Konten dari Pengguna

Obi Iwai, Hadiah Pertama Kelahiran

Edward Natanael
Student of Airlangga University Faculty of Humanities Japanese Study 2022
31 Maret 2024 13:59 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Edward Natanael tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Budaya. Source: Canva
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Budaya. Source: Canva
ADVERTISEMENT
Setiap orang pasti mempunyai caranya masing-masing untuk merayakan sesuatu, baik ulang tahun, mendapatkan nilai yang bagus, diterima bekerja di suatu perusahaan, dan lain-lain. Hal ini tidak terbatas pada satu orang saja, hal ini berlaku juga pada suatu kelompok, bahkan suatu negara. Salah satu tradisi yang dimiliki oleh banyak negara di dunia adalah tradisi merayakan suatu kehidupan baru atau kelahiran di dalam suatu keluarga.
ADVERTISEMENT
Terdapat banyak cara unik yang dilakukan oleh berbagai negara, dimana merayakan suatu kelahiran tidak terbatas hanya ketika sang bayi sudah lahir ke dunia, namun tradisi merayakan ini juga bisa dilakukan bahkan sebelum sang bayi lahir. Salah satu negara yang memiliki tradisi unik untuk merayakan suatu kelahiran bahkan sebelum sang bayi lahir adalah negara Jepang. Tradisi merayakan kelahiran di Jepang ini salah satunya bernama Obi Iwai.
Dalam tradisinya, Jepang memiliki budaya yang masih dipegang teguh dari generasi ke generasi bahkan sampai sekarang. Salah satu budaya yang masih dipegang teguh oleh masyarakat Jepang adalah Matsuri (祭り). Matsuri merupakan sebuah ritual keagamaan yang berasal dari kepercayaan Shinto, dimana dalam kepercayaan Shinto, Matsuri ini merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghormati Kami (神). Kami dalam bahasa Jepang sering diartikan sebagai dewa, yang dituhankan atau yang disembah. Tapi lebih dinyatakan sebagai spirit yang berlaku sebagai kekuatan supernatural yang misterius dan merupakan inti dari kehidupan (Mar’atush Shalihah, 2014;4) yang diyakini mempunyai banyak wujud dan bentuk.
ADVERTISEMENT
Kegiatan Matsuri pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan untuk mengundang dewa atau duduk di samping dewa, seperti yang dijelaskan oleh Yanagita di dalam (Sri Dewi Adriani, 2007;139), dan diterjemahkan “berada di samping dewa”. Mungkin dengan istilah lain dapat juga dikatakan melayani dewa tetapi dalam pelaksanaannya, Matsuri adalah suatu sikap menyambut kehadiran dewa, dengan menyajikan segala sajian yang ada dan dengan menunjukkan sikap mengabdikan diri pada dewa. Matsuri bukan berarti hanya menunjukkan penghormatan terhadap dewa dari kejauhan. Penjelasan Yanagita ini dapat disimpulkan bahwa Matsuri merupakan upacara keagamaan yang bermaksud untuk berada di samping Dewa (神) atau dapat dikatakan sebagai upacara yang mendatangkan dewa yang dilakukan oleh pendeta Shinto.
Matsuri dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu Tsukagirei (通過儀 礼), Ninigirei (にんい儀礼), dan Nencuugyouji (年中行事). Tsukagirei adalah upacara yang berhubungan dengan lingkaran hidup seseorang, dimulai sejak dari si janin bayi berada dalam kandungan sampai menjadi arwah. Contoh dari Tsukagirei adalah Omiyamairi (お 宮参り ) (Yanagita Kunio, 1998;32). Ninigirei adalah upacara-upacara yang diadakan pada saat ada tujuan dan kesempatan tertentu, dan diselenggarakan sesuai dengan keinginan atau tujuan-tujuan tertentu untuk memohon bantuan atau rasa terimakasih kepada kekuatan gaib atau kepada Kami atau dewa. Matsuri ini tidak berada dalam lingkaran hidup orang Jepang dan tidak semua orang melakukannya. Contoh dari Ninigirei misalnya: Sotsugyouiwai (卒業祝い), Kenchiku Girei ( 建築儀 礼), dan lain-lain (Yanagita Kunio, 1998;32). Nenchuugyouji (年中行事) adalah Matsuri (祭り) yang dilakukan secara periodik setiap tahun dan waktunya sudah ditetapkan menurut penanggalan mereka. Contoh dari Nenchuugyouji (年中行事) misalnya, Tenjin Matsuri (天神祭り) merupakan Matsuri yang diadakan pada tanggal 24-25 Juli di Tenjin Osaka, Kanda Matsuri (神田祭) adalah Matsuri (祭り) yang diadakan pada tanggal 15 Mei di Tokyo. Gion Matsuri (祇園祭) adalah festival tahunan yang diadakan di Kyoto selama satu bulan penuh di bulan Juli (Yanagita Kunio, 1998;32-33).
ADVERTISEMENT
Pokok pembahasan pada kali ini adalah Obi Iwai. Obi Iwai merupakan salah satu contoh Matsuri juga, termasuk di dalam kategori Tsukagirei, karena berhubungan dengan lingkaran hidup seseorang. Obi Iwai merupakan kegiatan yang dilakukan pada saat usia janin dalam kandungan sang ibu sudah mencapai usia 5 bulan, sehingga dalam budaya Jepang sang janin tersebut sudah bisa dianggap sebagai anggota keluarga yang baru. Perayaan ini dilakukan sebagai penyambutan karena rasa sukacita terhadap anggota baru yang akan lahir.
Ilustrasi Kuil. Source: Canva
Pada ritual Obi Iwai, ketika sudah memasuki bulan kelima dari kehamilan sang ibu akan datang ke kuil untuk berdua agar proses kehamilan hingga kelahiran akan berjalan lancar. Lalu akan dilanjutkan dengan upacara pengikatan kain katun di sekitar perut sang ibu, yang biasa disebut juga sarashi/iwata obi. Sarashi yang dipakai pada saat Obi Iwai biasanya berwarna putih, yang bisa ditemukan di department store atau di kuil-kuil. Dengan dilakukannya upacara Obi Iwai ini, dipercaya bahwa sang ibu dan sang bayi akan mendapatkan perlindungan dari Kami atau dewa kepercayaan dalam Shinto. Obi Iwai dianggap sebagai hadiah pertama yang diberikan sang ibu kepada anaknya sebelum lahir ke dunia.
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan Obi Iwai ini bisa mempunyai beberapa perbedaannya di setiap daerah. Misalnya, ada beberapa daerah yang melakukan kebiasaan ini pada kehamilan bulan ke-6 dan ke-9. Namun, umumnya dilakukan pada “Hari Anjing” (inu no hi) bulan ke 5 kehamilan. Inu (anjing) adalah salah satu dari dua belas tanda zodiak , dan merupakan zodiak kesebelas. Dan, sekali dalam 12 hari, "hari Anjing" akan ada. Jadi berdasarkan hal itu , dalam satu bulan paling banyak ada tiga kali “hari Anjing”. Maka pada saat itu para pasangan suami istri datang ke kuil untuk melakukan doa. Maka karena itu, Obi Iwai ini disebut juga sebagai “Hari Anjing” dalam kalender yang digunakan di Jepang, yaitu kalender Gregorian. Sebutan tersebut muncul karena diketahui anjing memiliki proses melahirkan yang mudah, sehingga sebutan tersebut juga mengandung harapan dari orang Jepang yang mulai berdoa pada hari itu agar diberi kelancaran selama proses persalinan.
ADVERTISEMENT
Selain dipercaya merupakan tradisi untuk melindungi bayi, Obi Iwai ini juga berfungsi untuk menghangatkan perut, dan juga mencegah munculnya garis-garis di perut (stretch mark). Dalam pelaksanannya, upacara Obi Iwai ini juga diikuti oleh orangtua dari kedua belah pihak. Selain dihadiri oleh orang tua dari kedua pihak, dalam Obi Iwai ini ada suatu peran yang bernama peran obi, atau obi yaku yang bertugas untuk mengundang kerabat dan sahabat dari pihak yang merayakan Obi Iwai tersebut.
Bisa dikatakan Obi Iwai adalah hadiah pertama bagi sang bayi sebelum ia merasakan dunia yang sebenarnya, yang mengandung harapan dari orangtua, dan juga seluruh kerabat. Obi Iwai adalah pemberian pertama dari sang ibu untuk sang buah hati, yang menunjukkan bahwa orang Jepang sangat bersukacita atas munculnya keberadaan sang bayi di dunia ini.
ADVERTISEMENT