Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
IKN Nusantara: Dualitas Konsep, Menuju Keberhasilan atau Jalan Buntu?
26 November 2024 17:13 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Dyah Ayu Kartika Ningrum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur, Indonesia terus berjalan dengan ambisi besar untuk menjadi contoh kota masa depan yang berkelanjutan dan modern. Mengusung konsep Smart City dan Forest City, proyek ini tidak hanya berfokus pada pemindahan pusat pemerintahan dari Jakarta, tetapi juga berusaha menjawab tantangan besar dunia urbanisasi dengan cara yang ramah lingkungan. Namun, di balik ambisi tersebut, muncul pertanyaan penting: bagaimana kedua konsep ini dapat diintegrasikan tanpa mengorbankan tujuan utama dari masing-masing? Apakah IKN akan sukses sebagai kota pintar yang tetap menjaga kelestarian alam, atau justru akan menjadi jalan buntu yang hanya menjadi mimpi belaka?
ADVERTISEMENT
Menurut Mantan Presiden, Joko Widodo, IKN Nusantara tidak hanya menjadi pusat pemerintahan, tetapi juga model peradaban baru yang berbasis teknologi tinggi dan pelestarian lingkungan. Salah satu elemen penting dari perencanaan IKN adalah penerapan konsep Smart City dan Forest City, yang masing-masing memiliki tujuan ambisius. Smart City bertujuan untuk memanfaatkan teknologi canggih guna meningkatkan efisiensi operasional kota, mulai dari transportasi hingga pengelolaan energi. Di sisi lain, Forest City mengedepankan pentingnya pelestarian ruang hijau dengan memasukkan elemen alam ke dalam desain kota.
Konsep Smart City dan Forest City ini diusung oleh Badan Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN), yang dipimpin oleh Bambang Susantono sebagai Kepala Otorita IKN. Dalam rencana tersebut, OIKN berkomitmen untuk mengintegrasikan kedua konsep ini untuk menciptakan kota yang tidak hanya berteknologi tinggi tetapi juga ramah lingkungan. Menurut data yang dirilis oleh OIKN pada 2023, sekitar 75% dari IKN Nusantara direncanakan akan menjadi ruang hijau, dengan 65% di antaranya akan berupa kawasan hutan tropis yang dilestarikan, sebagai bagian dari konsep Forest City.
ADVERTISEMENT
Namun, meskipun konsep ini telah diumumkan, sejauh mana implementasi dan perkembangannya telah terlihat? Berdasarkan laporan terakhir dari OIKN, pembangunan fisik di IKN Nusantara baru mencapai sekitar 8-10% pada tahun 2024, dengan fokus utama pada infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan, dan fasilitas publik. Dalam hal Smart City, sejumlah teknologi sudah mulai direncanakan untuk diterapkan, seperti sistem transportasi berbasis teknologi dan penggunaan big data untuk pengelolaan kota, namun penerapan teknologi ini di lapangan masih dalam tahap perencanaan dan pengujian. Salah satu contoh yang sudah diprogramkan adalah sistem pengelolaan lalu lintas berbasis sensor dan aplikasi yang memungkinkan pengaturan kendaraan secara otomatis, yang menjadi bagian dari visi kota pintar.
Teknologi Smart City menawarkan banyak potensi, seperti sistem transportasi cerdas dan pengelolaan sumber daya yang lebih efisien. Namun, jika infrastruktur teknologi dibangun tanpa memperhatikan keberlanjutan, maka tujuan Forest City bisa terancam. Misalnya, pembangunan pusat data yang membutuhkan konsumsi energi besar dan dampak ekologis dapat berkonflik dengan konsep kota yang ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, pusat data merupakan salah satu sektor yang menyumbang emisi karbon terbesar, terutama karena kebutuhan untuk menjaga suhu server tetap dingin. Menurut International Energy Agency (IEA), pusat data global mengkonsumsi sekitar 1% dari total konsumsi energi dunia pada tahun 2023. Apabila IKN mengadopsi teknologi Smart City tanpa memperhatikan aspek keberlanjutan energi, maka penggunaan energi fosil bisa mengancam tujuan IKN sebagai kota hijau yang bebas dari polusi.
Selain itu, penggunaan teknologi Internet of Things (IoT) dalam kota pintar juga berpotensi meningkatkan jejak karbon jika tidak dipantau dengan baik. Teknologi ini mengharuskan penggunaan perangkat dan infrastruktur yang dapat mempengaruhi lingkungan, terutama jika tidak menggunakan sumber energi terbarukan. Oleh karena itu, sangat penting untuk merancang sistem Smart City yang tidak hanya efisien, tetapi juga berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Kunci dari integrasi kedua konsep ini terletak pada desain dan implementasi teknologi yang ramah lingkungan. Salah satu solusi yang bisa diterapkan adalah penggunaan edge computing, yang memungkinkan pemrosesan data lebih dekat dengan sumbernya dan mengurangi ketergantungan pada pusat data besar yang boros energi. Teknologi seperti ini dapat menjadi model yang lebih efisien dalam mendukung kota pintar yang tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Selain itu, penting bagi pemerintah untuk menegakkan regulasi yang memastikan bahwa setiap pembangunan, baik itu infrastruktur Smart City maupun pengembangan kawasan hijau, harus mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap lingkungan. Pengawasan yang ketat dan keberlanjutan kebijakan publik yang konsisten akan menjadi faktor penentu bagi kesuksesan IKN Nusantara.
Pemerintah Indonesia telah berkomitmen bahwa 75% dari IKN Nusantara akan menjadi ruang hijau. Namun, komitmen ini perlu dilihat dalam konteks yang lebih luas, terutama dalam hal implementasi dan pengawasan. Seringkali, proyek besar semacam ini terjebak dalam pencitraan politik tanpa langkah nyata yang berdampak langsung pada keberlanjutan. Oleh karena itu, lebih dari sekadar angka, kita membutuhkan bukti nyata bahwa pembangunan IKN tidak hanya sebatas slogan, tetapi benar-benar bisa diwujudkan dalam keseimbangan antara teknologi canggih dan pelestarian alam.
ADVERTISEMENT
Dalam teori ecological modernization, yang mengusung konsep bahwa pembangunan dapat berlangsung seiring dengan pelestarian lingkungan melalui penggunaan teknologi ramah lingkungan, kesuksesan terletak pada konsistensi kebijakan dan implementasi yang terintegrasi. Jika IKN Nusantara dapat berhasil menggabungkan dua konsep Smart City dan Forest City dengan cara yang seimbang dan berkelanjutan, maka IKN akan menjadi model kota masa depan yang diidam-idamkan banyak negara. Namun, tanpa langkah nyata dan pemantauan yang ketat, ambisi ini bisa berisiko menjadi sebuah jalan buntu yang tidak menghasilkan dampak yang diinginkan.
Pembangunan IKN Nusantara menjadi ujian besar bagi Indonesia dalam menunjukkan bahwa keberlanjutan dan teknologi dapat berjalan seiring. Keberhasilan proyek ini akan bergantung pada apakah kedua konsep tersebut dapat saling mendukung dan tidak bertentangan satu sama lain. Jika tidak, kita mungkin hanya akan melihat sebuah kota yang futuristik tetapi kehilangan hubungan yang harmonis dengan alamnya.
ADVERTISEMENT