Konten dari Pengguna

Dilema Kelas Menengah dan Usulan Penyelesaiannya

Edo Segara Gustanto
Dosen FEBI IIQ An Nur YK, HIPD UII, Pusat Kajian Analisis Ekonomi Nusantara
26 Juni 2024 18:45 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Edo Segara Gustanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
 Ilustrasi kelas menengah. Foto: NDAB Creativity/Shutterstock.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kelas menengah. Foto: NDAB Creativity/Shutterstock.
ADVERTISEMENT
Kelas menengah (middle class) sering kali dianggap sebagai tulang punggung perekonomian suatu negara. Mereka adalah kelompok yang tidak terlalu miskin untuk membutuhkan bantuan sosial secara terus-menerus, namun juga tidak cukup kaya untuk terbebas dari kekhawatiran finansial. Dalam dinamika ekonomi dan sosial, kelas menengah menghadapi berbagai dilema yang memengaruhi kehidupan mereka secara signifikan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana tidak dilema, ketika terjadi kenaikan harga, pajak dan iuran, maka kelas menengah inilah yang terkena imbasnya. Orang-orang kelas atas (kaya), mungkin tidak terpengaruh karena mereka tidak masalah dengan financial mereka. Begitu juga dengan kelas bawah (miskin) juga tidak begitu berpengaruh karena mendapat bantuan dari Pemerintah. Sementara kelas menengah, gaji tidak naik, tidak juga dibantu Pemerintah, kelompok inilah yang mendapatkan masalah.
Salah satu dilema utama yang dihadapi oleh kelas menengah adalah ketidakseimbangan antara pendapatan dan biaya hidup. Meskipun pendapatan mereka biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan kelas bawah, biaya hidup yang terus meningkat, terutama di perkotaan, membuat mereka harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan gaya hidup yang layak.
Kenaikan harga kebutuhan pokok, pendidikan, dan kesehatan sering kali tidak sebanding dengan peningkatan pendapatan, sehingga menimbulkan tekanan finansial pada kelompok kelas menengah. Tulisan ini ingin mencoba mengulas siapa sebenarnya kelas menengah, apa saja problemnya, dan usulan solusi dari persoalan yang dihadapi mereka.
ADVERTISEMENT

Siapa Sih Kelas Menengah itu?

Kelas menengah adalah kelompok masyarakat yang berada di antara kelas rendah dan kelas atas dalam hierarki sosial dan ekonomi. Definisi kelas menengah dapat bervariasi tergantung pada konteks sosial, ekonomi, dan budaya suatu negara, tetapi beberapa karakteristik umum dapat menggambarkan siapa yang termasuk dalam kelas menengah (pendapatan, pekerjaan, pendidikan, gaya hidup, aspirasi dan nilai, keterlibatan sosial dan politik).
Mengutip tulisan Grady Nagara dalam situs berita ini, ia menyebutkan sebenarnya tidak ada definisi baku dari kelas menengah. Tetapi salah satu yang sering dijadikan rujukan adalah klasifikasi konsumsi (pengeluaran) yang dikeluarkan Bank Dunia. Seseorang dapat dikatakan berada di kelas menengah jika memiliki pengeluaran antara Rp1,2 juta hingga Rp6 juta per bulan. Ingat, jumlah tersebut adalah pengeluaran per-kapita, yang jika ditarik ke level rumah tangga, angkanya dapat berkali lipat.
ADVERTISEMENT
Pada 2016, kelas menengah dengan kategori tersebut berada di angka 53,6 juta orang atau sekitar 20 persen dari populasi penduduk. Jumlah pengeluaran mereka mewakili hampir separuh dari seluruh konsumsi rumah tangga di Indonesia (Grady Nagara, 2022).

Problem Kelas Menengah

Beberapa problem kelas menengah di antaranya adalah:
1. Investasi Pendidikan: Kelas menengah sangat mementingkan pendidikan sebagai sarana untuk memperbaiki taraf hidup. Namun, biaya pendidikan yang semakin mahal menjadi tantangan tersendiri. Orang tua dari kelas menengah sering kali dihadapkan pada dilema antara memilih sekolah dengan kualitas terbaik namun mahal, atau sekolah dengan biaya terjangkau namun dengan kualitas yang mungkin tidak memadai. Keputusan ini tidak hanya mempengaruhi keuangan keluarga, tetapi juga masa depan anak-anak mereka.
ADVERTISEMENT
2. Keseimbangan Kerja dan Kehidupan: Dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin meningkat, banyak anggota kelas menengah yang harus bekerja keras dan sering kali mengorbankan waktu mereka bersama keluarga. Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi menjadi dilema yang rumit. Tuntutan pekerjaan yang tinggi dan jam kerja yang panjang dapat mengurangi kualitas hidup, menyebabkan stres, dan mengurangi waktu berkualitas dengan keluarga.
3. Kepemilikan Rumah: Memiliki rumah sendiri adalah impian banyak orang di kelas menengah. Namun, harga properti yang terus meroket menjadi hambatan besar. Banyak dari mereka yang akhirnya memilih untuk menyewa karena tidak mampu membeli rumah. Hal ini menyebabkan rasa ketidakpastian dan ketidakamanan dalam jangka panjang, terutama saat memasuki masa pensiun.
ADVERTISEMENT
4. Tabungan dan Investasi: Meskipun kelas menengah memiliki pendapatan yang lebih stabil, menabung dan berinvestasi untuk masa depan tetap menjadi tantangan. Banyak dari mereka yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang investasi, atau merasa tidak punya dana yang cukup untuk diinvestasikan setelah memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini mengakibatkan ketidakpastian finansial di masa depan, terutama saat menghadapi situasi darurat atau memasuki masa pensiun.
5. Aspirasi Sosial dan Konsumerisme: Kelas menengah sering kali terjebak dalam aspirasi sosial dan tekanan konsumerisme. Keinginan untuk terlihat sukses dan mengikuti tren gaya hidup dapat mendorong mereka untuk mengeluarkan uang lebih banyak dari yang seharusnya. Hal ini dapat menyebabkan utang yang menumpuk dan masalah keuangan jangka panjang.
ADVERTISEMENT

Siasat Kelas Menengah untuk Bertahan dari Gempuran Kenaikan

Solusi agar kelas menengah ini bisa bertahan dari gempuran kenaikan, yang bisa dilakukan oleh Pemerintah dan perusahaan swasta di antaranya adalah:
(1). Kebijakan Ekonomi: Kenaikan upah minimum dan insentif pajak, (2). Akses Pendidikan: Beasiswa dan bantuan keuangan, serta peningkatan kualitas sekolah negeri, (3). Sistem Kesehatan: Asuransi kesehatan yang terjangkau dan perbaikan fasilitas kesehatan publik, (4). Kebijakan Perumahan: Program kredit perumahan dengan bunga rendah dan pembangunan perumahan terjangkau,
(5). Keseimbangan Kerja dan Kehidupan: Jam kerja fleksibel dan hak cuti yang memadai, (6). Pendidikan Keuangan: Program literasi keuangan dan layanan konsultasi finansial, (7). Infrastruktur dan Teknologi: Transportasi publik yang efisien dan akses internet yang merata, (8). Pengembangan Ekonomi: Peningkatan lapangan kerja dan dukungan untuk UKM, (9). Jaring Pengaman Sosial: Program bantuan sosial dan asuransi sosial yang memadai.
ADVERTISEMENT
Dengan fokus pada aspek-aspek ini, kehidupan kelas menengah dapat lebih stabil dan sejahtera.

Kesimpulan

Dilema yang dihadapi oleh kelas menengah mencerminkan kompleksitas kehidupan modern di mana mereka harus menyeimbangkan antara aspirasi sosial, kebutuhan dasar, dan kestabilan finansial. Untuk mengatasi dilema ini, diperlukan kebijakan yang mendukung dari pemerintah, pendidikan finansial yang memadai, serta kesadaran individu untuk membuat keputusan yang bijak. Kelas menengah harus mampu beradaptasi dan menemukan keseimbangan yang tepat agar dapat terus berkontribusi secara positif bagi diri mereka sendiri dan masyarakat.[]