Konten dari Pengguna

Pasar Obligasi Indonesia Terus Melonjak

Dwi kasiyati
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah malang
29 November 2022 19:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dwi kasiyati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
pasar oblihasi di indonesia terus melonjak dok: shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
pasar oblihasi di indonesia terus melonjak dok: shutterstock
ADVERTISEMENT
Kondisi pasar obligasi Indonesia terus meningkat di tengah meningkatnya kasus Covid-19. Hal itu tercermin dari hasil lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), di mana jumlah penawaran sepanjang tahun ini mencapai Rp 56,69 triliun. Namun, pemicu utama tingginya permintaan SBSN adalah likuiditasnya yang sangat baik, baik secara global maupun domestik. Selisih antara benchmark SBN 10 tahun dan imbal hasil Treasury AS lebar pada 500 basis poin.
ADVERTISEMENT
Dia percaya bahwa imbal hasil riil Indonesia bisa lebih tinggi dari spread karena inflasi di Indonesia juga masih bertahan. "Fundamental kami juga sangat kompetitif karena kami menawarkan imbal hasil yang lebih baik dengan nilai tukar yang menarik dibandingkan peer kami. Penerbitan obligasi global juga bisa dijadikan benchmark. Yield 10 tahun sebesar 2,2%, jauh lebih tinggi dari imbal hasil BBB- peringkat obligasi korporasi AS (terutama yang dikeluarkan pemerintah dengan imbal hasil hanya 2,17%), sehingga tidak berisiko. Selain itu, keadaan Indonesia dari perspektif defisit fiskal masih sangat baik.
Defisit tahun ini bahkan lebih rendah dari perkiraan, dari 5,9% menjadi 5,7%. Jadi, meskipun imbal hasil tetap menarik, risiko fiskal terjaga, yang pada dasarnya merupakan hal yang baik. Hasil lelang SBSN hari ini mencapai Rp 56 triliun. Selain itu, investor domestik akan mengambil posisi SBSN karena tetap menarik dari segi imbal hasil yang ditawarkan dibandingkan dengan instrumen dengan risiko serupa. Hal itu juga menunjukkan bahwa mereka tidak terpaksa melakukannya. Posisi bank SBSN sangat kuat, namun risiko arus keluar yang besar relatif rendah dengan alokasi kredit normal. Pemerintah dapat meminimalkan hal ini dengan memberikan kelonggaran kepada bank mengenai persyaratan cadangan legal (GWM) dan rasio leverage tambahan (SLR). Agar bank tidak muncul bersamaan sehingga bisa menjadi bumper
ADVERTISEMENT