Konten dari Pengguna

Kampung Keluarga Berkualitas dan Dapur Gizi Masyarakat untuk Cegah Stunting

Eka Puspita Sari
Penulis adalah ASN Penyuluh KB di unit kerja Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah dengan lokasi binaan Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Penulis yang juga seorang konselor menyusui dan ibu satu anak ini juga peduli terhadap kesehatan mental.
15 Juni 2023 15:44 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eka Puspita Sari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak stunting. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak stunting. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Sejak 2016, Kampung Keluarga Berkualitas atau Kampung KB menjadi bagian dari program BKKBN yang berawal dari masyarakat dengan kriteria tertentu, salah satunya lokasi yang menjadi wilayah tertinggal, terpencil, dan perbatasan atau disebut dengan istilah "galcitas". Tidak hanya wilayah yang telah disebutkan, Kampung KB juga menyasar masalah lainnya seperti wilayah dengan padat penduduk, masalah kesehatan, beberapa masalah kependudukan lainnya.
ADVERTISEMENT
Dengan jumlah lebih dari 10 ribu kampung KB di Indonesia, tentu ada beberapa Kampung KB dirasa memiliki agenda kegiatan yang monoton. Sehingga, penting untuk menciptakan inovasi, agar Kampung KB tetap terdengar eksistensinya.
Program terbaru yang juga diampu dan menjadi prioritas adalah Program Percepatan Penurunan Stunting. Menurut data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2022, prevalensi stunting saat ini masih sebesar 21,6% atau sekitar 5 juta balita. Stunting diidentifikasikan sebagai kondisi gagal tumbuh secara fisik (failure to thrive) pada anak sejak usia 0-5 tahun akibat asupan gizi yang kurang dan sudah terjadi sejak lama serta diakibatkan juga oleh faktor lainnya seperti penyakit infeksi yang berulang serta masalah sanitasi. Program ini kemudian dapat masuk dengan Program Kampung KB sebagai upaya pemberdayaan masyarakat dalam penurunan angka stunting.
ADVERTISEMENT

Dampak Stunting Bagi Anak Dan Upaya Pemerintah

Seperti kita ketahui, dampak stunting dapat menimbulkan efek jangka panjang yang apabila tidak ditangani akan menjadi masalah di masa depan. Dampak stunting pada anak dapat menyebabkan anak mengalami :
Dampak-dampak inilah, yang dikhawatirkan oleh para pemimpin dunia karena berkaitan dengan standar kualitas manusia yang diharapkan mampu bersaing di tingkat international. Pemerintah Indonesia menargetkan angka stunting menjadi 14% pada tahun 2024 demi mewujudkan Indonesia Emas 2045. Untuk mencegah angka stunting terus bertambah, Peraturan Presiden No 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting diterbitkan sebagai pedoman untuk menyusun langkah-langkah kegiatan pencegahan stunting salah satunya melalui pendampingan kepada calon pengantin, ibu hamil, dan ibu pasca bersalin oleh Kader Tim Pendamping Keluarga.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, BKKBN yang menjadi ketua pelaksana bersama dengan kementerian dan lembaga negara yang bertugas dalam percepatan penurunan stunting melakukan perumusan mengenai Rencana Aksi Nasional. Rumusan ini kemudian menjadi Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional No 12 Tahun 2021 Tentang Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting di Indonesia (RAN PASTI). Di dalam RAN PASTI inilah BKKBN merumuskan kegiatan yang berbasis masyarakat berupa dapur gizi.

Dapur Gizi Masyarakat Penting Cegah Stunting

Upaya pemerintah dalam menangani stunting tidak hanya berupa intervensi terhadap gizi secara spesifik seperti pemberian makanan tambahan balita dan ibu hamil atau pemantauan upaya konsumsi tablet tambah darah, tetapi juga intervensi gizi sensitif yang berwujud pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan. Upaya ini membantu masyarakat untuk mengoptimalkan sumber daya lokal yang mampu mengentaskan kondisi kurang gizi di dalam keluarga sekaligus membantu perekonomian masyarakat. Salah satu inovasi yang membaurkan kedua intervensi tersebut di atas yaitu adanya pusat pemberdayaan gizi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Kegiatan dapur gizi berbasis masyarakat ini sangat penting untuk mencegah stunting. Sehingga istilah dapur gizi ini kemudian dikenal dengan Dapur Sehat Atasi Stunting atau DASHAT. Program Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) diperkenalkan pada tahun 2021 sebagai langkah inovasi kegiatan percepatan penurunan stunting di tingkat desa atau kelurahan sehingga pelaksanaan kegiatan, pengelolaan dan pengembangannya dilakukan oleh masyarakat. Secara umum DASHAT bertujuan untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat melalui optimalisasi sumber daya pangan lokal dalam rangka mempercepat upaya penurunan stunting di tingkat desa atau kelurahan.

Integrasi dan Konvergensi Dapur Gizi Masyarakat Dengan Kampung KB

Kampung Keluarga Berkualitas atau Kampung KB secara tidak langsung menjadi model miniatur pelaksanaan program pemerintah, utamanya Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) di masyarakat yang melibatkan seluruh elemen formal maupun non formal. Selain Bidang di lingkungan BKKBN, kampung KB juga bersinergi dengan Kementerian/Lembaga, mitra kerja, stakeholders dan instansi terkait sesuai dengan kebutuhan dan kondisi wilayah serta dilaksanakan di tingkatan pemerintahan terendah (sesuai prasyarat penentuan lokasi Kampung Keluarga Berkualitas) di seluruh kabupaten/kota.
Dok. pribadi
Adapun dalam operasionalisasinya, DASHAT merujuk pada kebijakan Kampung KB terbaru, yakni Instruksi Presiden (Inpres) No. 3 tahun 2022 Tentang Optimalisasi Penyelenggaraan Kampung Keluarga Berkualitas. Program DASHAT dijadikan sebagai bentuk integrasi dan konvergensi kegiatan optimalisasi penyelenggaraan kampung KB.
ADVERTISEMENT
Adapun ragam kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :
Diharapkan dengan adanya semangat gotong royong baik dari pemerintah maupun masyarakat untuk mencegah stunting, angka stunting dapat perlahan turun dan dapat ditekan kasusnya.