Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Galaknya Kucing yang Dikurung, Potret Manusia di Masa Pandemi COVID-19
23 Agustus 2021 15:26 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Dwi Handriyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebulan lalu, Kitty, kucing betina yang sudah setahun dirawat kakak saya, diadopsi oleh Mbak Ayu, relawan ambulans yang juga merupakan pecinta kucing. Hal ini terpaksa dilakukan karena perilaku Kitty yang semakin galak dan sering mengeong. Akhirnya, kakak meminta bantuan Mbak Ayu untuk merawat kucingnya.
ADVERTISEMENT
Kisah adopsi ini disebabkan sekitar 2 bulan lalu, si Kitty terlihat merasa gelisah dan berisiknya minta ampun. Sering mengeong daripada biasanya, pagi, siang, sore, bahkan tengah malam. Suara Kitty pun terdengar lebih panjang dan keras.
Belum lagi dengan perilaku Kitty yang grooming berlebihan dengan menggosok-gosokkan tubuhnya ke kandangnya dan keluar cairan dari kemaluannya. Singkat cerita, sepertinya si Kitty dalam kondisi birahi, minta kawin, hehe. Namun, kondisi Kitty yang birahi tersebut, cukup menyulitkan kakak untuk menghadapi dan merawatnya, mengingat kakak bukanlah pecinta kucing sejati, hehe.
Setahun lalu, Kitty bayi yang ditinggalkan induknya, ditemukan kakak di tempat jemuran, bagian belakang lantai 2 rumah orang tua. Sebenarnya kakak saya kurang menyukai kucing, namun dia merasa kasihan dan mencoba merawat bayi kucing ini. Berbekal browsing dan menanyakan kepada teman-teman, juga anak muridnya yang pecinta kucing, kakak berusaha mencari informasi bagaimana memberikan susu dan makanan kepada Kitty bayi.
ADVERTISEMENT
Perlahan si Kitty tumbuh menjadi kucing yang sehat dan gendut, tetapi kelemahan kakak dalam merawat kucing ini adalah selalu mengurungnya di dalam kandang. Sesekali dikeluarkan, namun Kitty terkenal galak, suka mencakar dan menggigit, jika ada yang memegang dan mengelusnya. Belum lagi ketika dibuka kandangnya, selalu berlarian ke sana-kemari, bersembunyi di antara barang-barang di rumah orang tua, sehingga menyulitkan keponakan saya mengambilnya dan memasukkan kembali ke kandang.
ADVERTISEMENT
Coba tengok berita yang wara-wiri, baik di media online ataupun media sosial, ketika terjadi penyekatan saat pemberlakuan larangan mudik Idul Fitri 1442 hingga PPKM Darurat ataupun Level 3-4 di berbagai daerah di Indonesia. Ada beberapa video warga yang marah-marah ketika ditegur petugas sewaktu di pos penyekatan pada periode pelarangan mudik dan diviralkan dari salah satu akun gosip di Instagram. Seharusnya, para warga tersebut sudah tahu, adanya pelarangan mudik, masih nekat saja bepergian ataupun pulang kampung, bahkan lebih galak dari petugasnya ketika diminta untuk tidak melanjutkan perjalanannya.
Belum lagi, saat penerapan PPKM Darurat maupun Level 3-4, penyekatan di wilayah perbatasan antar kabupaten/kota dilakukan di banyak daerah di Indonesia. Media-media online melansir berbagai tingkah ‘lucu’, seperti yang dilansir okezone.com (11/7) yang memperlihatkan warga yang berdalih padahal tidak menggunakan masker, bahkan memarahi petugas, saat razia protokol kesehatan dan terjaring penyekatan PPKM di Kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara.
ADVERTISEMENT
Lain lagi yang terjadi di lingkungan sekitar saya, khususnya anak-anak. Pernah saya menegur anak-anak tetangga untuk menggunakan masker, jika di luar rumah dan bermasker. Jawaban bocah-bocah itu, "Buat apa pakai masker, kan tidak ada Satpol PP." Saya ingatkan bocah itu, malah semakin menjadi mengeyelnya. Bahkan, saya diledek bocah cilik itu dengan menjulurkan lidahnya.
Ada pula, kisah yang cukup menggelitik, sewaktu berjalan ke rumah orang tua menggunakan masker KN95 dan berpapasan dengan 3 orang bocah. Bocah-bocah itu mengomentari penampilan saya.
"Eh, katanya yang terkena Covid makin gawat. Makin gampang menular dan banyak yang mati. Benar enggak tuh," kata seorang bocah laki-laki dengan masker di dagunya. "Iya benar. Katanya kita disuruh pakai masker dobel," sahut temannya yang lain sambil membenarkan maskernya di dagu dan memakainya menutupi hidung-mulut. Saya yang mendengar hanya bisa senyum-senyum sendiri dari balik masker.
ADVERTISEMENT
Tak ayal pula, sepanjang jalan menuju rumah orang tua, saya melihat anak-anak yang sedang asyik bermain, entah di jalanan, atau di tanah kosong, dengan bergerombol atau sendiri, dengan menggunakan masker atau tidak ataupun bermasker asal-asalan. Itu baru segelintir perilaku bocah-bocah yang saya temui.
Di sisi lain, kalau para orang tua yang pernah saya hadapi juga sama saja, kebanyakan dari mereka memakai masker karena hendak pergi jauh dan takut terazia protokol kesehatan oleh Satpol PP. Belum lagi yang berpikiran Covid ini akal-akalan pemerintah, konspirasi, mau cari keuntungan dari pembelian vaksin COVID-19.
Lebih gahar lagi, jika bertemu orang yang merasa dirinya ataupun anggota keluarganya dicovidkan RS. Namun, setelah mereka sembuh, hanya merasa seperti flu biasa. Atau, juga merasa RS mengambil keuntungan dengan mengcovidkan diri atau keluarganya. Ada pula, beberapa masyarakat yang bersedia divaksinasi COVID-19 dengan alasan sebagai syarat bepergian yang harus menunjukkan kartu/sertifikat telah divaksinasi.
ADVERTISEMENT
Dan, kondisi itu juga seperti diperlihatkan si Kitty yang diadopsi Mbak Ayu. Mbak Ayu sebagai pecinta kucing memperlakukan Kitty dengan baik dan penuh kasih sayang. Kitty dan kucing lainnya yang dirawat Mbak Ayu menjadi lebih jinak dan mau dielus. Terbayang kan, gaharnya Kitty dan kalau mau dielus malah menggigit. Karena memang kakak saya merawat Kitty sekedar kasihan dan kewajiban saja, makanya Kitty selalu dikurung dan takut membuang kotoran sembarangan di rumah.