Konten dari Pengguna

Membunuh Yahya Sinwar: Apakah Akan Menghidupkan Harapan Perdamaian di Gaza?

Eduardus A Kurniawan
Mahasiswa Magister Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada
28 Oktober 2024 12:12 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eduardus A Kurniawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Yahya Sinwar di sebuah podium, dok: Mohammad Abeh/AFP via kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Yahya Sinwar di sebuah podium, dok: Mohammad Abeh/AFP via kumparan
ADVERTISEMENT
Mau bagaimana bencinya kita terhadap Israel, yang keji, licik dan sadis itu, tak bisa dipungkiri, mereka memang jago berperang. Bayangkan saja, dalam setahun terakhir, Israel 'membereskan' tokoh papan atas, incaran utama mereka.
ADVERTISEMENT
Sebut saja, Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh yang dibunuh pada Juli, lalu Pemimpin Hizbullah Hasan Nasrallah yang juga tewas pada akhir Agustus tahun ini.
Belum berbicara soal pengganti Haniyeh, Yahya Sinwar, tokoh militer Hamas yang dikenal keji dan pemberani. Sinwar tewas pada 17 Oktober.
Sementara calon kuat pengganti Nasrallah, Hashem Safieddine dibunuh pada 22 Oktober. Kita bisa yakin pula, para pemimpin ini menghadapi musuh yang begitu hebat. Tentu mereka punya ribuan cara menghindari pantauan dari Israel, dengan intel-intelnya, Shin Bet, Mossad atau Unit 8200.
Unit terakhir yang disebut, bahkan dituding jadi dalang meledaknya pager dan handie talkie Hizbullah.
Dengan mangkatnya para tokoh itu, bagaimana konflik berjalan di kawasan?, apakah Hizbullah dan Hamas akhirnya harus mengakui kekuatan militer Israel?, atau akan tumbuh lagi para pejuang melawan rezim zionis itu?
ADVERTISEMENT

Yahya Sinwar dan Kedekatannya Dengan Dokter Intel Israel

Sebelumnya, saya ajak dulu pembaca mengenal Yahya Sinwar. Ia adalah salah satu pejuang Hamas paling dikenal. Ia keras, dan pemberani.
Ia dipenjara dua puluh tahun oleh Israel pada 1988 dan baru bebas pada 2011 setelah Israel mengadakan pertukaran tahanan. Alasan Sinwar dipenjara: menculik 2 tentara Israel dan 4 orang Palestina yang dianggap sebagai pengkhianat.
Sinwar mengaku, ia bersikap keras saat menginterogasi mereka dan berujung pada kematian 6 orang tersebut.
Menariknya, Sinwar punya kedekatan dengan seorang dokter Israel, Yuval Bitton, selama ia dipenjara. Hal itu diceritakan oleh CNN, pada 2004, Sinwar yang sedang ditahan di penjara Nafha itu datang ke klinik.
ADVERTISEMENT
Ia mengeluh sakit leher yang hebat sampai kehilangan keseimbangan. Bitton memeriksanya, dan mendiagnosa bahwa Sinwar terkena stroke. Dengan staf nya, Sinwar dirujuk ke rumah sakit.
"Sampai di rumah sakit, dia didiagnosa bahwa ada abses di otaknya. Ia dioperasi hari itu juga. Operasi itu menyelamatkan nyawanya, karena jika sampai abses itu meledak, ia bisa mati," kata Bitton.
Dari berbagai sumber, Sinwar mengaku sangat berutang pada dokter Israel yang sebetulnya bekerja untuk dinas intelijen ini.
Dari Bitton pula, Israel dapat mengetahui perangai pembesar Hamas itu. Bitton menceritkana pada CNN, ia menghabiskan waktu berjam-jam bicara dengan Sinwar.
Kata Bitton, Sinwar melihat orang Yahudi tak punya tempat di tanah orang Muslim. Bitton melihatnya sebagai ancaman.
ADVERTISEMENT
"Tinggal menunggu waktu, bahwa mereka (Hamas) akan bertindak kepada kita dan mengusir kita dari tempat kita hidup," kenang Bitton.

Memburu Sinwar

Setelah bebas pada 2011, Sinwar langsung aktif di keorganisasian Hamas. Ia diam-diam naik ke jabatan di Hamas berkat aktivitasnya di Gaza.
Dikutip dari The Guardian, pada 2017 Sinwar menyatakan diri menentang otoritas Palestina di Gaza dan menolak segala bentuk rekonsiliasi dengan Israel.
Pada 2018, Sinwar kembali bersuara. Ia bilang, "Kami lebih baik mati sebagai martir, daripada mati karena penindasan dan penghinaan," katanya, dikutip dari Al-Jazeera.
Secara de-fact0, Sinwar bisa disebut sebagai penguasa Gaza. Pasalnya, ia adalah orang terkuat kedua setelah Ismail Haniyeh, yang jadi Kepala Biro Politik Hamas.
ADVERTISEMENT
Ia juga berulang kali lolos dari maut yang ditebar Israel. Pada 2021, serangan udara dilancarkan Israel di rumahnya.
Setelahnya, ia pamer. Ia datang pada sebuah konferensi pers dan menyatakan akan pulang berjalan kaki. Ia juga sempat berfoto dengan penduduk lokal usai menantang Menteri Pertahanan Israel dalam konferensi pers itu.
Terowongan dari Gaza menembus Israel yang dibangun Hamas. dok. Reuters via kumparan
Sinwar sendiri dikenal jarang muncul di publik. Ia bergerak lewat terowongan-terowongan kompleks yang dibangun Hamas untuk menyerang Israel.
Termasuk saat merencanakan serangan 7 Oktober 2023. Ia menghindari permukaan untuk mengelabui Israel, dan membuatnya sulit dilacak.
Tapi, Sinwar lupa dengan Bitton. Bitton yang bekerja untuk intelijen Israel ini sudah menghabiskan waktu berjam-jam berbicara dengannya. Pada serangan 7 Oktober itu, sepupu Bitton, Tamir Adar tewas.
ADVERTISEMENT
Hal ini melukai Bitton. Ia telah menolong Sinwar dari situasinya pada 2004 itu, tapi 20 tahun berselang, Sinwar -- setidaknya menurut Bitton, telah membunuh sepupunya.
"Saya kenal orang itu, saya kenal dengan orang yang merencanakan aksi kriminal ini. Aku mengenalnya sejak 1996, dan tidak hanya dia, tapi semua struktur kepemimpinan di Gaza," kata Bitton, pada CNN.

Tewasnya Sinwar di Gaza, Simbol Kemenangan Israel atau Keberanian Hamas?

Sinwar tewas pada 16 Oktober 2024. Ia diburu Shin Bet dan tentara Israel, di Rafah. Israel bilang, mereka sebetulnya menggelar operasi biasa, tidak ada maksud untuk memburu Sinwar secara khusus.
Saat itu, Sinwar bersama 2 orang pejuang Hamas lainnya sedang bergerak dari rumah ke rumah. Tentara Israel menyadari pergerakan ini, mereka menyerang dan terjadi kontak senjata.
ADVERTISEMENT
2 pejuang Hamas lari ke sebuah rumah, sementara Sinwar masuk ke rumah yang lain. Infanteri Israel, mencoba masuk untuk menetralisir rumah itu. Tapi Sinwar melempar granat, dan melukai seorang tentara Israel.
Akibatnya, Tank Israel menembak gedung tempat Sinwar bersembunyi.
Ada hal yang menarik pada penggalan peristiwa ini. Sinwar terpojok di lantai atas gedung itu. Israel mengirim drone untuk melacaknya.
Pada rekaman drone yang viral di sosial media ini, menunjukkan Sinwar tengah duduk tak berdaya menjelang ajalnya. Drone itu mendekat, dan Sinwar yang tak berdaya melempar sebuah serpihan kayu untuk melawan drone tersebut. Ya, serpihan kayu itu adalah perlawanan terakhir Sinwar.
Tentara Hamas di jalanan dok. Reuters via kumparan
Berikutnya, Sinwar ditemukan sudah tewas dengan luka di kepala dan kaki. Kepolisian Israel mengidentifikasinya, dan mengkonfirmasi bahwa yang tewas pada kontak senjata di Rafah, 16 Oktober itu adalah Yahya Sinwar. Pentolan Hamas yang mengerikan.
ADVERTISEMENT
Bahkan, dari berbagai sumber, Yuval Bitton turut mengkonfirmasi tewasnya Sinwar dari catatan gigi yang ia punya.
Kata Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kematian Sinwar adalah kemenangan besar bagi militer Israel.
"Tapi tugas belum selesai, kita akan memastikan sampai semua keluarga anda pulang ke rumah dengan selamat," kata Netanyahu.
Sinwar sendiri memang punya tujuan, pada serangan 7 Oktober itu, membebaskan semua tawanan Palestina yang ditahan Israel ditukar dengan warga Israel yang mereka culik.
Tapi video drone detik-detik Sinwar itu dimaknai lain oleh banyak orang. Beberapa pihak berpendapat, saat Sinwar melempar kayu ke arah drone, itu adalah suatu perlawanan terakhirnya. Perlawanan tak kunjung usai, dari pihak tak berdaya melawan pihak yang berkuasa.
ADVERTISEMENT

Apakah Kematian Sinwar mengubah Kondisi Kawasan?

Amerika Serikat (AS), sekutu dekat Israel segera mendorong perundingan damai, atau setidaknya gencatan senjata usai tewasnya Sinwar. Sinwar sendiri dikategorikan sebagai teroris oleh AS sejak 2015.
Setidaknya, pada 24 Oktober, Menlu AS Anthony Blinken segera bertemu dengan Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, sebagai mediator konflik antara Israel dan Hamas. Hamas diidentifikasi sebagai kelompok militer, yang memerintah Gaza.
Ada harapan untuk terwujudnya perdamaian setelah kepergian Sinwar. Sinwar sendiri begitu keras menolak segala macam rekonsiliasi dengan Israel.
Yahya Sinwar dok. AFP via kumparan
Pada beberapa kesempatan, Sinwar bahkan sempat bilang bahwa '100.000 nyawa sipil masih harga yang pantas, untuk membebaskan Gaza dari Israel' katanya saat ditanya oleh Yuval Bitton.
ADVERTISEMENT
Sinwar juga batu sandungan bagi jalan damai di Gaza. Analisa Bitton:
"Sinwar masih bisa bernegosiasi, sementara ia jgua masih beroperasi secara militer di Gaza. Masih mengontrol area saat militer Israel pergi, dia juga mengendalikan bantuan kemanusiaan. Akibatnya, dia merasa kuat dan tidak akan menandatangani perjanjian apa pun, kecuali militer Israel mundur sepenuhnya dari Gaza, dan pertempuran pun berhenti," kata Bitton.
Benar saja. Begitu Sinwar tewas, pada 16 Oktober, Hamas mulai sepakat untuk bernegosiasi secara damai. Pada 25 Oktober, seorang pejabat Hamas mengatakan kepada AFP, bahwa mereka siap untuk membuka pembicaraan damai asal Israel mau berkomitmen terkait gencatan senjata.
Mendengar ini, Netanyahu segera mengirim David Berna, direktur Mossad sebagai perwakilan dalam rencana perundingan yang digelar di Mesir ini.
ADVERTISEMENT
Setidaknya, secercah harapan nampak. Meski kematian Sinwar juga dianggap sebagai martir yang bisa saja menyulut dendam para pengikutnya. Lingkaran akan terbentuk, darah akan tumpah dan korban akan terus jatuh.
Tergantung pembaca menilai, apakah Sinwar rintangan perdamaian atau ia punya cara yang paling tepat: perang total lawan Israel, dan membebaskan tanah Gaza dari rezim Zionis?
Apa pun pendapat pembaca, saya rasa, kita semua harus mencoba saran dari John Lennon: Give Peace a Chance!