Konten dari Pengguna

Kontekstualisasi Pemikiran Ekonomi Maulana Syaikh, Pendiri Nahdlatul Wathan

Edo Segara Gustanto
Dosen FEBI IIQ An Nur YK, Pusat Studi Kajian Analisis Ekonomi Nusantara
11 September 2024 12:46 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Edo Segara Gustanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Dokumen pribadi/Prof. TGKH. Zainal Arifin Munir, Lc., M. Ag.
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Dokumen pribadi/Prof. TGKH. Zainal Arifin Munir, Lc., M. Ag.
ADVERTISEMENT
Pemikiran ekonomi sering kali dipengaruhi oleh konteks sosial, politik, dan budaya di mana seorang pemikir berkembang. Dalam hal ini, pemikiran Maulana Syaikh, seorang tokoh penting dalam gerakan Nahdlatul Wathan di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Maulana Syaikh merupakan contoh menarik dari bagaimana konteks historis dan budaya membentuk pandangan ekonomi yang unik.
ADVERTISEMENT
Penulis berkesempatan hadir dalam sebuah seminar yang diadakan oleh Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyyah Islamiyah (NWDI) bekerjasama dengan Pusat Studi Siyasah dan Pengembangan Masyarakat (PS2PM) Yogyakarta yang berjudul: "Rekonstruksi Pemikiran Ekonomi Maulana Syaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid dalam Rangka Revitalisasi Ekonomi Ummat." Acara ini bertempat di Institut Agama Islam Hamzan Wadi, Lombok Timur (6/9/2024).
Dalam acara ini pemikiran ekonomi Maulana Syaikh ingin digali untuk menjawab beberapa tantangan gerakan Nahdlatul Wathan ke depan. Pemikiran ekonomi Maulana Syaikh sangat penting digali untuk mengembangkan gerakan ini agar lebih besar lagi setelah sukses dengan gerakan pendidikannya. Dalam banyak hal, pemikiran Maulana Syaikh masih sangat relevan dengan isu-isu saat ini.
Beberapa Wasiat Pemikiran Ekonomi Maulana Syaikh
ADVERTISEMENT
Maulana Syaikh TGKH Muhammād Zainuddīn Abdul Madjīd adalah adalah seorang ulama yang terkemuka dalam organisasi Nahdlatul Wathan, sebuah organisasi Islam yang berbasis di Nusa Tenggara Barat (NTB), Indonesia. Nahdlatul Wathan dikenal sebagai organisasi yang memfokuskan pada pengembangan agama Islam, pendidikan, dan sosial di NTB.
Beberapa wasiat ekonomi Maulana Syaikh yang tergambar dalam "Renungan Masa," seperti disampaikan oleh Prof. TGH. Fahrurozzi, MA. (Wakil Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Wathan/Guru Besar UIN Mataram) dalam seminar tersebut di antaranya adalah:
Renungan masa ke 59: "Sholat taisir amatlah perlu. Dibaca oleh penuntut ilmu. Oleh pedagang yang ingin maju. Oleh pemimpin, oleh penghulu." Pesan utamanya adalah doa dan optimisme menjadi modal penting dalam berkarya, berbisnis, berniaga. Karena motivasi dan orientasi yang benar dan terukur menjadi pijakan dalam menjalankan usaha dan bisnis ekonomi keumatan.
ADVERTISEMENT
Renungan masa ke 103: "Belajar olehmu segala macam. Ilmu yang mufid ningkatkan umam. Jangan belajar ilmu Jahannam. Perusak iman, perusak Islam." Pesan utamanya adalah inovasi, kreasi, interaksi, diplomasi, bisnis ekonomi harus dibekali dengan ilmu pengetahuan yang fungsional dan sesuai dengan arah kebutuhan.
Renungan masa ke 105: "Terkadang ada juga berkata. Kami berbuat sebab terpaksa. Ekonomi kami sepi tak ada. Keroncongan perut pikiran buat." Pesan inspiratifnya adalah harus menjadi orang yang matang, yang kuat secara ekonomi biar enak dan leluasa berjuang. Tidak lagi berjuang mencari bati, laba, dan keuntungan pribadi.
Dan masih banyak lagi wasiat dalam "Renungan Masa" Maulana Syaikh. Dari keseluruhan wasiat tersebut dapat disimpulkan beberapa pemikiran ekonomi Maulana Syaikh di antaranya adalah: (1). Anti Kapitalisme, (2). Menawarkan konsep ekonomi gotong royong (sosialisme religius), (3). Penguatan SDM untuk penguatan ekonomi yang berbasis pada religius etik.
ADVERTISEMENT
Ekonomi Gotong Royong
Ekonomi gotong royong yang dimaksud Maulana Syaikh adalah sebuah konsep yang menggabungkan nilai-nilai kerjasama dan solidaritas dalam pengelolaan ekonomi. Bahkan semasa hidupnya Maulana Syaikh pernah menggagas koperasi dan mendani beberapa santrinya untuk berwirausaha.
Berikut adalah aspek-aspek penting dari konsep ekonomi gotong royong yang penulis tafsirkan dari konsep tersebut:
1. Prinsip Dasar
Kehidupan Bersama: Ekonomi Gotong Royong menekankan pada kehidupan bersama yang saling mendukung. Konsep ini menganggap bahwa keberhasilan ekonomi bukan hanya bergantung pada individu, tetapi pada kontribusi dan kerjasama seluruh anggota masyarakat.
Solidaritas Sosial: Memprioritaskan kesejahteraan bersama dengan menekankan pentingnya saling membantu dan mendukung dalam mencapai tujuan ekonomi bersama.
2. Praktik Ekonomi
Pengelolaan Bersama: Dalam ekonomi gotong royong, pengelolaan sumber daya dilakukan secara kolektif. Ini berarti bahwa keputusan terkait penggunaan dan distribusi sumber daya dibuat secara bersama-sama untuk memastikan manfaatnya merata.
ADVERTISEMENT
Usaha Kecil dan Menengah: Mendukung dan memberdayakan usaha kecil dan menengah yang melibatkan partisipasi masyarakat. Usaha ini biasanya diorganisir secara kolektif dan bertujuan untuk memperbaiki kesejahteraan ekonomi komunitas lokal.
3. Pendidikan dan Pemberdayaan
Pelatihan dan Pendidikan: Menyediakan pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan keterampilan ekonomi masyarakat. Ini termasuk pelatihan dalam manajemen usaha, kewirausahaan, dan keterampilan lain yang relevan untuk mendukung ekonomi lokal.
Pemberdayaan Ekonomi: Fokus pada pemberdayaan individu dan kelompok untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan ekonomi, sehingga mereka dapat berkontribusi pada pembangunan ekonomi yang lebih luas.
4. Aspek Sosial dan Kultural
Integrasi Nilai Kultural: Mengintegrasikan nilai-nilai kultural dan spiritual dalam praktik ekonomi. Ini termasuk menghormati adat istiadat lokal dan prinsip-prinsip Islam yang mendasari kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Kesejahteraan Sosial: Menjamin bahwa kegiatan ekonomi juga mendukung kesejahteraan sosial, seperti kesehatan, pendidikan, dan dukungan sosial bagi yang membutuhkan.
5. Penerapan dalam Masyarakat
Program Gotong Royong: Mengimplementasikan program-program yang melibatkan masyarakat dalam berbagai aspek ekonomi, seperti pembangunan infrastruktur, pengelolaan sumber daya alam, dan proyek-proyek sosial.
Transparansi dan Akuntabilitas: Menjamin transparansi dalam pengelolaan sumber daya dan akuntabilitas terhadap kontribusi dan manfaat yang diperoleh oleh seluruh anggota masyarakat.
Konsep Ekonomi Gotong Royong dari Maulana Syaikh bertujuan untuk menciptakan sistem ekonomi yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan, dengan menekankan nilai-nilai kerjasama dan solidaritas. Ini merupakan pendekatan yang menggabungkan prinsip-prinsip ekonomi modern dengan nilai-nilai tradisional dan spiritual yang kuat.
Relevansi Kontemporer
Pemikiran ekonomi Maulana Syaikh Nahdlatul Wathan tetap relevan dalam konteks ekonomi kontemporer, terutama terkait dengan prinsip ekonomi berkelanjutan dan keadilan sosial. Dalam era globalisasi dan kapitalisme yang sering kali mengutamakan keuntungan di atas kesejahteraan sosial, ide-ide Maulana Syaikh mengenai redistribusi kekayaan, keadilan, dan tanggung jawab sosial menawarkan perspektif yang penting dan mendalam. Konsep ini menekankan pentingnya mempertimbangkan dampak sosial dari kebijakan ekonomi dan praktik bisnis, sebuah pelajaran yang sangat relevan dalam menghadapi kesenjangan sosial yang semakin meluas.
ADVERTISEMENT
Selain itu, banyak prinsip yang diajukan oleh Maulana Syaikh, seperti penghindaran riba dan dorongan untuk berinvestasi dalam sektor-sektor yang memberi manfaat langsung bagi masyarakat, kembali mendapat perhatian dalam kajian ekonomi Islam modern. Penerapan prinsip-prinsip ini dalam konteks perbankan syariah dan keuangan berkelanjutan menunjukkan bagaimana ide-ide tersebut dapat diadaptasi dan diterapkan dalam praktik ekonomi saat ini. Hal ini membuktikan bahwa prinsip-prinsip lama masih dapat berfungsi sebagai landasan untuk solusi ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan.
Dengan meningkatnya perhatian pada keberlanjutan dan tanggung jawab sosial di berbagai sektor ekonomi, pemikiran Maulana Syaikh memberikan kontribusi yang berharga dalam membentuk diskursus ekonomi kontemporer. Prinsip-prinsip tersebut tidak hanya mendukung pembangunan ekonomi yang lebih inklusif, tetapi juga menawarkan alternatif terhadap praktik ekonomi yang sering kali mengabaikan aspek sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, pemikiran Maulana Syaikh dapat membantu membangun sistem ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan di masa depan.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Pemikiran ekonomi Maulana Syaikh tetap sangat relevan dalam konteks ekonomi kontemporer, terutama di tengah tantangan globalisasi dan kapitalisme yang sering kali mengabaikan kesejahteraan sosial. Konsep ekonomi gotong royong yang diajukan Maulana Syaikh, dengan penekanan pada kerjasama, solidaritas, dan redistribusi kekayaan, menawarkan alternatif yang penting untuk menciptakan sistem ekonomi yang lebih inklusif dan adil.
Selain itu, dengan meningkatnya perhatian pada keberlanjutan dan tanggung jawab sosial, pemikiran Maulana Syaikh memberikan kontribusi signifikan dalam membentuk diskursus ekonomi kontemporer. Prinsip-prinsip ini tidak hanya mendukung pembangunan ekonomi yang adil dan berkelanjutan tetapi juga menawarkan alternatif terhadap praktik ekonomi yang sering kali mengabaikan aspek sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, pemikiran Maulana Syaikh berpotensi untuk memperkuat dan membangun sistem ekonomi yang lebih baik di masa depan.[]
ADVERTISEMENT