Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengapa Matematika Dianggap Sulit oleh Sebagian Masyarakat ?
18 November 2024 9:41 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Dwayne Budianto Gunawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang sangat penting dalam kehidupan manusia dalam berbagai penerapan sehari - hari sampai penemuan - penemuan yang bersejarah seperti Teorema Phytagoras, Algoritma Matematika, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Seiring perkembangan zaman, anak - anak menerima ajaran dan pelajaran matematika dari gurunya namun masih banyak yang belum bisa mengerti konsep dasar matematika atau menganggap matematika itu sulit. Lalu sebenarnya apa yang menjadi masalah dalam belajar matematika ? Mari kita lihat mulai dari masalah - masalah dari dalam.
Faktor Internal
1. Anak - Anak
Sebagai anak - anak kita cenderung menerima pelajaran dan didikan yang konstan mempelajari hal yang baru namun belum tentu semua anak punya latar belakang yang sama terutama yang memiliki kekurangan secara fisik maupun akal sehat. Selain itu juga, anak - anak lahir dari genetik orang tua yang berbeda di mana melahirkan minat anak yang selalu berbeda bahkan terhadap orang tua juga bisa anaknya memiliki perbedaan minat.
ADVERTISEMENT
2. Kondisi Mental Anak
Sifat dan perilaku dari anggota keluarga akan menentukan dan membentuk sifat dan perilaku anak termasuk mentalnya. Biasanya anak yang menerima didikan dan ajaran yang benar dari orang tua biasanya akan mudah menangkap informasi dan komunikasi dengan baik berguna dalam memahami berbagai rumus dan konsep terutama matematika.
Oleh karena itu, anak - anak yang biasanya dari orang tua yang terlalu melindungi atau membebaskan anaknya cenderung kurang menerima ajaran dan didikan yang benar sehingga memiliki kekurangan selama proses anak - anak dalam asupan didikan dari orang tua.
Anak yang kurang ajaran dan didikan biasanya mendapatkanyang salah selama proses asupannya. Contoh ajaran dan didikan yang salah sebagai berikut.
ADVERTISEMENT
Dari didikan dan ajaran dari orang tua inilah yang membentuk mental anak - anak menemukan jati diri, hobi, bakat, dan minat dalam diri anak. Mental anak yang benar seharusnya adalah rasa ingin tahu atau penasaran yang tinggi di mana dapat menampung ajaran dan didikan dengan baik dan benar serta efektif dalam menerima matematika sebagai bagian dari kehidupannya sehari - hari.
Faktor Eksternal
Dari penjabaran masalah secara dalam, anak - anak sebenarnya punya kemampuan dan punya keunikannya masing - masing yang berbeda - beda dan mampu untuk bisa memenuhi ajaran dan didikan umum seperti matematika namun alangkah yang terjadi adalah di mana sebagian besar anak - anak masih saja menganggap matematika itu sulit. Oleh karena itu, mari kita mulai bahas masalah dari luar.
ADVERTISEMENT
1. Kondisi Ekonomi dan Sosial Anak
Anak lahir dari berbagai negara, kota, dan daerah di mana kondisi ekonomi dan sosial anak sangat berpengaruh kepada pendidikan anak.
Dari sisi ekonomi, anak dari keluarga mencukupi akan mendapatkan segala hal yang mendukung fasilitas belajar anaknya sedangkan anak dari keluarga kurang mampu tidak akan mendapatkan fasilitas yang sama.
Lalu sisi sosial, anak yang lahir dari komunitas atau kelompok mayoritas cenderung diterima oleh masyarakat namun yang tidak akan dikucilkan atau kurang dianggap oleh masyarakat.
Kondisi sosial ini bisa berhubung dengan ekonomi, status, pekerjaan, sifat dan perilaku, kebiasaan, dan masih banyak lagi. Selain itu juga, tekanan sosial yang diterima anak seperti kompetensi, perundungan, ataupun kecurangan yang dilakukan oleh oknum - oknum dapat menyebabkan tekanan yang berlebih yang berdampak langsung dalam jangka panjang pada mental anak.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya masalahnya ekonomi dan sosial ini sebenarnya hanya sebagai persepsi masyarakat di mana bukan jadi alasan mengapa anak tidak menerima didikan dan ajaran yang cukup. Oleh karena itu, masalah ini cukup serius dan butuh dukungan dari pemerintah supaya tidak terjadi kasus - kasus pelanggaran hak anak sebagaimana anak mendapatkan pendidikan yang layak.
2. Fasilitas yang Tidak Memadai
Fasilitas sekitar anak juga mempengaruhi pendidikan anak di mana biasanya fasilitas yang mumpuni akan menjadi acuan negara untuk bisa memenuhi kebutuhan anak dalam pendidikannya namun tidak semua negara dapat memenuhi dengan baik.
Sebagai contoh kondisi anak 3T ( Tertinggal, Terluar, dan Terjauh ) merupakan anak yang hanya bisa menerima ajaran dan didikan yang seadanya di mana kondisi sekolahnya saja sudah tidak layak. Kebijakan dari negara seperti KIP Kuliah sebenarnya hanya dapat terserap kecil dan biasanya universitas yang mahasiswa menerima dengan KIP Kuliah akan menjadikannya penerima sisa karena akan rugi jika diterima dalam jumlah yang banyak.
ADVERTISEMENT
3. Pengajaran yang Tidak Kompeten
Selain fasilitas, pengajaran jauh lebih penting di mana akan mempelajari hal - hal baru buat anak. Sebagian sekolah bisa masuk ke jajaran yang mumpuni dan dapat memberikan pengajaran yang layak bagi anak namun ada juga sekolah yang masih jauh dari itu di mana hanya dapat memberikan pengajaran berdasarkan pada guru - gurunya atau satu buku paket di mana bersandar pada sedikit informasi saja.
Selain itu juga guru - gurunya belum tentu punya jiwa yang sama dalam mengajar kepada siswa - siswanya karena fokus uang untuk memenuhi kepentingan pribadi di mana tidak mempedulikan kemampuan dan kompetensi siswanya berujung pada kurangnya kemampuan anak terutama dalam hal matematika. Pengajaran yang masih terlalu banyak menghafal juga faktor yang menyulitkan anak untuk memahami rumus dan konsep yang dibaca.
ADVERTISEMENT
Pengajaran seperti ini dapat menyebabkan anak - anak yang punya pemikiran di mana melihat matematika itu sulit dalam jangka panjang dan akan terus begini jika tidak terjadi perubahan pada sistem didikannya.
Jalan Keluar ?
Sebagai anak dan pelajar untuk terus bertumbuh dan belajar, setiap harinya tanpa pandang usia akan terus menerima didikan dan ajaran yang penting setidaknya satu yang tersembunyi setiap harinya. Lalu solusi apa yang dapat diterapkan pada diri masing - masing ?
1. Perubahan Mental Anak
Mental anak sebenarnya bisa berubah asalkan ada usaha dan pembiasaan supaya anak bisa beradaptasi dan konsisten terhadap didikan dan ajaran yang menanamkan untuk membentuk cara penyelesaian masalah yang unik dan menarik yang belum pernah digunakan di kehidupan sehari - hari.
ADVERTISEMENT
Selain itu juga, mental anak yang positif akan membentuk cara positif untuk menghadapi proses hidup dengan lebih baik dan mudah menangkap apa yang masyarakat inginkan.
2. Pikiran Selalu Terbuka dan Kritis terhadap Perkembangan Zaman
Dalam menerima ajaran dan didikan, anak harus bisa terbuka dan punya sifat kritis terhadap perkembangan ilmu - ilmu namun tidak semua anak punya kondisi yang sama. Anak - anak yang sudah menerima ajaran didikan yang salah akan sulit untuk terbuka dan menerima tantangan baru sehingga pembiasan ini harus dilakukan saat anak masih sedini mungkin
Dalam jangka panjang, membentuk kebiasaan ini punya dampak positif seperti bisa menerima dan menyikapi perbedaan, pendapat, kritik, saran, ataupun pujian dengan benar dan baik di mana harus tetap terbuka dan jangan mengisolasi diri terhadap perkembangan luar.
ADVERTISEMENT
3. Tanamkan Motivasi Anak
Selain itu, hal esensi setiap manusia dalam diri adalah menanyakan tujuan belajar hal - hal yang kita sudah pelajari di mana dapat menumbuhkan pikiran untuk bisa memaknai setiap proses belajar dengan memahami dan mengerti ilmunya dengan baik. Motivasi anak berada dalam keadaan baik merupakan landasan utama dalam perkembangan dan pendidikan anak di mana menemukan motivasi anak akan cukup sulit namun seiring waktu anak dapat menemukannya dan dapat menggunakan motivasi tersebut untuk tujuan yang baik dan benar.
4. Pendekatan Pengajaran secara Praktik dan Kehidupan Sehari - hari
Proses pengajaran juga penting sebagaimana anak bisa mendapatkan didikan dengan baik dan benar. Dengan pengajaran secara praktik dalam ranah sehari - hari sekeliling kita, anak dapat memahami dengan lebih mudah bagaimana konsep dasarnya bekerja yang harus ditingkatkan melalui institusi pendidikan yang berkaitan seperti menteri pendidikan, kurikulum, dan sekolahnya.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Pendidikan anak merupakan hal esensi dalam menanggapi kehidupan. Sebagaimana pendidikan didapatkan, anak dapat hak dan kewajiban untuk belajar dan menemukan hal baru. Tentu dalam memenuhi didikan tidak semudah yang dibayangkan karena berbagai faktor internal dan eksternal yang tidak bisa dikontrol. Oleh karena itu, perlu ajakan dari semua elemen masyarakat untuk bisa membantu dan mendukung satu sama lain.
Sebagai pelajar, kita harus sadar juga bahwa kita menerima didikan dan ajaran untuk menunjang masa depan kita bukan buat orang lain. Oleh karena itu, alangkah baik jika anak punya kesadaran sendiri untuk berubah dan beradaptasi terhadap perkembangan luar sehingga dapat menjadi orang sukses dan dapat penghidupan layak.