Konten dari Pengguna

The Future is Female, Lho. Serius Ini

10 Februari 2020 17:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eka Sari Lorena tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Eka Sari Lorena. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Eka Sari Lorena. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Dua tahun lalu, saya bertemu seorang cowok muda di Manhattan, NYC ketika sedang jalan-jalan santai. Dia pakai kaus dengan tulisan, “The Future is Female”. Saya langsung tersenyum lebar.
ADVERTISEMENT
Eh ternyata, cowok itu melihat saya tersenyum. Dia lalu berkata, “Bukankah benar?” Saya kembali tersenyum. Tanpa menjawab dengan kata-kata, saya menjawab: Yes, I agree 1000%.
Ketika saya googling, ternyata kaus asli dengan tulisan “The Future is Female” itu didesain untuk Labyris Books. Itu adalah toko buku perempuan di NYC. Modelnya di foto dengan kaus itu di tahun 1975. Alamak, lama sekali. Ketika itu, Lorena baru main rute ke Bogor.
Lalu, saya baca ada banyak perdebatan soal slogan itu. Tapi, ya namanya slogan, buat apa diperdebatkan. Lebih penting bagi kita untuk mempersiapkan perempuan demi masa depan yang lebih baik. Bukan begitu.
Menurut sebuah artikel di Forbes, perempuan memang perlu lebih fokus. Salah satunya adalah, coba deh meminta lebih. Dalam hal reward misalnya. Di Amerika, laki-laki meminta 4 kali lebih sering dari perempuan soal kenaikan upah. Ketika ditanya mau gaji berapa? Perempuan minta 30% lebih sedikit. Kok ya gak pede?
ADVERTISEMENT
Padahal, menurut studi MIT, sebuah perusahaan yang mempekerjakan laki-laki perempuan secara lebih seimbang dapat menambah revenue hingga 41 persen. Seorang women leader juga tidak mengurangi kesuksesan sebuah usaha justru berkontribusi membawa ide-ide inovatif.
So, ketika cowok tadi bertanya, apakah saya sependapat dengan kausnya. Apakah saya sependapat dengan slogan, “The Future is Female”, ya tanpa ragu saya bilang: YES. Dan, kita harus serius bikin itu jadi. Happy weekend ya Ladies. / ESL
Eka Sari Lorena Foto: Eka Sari Lorena