagai foto dari Gaza.
Tak pelak kampanye iklan ini disambut dengan banjir komentar yang sarat kemarahan. Kelompok pro-Palestina menyerukan aksi boikot dan hashtag #boycottZara mulai trending.
ADVERTISEMENT
Pelbagai protes mulai bermunculan di banyak tempat di dunia. Di Kanada aksi protes menyapu sejumlah toko-toko Zara di Ontario, Toronto dan Ottawa. Pengunjuk rasa pro-Palestina mengibarkan bendera Palestina, berkumpul di luar toko-toko Zara di mal-mal sambil mengumandangkan yel-yel “We Charge You with Genocide” (Kami Menuduh Anda melakukan Genosida).
Di Glasgow aksi protes memaksa Zara untuk menutup toko-tokonya. Aksi protes juga ditemukan di Jerman, Australia, Afrika Selatan, Tunisia dan Turki. Para pengunjuk rasa menyatakan bahwa “Zara yang tidak berharga, kami datang untuk memberi Anda ide-ide baru untuk kampanye PR Anda yang menjijikkan dan tercela itu. Anda menjalankan dan menggunakan foto-foto yang menunjukkan jenazah orang-orang yang tidak bersalah, mereka yang terkoyak-koyak dan terbungkus kain kafan. Bom telah mengubah Gaza menjadi puing-puing.”
ADVERTISEMENT
Zara berupaya untuk menangkis bermacam serangan yang mendatangkan kerusakan kepada perusahaan itu. Tanggapan pertama yang dilakukannya adalah mengabaikan boikot tersebut. Di sini Zara menerapkan damage control mode. Tapi begitu seruan dan aksi boikot kian mengeras dan meluas, Zara berubah kepada defensive mode.
Pihak Zara menyebutkan bahwa “kampanye iklan tersebut sudah disiapkan sejak Juli, jauh sebelum pecahnya Perang Hamas-Israel dan memulai sesi pemotretan dan shooting pada bulan September. Jadi tidak benar bahwa iklan ini terinspirasi oleh perang Gaza yang dimulai pada bulan Oktober.”
Namun seruan boikot terus berlanjut sehingga Zara akhirnya mencabut iklan tersebut dan mengeluarkan permintaan maaf. Tapi lagi-lagi pada saat yang sama Zara mengatakan semua ini hanya karena kesalahpahaman.
ADVERTISEMENT
Sebetulnya ini bukan pertama kali Zara terlibat dalam kebijakan yang kontroversial. Pada 2014 Zara merilis t-shirt dengan slogan ‘White is the New Black’ (Putih adalah Hitam Baru) dan hal ini dinilai rasis.
Pada tahun 2022 Zara mengadakan kampanye untuk seorang menteri dari Sayap Kanan di kabinet Israel Itamar Ben-Gvir. Tindakan ini juga mengundang seruan boikot. Tetapi kali ini kontroversi yang ada tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Seiring dengan genosida yang terus berlanjut di Gaza, semakin banyak deretan merek internasional yang menghadapi seruan boikot. Pertama adalah McDonald's, lalu Starbucks dan sekarang Zara.
Zara memang mencoba bermain halus dengan prinsip keseimbangan, tetapi pembelaannya justru membuat wajah perusahaan ini compang-camping. Raksasa busana cepat ini telah terjerat dalam krisis geopolitik yang secara lambat kian membara, dan boleh jadi akan membakar dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT