Konten dari Pengguna

Mengapa Wanita Lebih Unggul dalam Harapan Hidup

Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
4 September 2024 9:53 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Sudah menjadi rahasia umum bahwa secara global, wanita memiliki harapan hidup yang lebih panjang daripada pria, dengan selisih sekitar 5%. Selama ini, perbedaan ini sering dikaitkan dengan faktor gaya hidup dan kesehatan mental pria yang cenderung kurang baik.
ADVERTISEMENT
Namun, penelitian terbaru dari Jepang membuka babak baru dalam perdebatan ini. Para ilmuwan mengklaim telah menemukan bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa kunci umur panjang terletak pada sel-sel reproduksi mikroskopis.
Pria dan wanita memang berbeda, layaknya apel dan jeruk. Perbedaan ini, baik secara fisik maupun psikologis, telah menjadi sumber perdebatan dan perbandingan yang tak kunjung usai sejak zaman dahulu. Masing-masing gender memiliki peran dan ekspektasi sosial yang berbeda, menciptakan dinamika kompleks dalam interaksi antar jenis kelamin.
Pertanyaan klasik tentang siapa yang lebih unggul, pria atau wanita, masih menjadi misteri yang tak terpecahkan. Perdebatan tak berujung terus bermunculan, mulai dari kemampuan memasak hingga keterampilan mengemudi, dari isu kesetaraan gender hingga stereotip peran gender. Namun, di antara semua perdebatan tersebut, ada satu pertanyaan yang menarik perhatian para ilmuwan: mengapa wanita cenderung hidup lebih lama daripada pria?
ADVERTISEMENT
Di tengah lautan perdebatan tentang perbedaan gender, satu fakta tak terbantahkan: wanita cenderung hidup lebih lama daripada pria. Kini, para ilmuwan Jepang hadir dengan petunjuk menarik yang mungkin mengungkap rahasia di balik fenomena ini. Mereka percaya bahwa kunci umur panjang terletak pada sel-sel reproduksi kita, sang aktor utama dalam proses perkembangbiakan manusia.
Bayangkan Anda mengintip melalui mikroskop, dan Anda akan melihat dua bintang utama: sel telur yang besar dan sperma yang kecil. Keduanya, meskipun berbeda ukuran, memiliki peran penting dalam menciptakan kehidupan baru. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa sel-sel reproduksi ini juga berperan dalam menentukan berapa lama kita akan hidup.
Para ilmuwan Jepang, layaknya detektif ulung Sherlock Holmes, melakukan investigasi mendalam untuk mengungkap misteri ini. Mereka memilih ikan killifish berwarna biru kehijauan sebagai subjek penelitian.
ADVERTISEMENT
Ikan kecil ini memiliki keunikan tersendiri: mereka mencapai kematangan seksual dengan sangat cepat, bahkan lebih cepat dari siswa SMA yang baru masuk, namun hanya memiliki umur beberapa bulan saja. Meskipun hidupnya singkat, proses penuaan pada ikan killifish sangat mirip dengan manusia, menjadikannya model ideal untuk mempelajari fenomena penuaan dan umur panjang.
Dalam eksperimen mereka, tim peneliti dari Jepang mengambil langkah yang luar biasa dengan menghilangkan sel-sel reproduksi dari ikan kecil yang digunakan sebagai subjek penelitian. Sel-sel ini, yang pada akhirnya akan berkembang menjadi sperma pada jantan atau sel telur pada betina, dihapuskan sepenuhnya. Akibatnya, perbedaan umur antara jantan dan betina yang biasanya terlihat menjadi tidak ada.
Dengan kata lain, penghilangan sel reproduksi tersebut secara efektif menciptakan kondisi yang setara antara keduanya dalam hal rentang hidup. Melalui penelitian ini, para ilmuwan menyimpulkan bahwa keberadaan sel telur pada betina memberikan keuntungan berupa jaringan tubuh yang lebih sehat, sementara kekurangan hormon estrogen pada jantan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan akhirnya menunjukkan adanya cukup bukti untuk menegaskan bahwa keberadaan sperma secara nyata berperan dalam memperpendek umur hidup jantan.
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa wanita secara global hidup sekitar 5% lebih lama dibandingkan pria. Banyak faktor yang berperan dalam memperlebar kesenjangan ini.
Salah satu faktornya adalah risiko kematian yang lebih tinggi pada pria muda akibat kecelakaan atau bunuh diri, sementara wanita cenderung memiliki pola hidup yang lebih sehat. Masalah bunuh diri menjadi perhatian serius, terutama karena pria menunjukkan tingkat kerentanan yang lebih tinggi.
Setiap dua jam, ada sekitar 12 kasus bunuh diri yang terjadi, atau 84 kasus dalam seminggu, menjadikannya penyebab kematian terbesar bagi pria di bawah usia 45 tahun. Jika Anda adalah seorang pria berusia 18 tahun di Inggris, statistik menunjukkan bahwa ancaman terbesar terhadap hidup Anda kemungkinan besar adalah diri Anda sendiri.
ADVERTISEMENT
Perbedaan harapan hidup antara pria dan wanita bukanlah hal yang baru, dan ini juga berlaku di berbagai belahan dunia. Sebagai contoh, di Inggris, bayi laki-laki yang lahir antara tahun 2020 dan 2022 diperkirakan akan hidup hingga usia 78,6 tahun, sementara bayi perempuan memiliki harapan hidup mencapai 82,6 tahun. Di Rusia, perbedaan ini bahkan lebih mencolok, di mana pria rata-rata hidup 13 tahun lebih pendek daripada wanita.
Fakta ini seringkali memicu kembali perdebatan lama tentang superioritas antara pria dan wanita. Namun, dari sudut pandang ilmiah, wanita memang memiliki keunggulan dalam hal umur panjang.
Meskipun demikian, baik pria maupun wanita memiliki peran dan kontribusi unik yang tak tergantikan dalam kehidupan. Seperti dalam sebuah orkestra yang megah, setiap instrumen, terlepas dari jenisnya, memiliki perannya masing-masing dalam menciptakan harmoni yang indah.
ADVERTISEMENT
Jadi, ketika perdebatan tentang pria versus wanita muncul kembali, ingatlah bahwa sains menunjukkan keunggulan wanita dalam hal umur panjang. Namun, jangan lupa bahwa kedua jenis kelamin memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing, dan keduanya sama-sama penting dalam simfoni kehidupan yang kompleks dan menakjubkan.