Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Komik Edukasi Inovasi Remaja Milenial
17 November 2020 13:09 WIB
Tulisan dari Dyah Sugiyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Generasi yang hebat diawali dengan perut yang sehat. Demikian yang disampaikan Sabrina Rasyid & Sakila Ummu Abdalah , siswi SMP IT Bina Insan Kamil Sidareja, Cilacap, Jawa Tengah. Mereka adalah finalis sekaligus inovator dalam kompetisi ilmiah yang digagas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Penjurian final kompetisi yang bertajuk National Young Inventor Award (NYIA) tersebut berlangsung selama tiga hari, yaitu pada 16-18 November 2020 melalui daring.
ADVERTISEMENT
Sabrina dan Sakila mendapatkan ide membuat komik edukatif digital. Mereka mengetahui bahwa jajanan, minuman, atau makanan ringan anak-anak mengandung zat aditif, baik alami maupun buatan. Zat aditif tersebut biasanya ada di cilok, makanan ringan, minuman ringan, dan sejenisnya. “Pengetahuan penggunaan zat aditif belum banyak diketahui. Kami ingin pengetahuan ini dipahami anak-anak. Karena itu, kami membuatnya dalam komik,” terang Sabrina di hadapan para juri NYIA.
Dalam paparan, mereka menjelaskan bahwa komik edukasi ini merupakan penyampaian ide melalui gambar-gambar dan cerita yang menghibur dan mendidik. Alat dan bahan yang mereka manfaatkan sangat sederhana. Kedua siswa yang memiliki hobi menggambar itu hanya membuthkan kertas gambar dan alat tulis. Untuk aplikasi desain menjadi digital, mereka menggunakan corel draw dan website anyflip.
ADVERTISEMENT
Tiga Karakter
Tiga benda dipilih sebagai pemeran utama. Sendok, garpu, dan sedotan mereka ‘hidupkan’ melalui karakter masing-masing. Karakter sendok digambarkan sebagai Ucul si bijaksana atau berpengetahuan luas. Karakter garpu diperankan Ocol si telmi (telat mikir-red) atau kurang pengetahuan. Karakter sedotan diperankan Ucu si penengah.
Dalam komik perdana mereka, cerita yang diangkat tentang Ucul yang memberitahu sisi lain dari enaknya cilok yang berbalut saos merah dan bumbu lainnya. Ucul tidak sendiri, ada Ocol dan Ucu yang setia mendengarkan penjelasan Ucul. Tiga tokoh utama tersebut dimanfaatkan oleh sang kreator sebagai penyampai pesan edukatif tentang makanan olahan yang biasa dikonsumsi anak-anak dan mengandung zat aditif.
Tidak membutuhkan waktu terlalu lama juga buat mereka dalam menyelesaikan satu episode cerita. Dalam wawancara terpisah, Sabrina mengaku butuh sekitar dua bulan untuk sketsa, dan satu bulan untuk komik digital. Untuk finalisasi, sekitar satu bulan yang mereka habiskan untuk bolak-balik buat revisi. “Tapi karena kami ada acara lain dan waktu pengerjaan yang renggang, menyebabkan total pengerjaan komik ini baru selesai dalam satu tahun," ungkap Sabrina. Ia juga mengatakan bahwa hal tersulit bagi mereka adalah pada pembagian waktu dan pembuatan desain cover.
ADVERTISEMENT
Inovasi Remaja Milenial
Inovasi Sabrina dan Sakila ini adalah salah satu inovasi yang berhasil menembus seleksi NYIA. Berdasarkan data yang masuk ke meja panitia, pelamar NYIA sejumlah 387. Setelah dilakukan seleksi oleh sejumlah juri yang merupakan para pakar yang tidak diragukan lagi kemampuannya, terdapat 41 invensi yang melaju ke babak final kompetisi bergengsi ini.
Terdapat 7 bidang yang dikompetisikan dalam NYIA ini. Bidang-bidang tersebut adalah : Edukasi dan Rekreasi; Teknologi Ramah Lingkungan; Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan; Teknologi Bagi Penyandang Disabilitas dan Kebutuhan Khusus; Teknologi Informasi dan Komputasi; Pangan dan Pertanian; dan Manajemen Bencana.
Menyenangkan sekali melihat para siswa canggih mempresentasikan invensi mereka. Ada rasa bangga pada para pelajar Indonesia yang cerdas, kreatif, dan berani unjuk gigi dalam NYIA.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya NYIA, dalam waktu bersamaan, LIPI juga menyelenggarakan final lomba karya ilmiah remaja (LKIR) ke 52 dan LIPI Young Scientist Award (LYSA). LKIR merupakan kompetisi ilmiah pertama yang diselenggarakan di Indonesia, sedangkan LYSA baru memasuki tahun ke 5.
Dyah Rachmawati Sugiyanto
Plt. Kepala Bagian Humas dan Informasi Publik LIPI/ Pranata Humas Madya