Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Abon Wambon, Oleh-oleh Baru dari Boven Digoel
14 Desember 2021 16:19 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari EcoNusa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Melihat potensi tersebut, Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) LIII Kabupaten Boven Digoel menginisiasi pembuatan abon sejak Mei 2021. Semula KPHP membina 20 orang mama yang tinggal di sekitar kantor mereka di Tanah Merah. Para mama tersebut berasal dari Suku Wambon, karenanya produknya diberi nama Abon Wambo.
“Kami memproduksi abon dari ikan mujair dan gabus,” kata Ketua KPHP Boven Digoel, Ade John Moesieri, Kamis, 25 November 2021.
Menurut Ketua Kelompok Abon Wambon, Ida Ngolongga, para mama di Tanah Merah sudah akrab dengan dua jenis ikan tersebut sejak dulu. Mereka biasa memasaknya dengan menggoreng atau dibuat sup. Namun mereka belum pernah terpikir untuk membuat abon.
“Ini pengetahuan baru bagi kami, dan setelah dicoba ternyata anak-anak kami suka,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Proses produksi abon tersebut mendapat dukungan dari Yayasan EcoNusa. Para mama juga mendapat bimbingan dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boven Digoel, serta Koperasi Cahaya Senta Mata. Dinas Tanaman Pangan memberikan bimbingan untuk memilih ikan yang segar dan bagus untuk dijadikan abon. Mereka juga mengingatkan para mama untuk menjaga kehalalan selama proses produksi.
“Hindarkan dari yang tidak halal, misalnya hewan peliharaan,” kata Kepala Seksi Perikanan Budidaya, Hasrina Hamid.
Sedangkan Koperasi Cahaya Senta Mata membimbing para mama dalam proses pembersihan ikan, pembuatan bumbu, sampai proses penirisan minyak dengan mesin spinner.
“Kalau minyaknya tidak kering, jadi cepat berjamur,” kata Ketua Koperasi Cahaya Senta Mata, Adolfina Kubun.
Proses produksi abon tersebut tanpa menggunakan bahan pengawet dan bisa bertahan sampai tiga bulan dalam suhu ruang. Namun, seiring berjalannya waktu, sebagian mama memilih mundur dari kelompok tersebut. Sampai akhir November 2021, ada 11 mama yang masih bertahan.
ADVERTISEMENT
“Jiwa kewirausahaan orang Papua agak kurang, ini yang terus kami bina,” kata John.
Sampai saat ini, kelompok Abon Wambon sudah empat kali memproduksi abon dengan dua varian jenis ikan; gabus dan mujair, dan dua pilihan rasa: pedas dan manis. Abon Wambon sudah mengantongi Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT). KPHP sempat menjual abon tersebut di perhelatan PON XX yang diselenggarakan di Papua pada 2-15 Oktober 2021.
Para mama berkeinginan untuk terus melanjutkan usaha mereka. Mereka berharap pemerintah bisa memberikan bantuan untuk membangun rumah produksi dan alat-alat produksi.
“Karena produksinya masih menumpang di kantor KPHP,” ujar Ida.
KPHP pun berencana mengembangkan inisiasi mereka. Tahun depan mereka berniat membuat pil ikan gabus. Kandungan protein dalam ikan gabus disebut lebih tinggi dibandingkan ikan tawar lainnya. Ikan tersebut juga mengandung albumin yang berkhasiat mempercepat penyembuhan luka dan menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh. “Baik untuk pengobatan pasca operasi,” tutup John.
ADVERTISEMENT