Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
SADFOREST untuk 'Happy Forest'
19 November 2020 17:39 WIB
Tulisan dari Dyah Sugiyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagi Sholikhuddin, hutan merupakan aspek sebagai pembangunan nasional dan selain itu hutan juga merupakan aspek terpenting bagi keberlangsungan bagi makhluk hidup. Hutan juga sebagai penyuplai kebutuhkan akan oksigen.
ADVERTISEMENT
“Di Hutan, tersimpan kekayaan sumber daya alam yang merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Tetapi maraknya kerusakan lingkungan baik yang disebabkan kebakaran hutan maupun ulah manusia telah membuatnya menjadi rusak,” demikian cerita siswa yang bernama lengkap Mukhammad Sholikhuddin Finalis National Young Inventor Award (NYIA) ke-13, di hadapan para juri melalui zoom meeting pada (18/11). NYIA merupakan kompetisi ilmiah yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Rekan Solikhuddin, Nabil Nasrudin Al Mutawakkil yang juga siswa SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo, Jawa Timur, menyampaikan beberapa fakta terkait maraknya perusakan lingkungan. “Upaya perusakaan lingkungan ini salah satunya adalah perusakan hutan (deforestasi), yang meliputi penggundulan hutan, penebangan hutan secara liar dan kebakaran hutan,” terang nabil.
ADVERTISEMENT
Nabil melanjutkan, maraknya alih fungsi hutan untuk kepentingan manusia juga sangat besar pengaruhnya terhadap kerusakan hutan,” ungkapnya. Lebih lanjut, Nabil menyampaikan data perusakan hutan selama kurun waktu 2014-2019, “Jika kita lihat data berdasarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dalam kurun waktu 2014-2019, luas area hutan yang terbakar di Indonesia sebanyak 4.087.543 hektar,” jelasnya.
Berdasarkan pengamatan studi literatur dan observasi mereka, hutan di negara ini semakin terancam. “Bahkan, World Wild Foundation (WWF) mempreprediksi hutan kita akan habis pada tahun 2030, karena maraknya kegiatan deforestasi,” terang Solikhudin. Hal tersebut mendasari penelitian keduanya yang bertajuk ‘SADFOREST’, yaitu Smart Alert Detect for Deforestation.
Penelitian keduanya berhasil menembus babak final dan menjadi juara pertama dalam gelaran bergensi National Young Inventors Award (NYIA) ke 13 tahun 2020 untuk kategori Manajemen Bencana. Ajang NYIA ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam Event Indonesia Science Expo. Perhelatan yang digelar secara virtual tersebut tetap berlangsung meriah dan tidak mengurangi anstusiasme peserta.
ADVERTISEMENT
SISTEM PERINGATAN PINTAR
Kedua remaja yang awalnya meneliti tentang Hutan karena menyukai alam ini sudah kama berfikir untuk meneliti tentang hutan. Mereka melihat dari poin SDG's ke 15 yang fokusnya pada ekosistem daratan, sudah menjadi agenda pembangunan global. “Di masa sekarang untuk ekosistem daratan lebih banyak dikesampingkan daripada dengan sektor ekonomi,” tutur Solikhuddin yang ingin mendaki Lawu dan Semeru dalam waktu dekat ini. “Oleh karena kami berfikir bagaimana agar hutan yang kita miliki dapat terus terjaga dan dapat dirasakan oleh generasi selanjutnya,” sambungnya.
SADFOREST merupakan sebuah sistem peringatan pintar yang ditempatkan pada lahan hijau guna mendeteksi penebangan hutan secara liar mapun ilegal, serta dapat mendeteksi jika terjadi kebakaran hutan. Aplikasi ini dilengkapi dengan menggunakan sensor api dan sensor kelembaban, memiliki tiga fitur utama, yaitu realtime monitoring, alert system dan power monitoring. Selain itu, SADFOREST juga dilengkapi dengan sensor daya yang ditempatkan pada aki sebagai media untuk menyimpan energi dari panel surya yang berguna untuk memantau kondisi aki tersebut. Dari data yang di dapatkan, akan diproses dengan mikrokontroller dan dikeluarkan berupa sebuah sistem peringatan yang dapat dipantau melalui aplikasi.
ADVERTISEMENT
Mengenai manfaat dari aplikasi tersebut, kepada tim dewan juri Nabil menyampaikan bahwa manfaat dari alat yang dikembangkan nya antara lain adalah menurunkan angka deforestasi, efisiensi dalam penanganan bencana, dan mempermudah dalam memantau kondisi hutan. Dirinya juga memiliki asumsi penggunaan SADFOREST dapat berpengaruh terhadap penurunan deforestasi, “Jika sebelum menggunakan SADFOREST luas hutan di Indonesia yang mengalami deforestasi sejumlah 125,9 juta hektar, maka kami asusmsikan setelah penggunaan aplikasi ini dapat mengurangi deforestasi sebanyak 15%,” jelasnya.
Dewan juri yang hadir dalam kesempatan tersebut antara lain Nurul Taufiqu Rochman yang juga merupakan Kepala Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI; Yusuf Nur Wijayanto, Peneliti Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI; Edwar Yazid, peneliti dari Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI; serta Anto Tri Sugiarto, Kepala Balai Penelitian Instrumentasi LIPI.
ADVERTISEMENT
Anto menyampaikan bahwa ide dari aplikasi tersebut sangat dapat diterima, “kalau ide nya dapat banget ya, biasanya kita pake kamera, namun ini ada sensor api dan kelembaban juga suara,” ungkapnya, “walaupun aplikasi ini namanya sadforest tetapi sebenarnya bertujuan untuk happy forest,” tambahnya seraya tertawa.
Senada dengan Anto, Yusuf juga menyampaikan apresiasinya mengenai penelitian tersebut, “Ide dasarnya dapet banget, dan keren juga sebagai salah satu alternatif mendeteksi kebakaran, dan ke depan bisa dikembangkan juga dengan menggunakan kamera, drone, pesawat maupun satelit untuk skala riset yang lebih besar tentunya,” jelasnya. (rm, drs/ ed: drs)
Rutriana Meilisa & Dyah R. Sugiyanto
Humas LIPI