Konten dari Pengguna

Benarkah Liberalisme Jadi Ancaman Demokrasi Ekonomi?

Edo Segara Gustanto
Dosen FEBI IIQ An Nur YK, HIPD UII, Pusat Kajian Analisis Ekonomi Nusantara
28 Juli 2024 9:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Edo Segara Gustanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok. Pribadi/Seminar FBE UII, "Ancaman Liberalisme bagi Demokrasi Ekonomi di Indonesia."
zoom-in-whitePerbesar
Dok. Pribadi/Seminar FBE UII, "Ancaman Liberalisme bagi Demokrasi Ekonomi di Indonesia."
ADVERTISEMENT
Topik mengenai liberalisme diangkat dalam Seminar Nasional Ekonomi Politik dengan tema, "Ancaman Liberalisme bagi Demokrasi Ekonomi di Indonesia." Seminar ini digelar Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) pada Kamis, 25 Juli 2024 di kampus FBE UII Condongcatur Sleman dalam rangka Milad FBE UII yang ke-81 tahun.
ADVERTISEMENT
Dalam seminar ini, FBE UII menghadirkan beberapa narasumber di antaranya: Prof. A. Gunadi Brata, Ph.D. (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Yogyakarta), Dr. Suwarsono Muhammad. (Dosen FBE UII/Mantan Penasehat KPK), dan Faisal H. Basri, M.A. (Ekonom Senior/Dosen FEB UI). Acara ini dimoderatori oleh Priyonggo Suseno, Ph.D (Dosen FBE UII).
Pertanyaan mendasar dari diskusi tersebut, benarkah liberalisme mengancam demokrasi ekonomi? Bukankah harusnya liberalisme itu sejalan dengan demokrasi ekonomi? Apa yang ingin dipersoalkan dalam diskusi ini? Apakah tema liberalisasi masih menarik? Mari kita ulas dalam tulisan ini.
Liberalisme Mengancam Demokrasi
Aloysius Gunadi Brata mengatakan bahwa liberalisme ternyata tidak hanya eksis di Indonesia, melainkan telah menjadi permasalahan dalam lingkup global. Ia juga menekankan terkait situasi demokrasi politik dan isu politik populisme di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Ada banyak rezim politik yang tampil demokratis, tapi mereka tidak menghormati prinsip liberal. Seperti supremasi hukum, supremasi hukum dikadalin juga, tapi semua melalui proses yang kita tahu ada proses demokrasi di sana," ungkap Gunadi.
Gunadi mengatakan, menguatnya liberalisme dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain meningkatnya intoleransi, polarisasi politik, pembatasan kebebasan berpendapat hingga pengekangan peluang dan kebebasan berusaha.
"Demokrasi liberal adalah sebuah fenomena modern yang mulai muncul pada abad 21 di tengah situasi sentimen politik anti-demokrasi. Illiberalisme juga terkait banyak konsep politik lainnya seperti populisme. Populisme itu mengancam demokrasi karena melemahkan lembaga formal, mendefinisikan ulang rakyat secara semena-mena, dan mengikis norma-norma informal demokrasi,” ucap Gunadi yang juga dosen FBE Universitas Atma Jaya.
ADVERTISEMENT
Ekonomi dan Politik tidak Sejalan dengan Liberalisme
Suwarsono sebagai narasumber kedua menerangkan bahwa perjalanan politik dan ekonomi itu tidak selalu sejalan dalam hal liberal atau tidak dan ini terlihat dari sejarah Indonesia. Ia mengungkapkan alasan utama munculnya liberalisme dari segi kepemimpinan adalah karena liberalisme tidak melahirkan pemimpin yang tegas. “Apa-apa lama kalau mengambil keputusan,” ucapnya.
Suwarsono Muhammad juga mencontohkan bahwa fenomena terbaru yang membuat liberalisme semakin menguat adalah kehadiran investasi Tiongkok di Indonesia.
“Tiongkok yang meroket maju berkelanjutan, kalau dicermati, tulisan-tulisan di Foreign Affair itu banyak sekali orang barat yang meramalkan bahwa ekonomi China itu tidak akan berkelanjutan, dan terbukti ramalan yang dibuat itu tidak pernah terbukti," kata Suwarsono.
Liberalisme Masuk ke Lembaga-Lembaga Negara
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, Faisal sebagai narasumber terakhir menyampaikan materi mengenai demokrasi dan pengaruhnya terhadap aspek-aspek kehidupan di Indonesia.
Faisal Basri mengatakan bahwa liberalisme kini menjadi ideologi baru yang berbeda dengan isme-isme lain. Ia menyebutkan, saat ini sudah tampak pelemahan institusi secara sistematis. Contohnya yang terjadi di tubuh KPK, BI, OJK, dan MK. Indikasi lainnya adalah penarikan sejumlah wewenang daerah ke pusat.
"Masih banyak contoh lainnya seperti penundaan pemberlakuan pajak karbon dan terbitnya omnibus law," ujar Faisal.
Faisal juga mengatakan bahwa liberalisme adalah konsep baru dalam ilmu politik dan masih belum jelas. Ancaman liberalisme terhadap demokrasi ekonomi di Indonesia adalah tantangan yang nyata dan perlu diatasi dengan strategi yang tepat.
Pesan terakhir Faisal dalam seminar tersebut, bahwa kita harus menyiapkan diri sebelum kehancuran menimpa kita lebih jauh. “Prepare an umbrella before it rains,” tutupnya.[]
ADVERTISEMENT