Konten dari Pengguna

Mahalnya Liburan ke Siem Reap, Kamboja

Eka Situmorang
Curious soul who loves travelling and food. Mom of one. Travel Blogger. Instagram : ceritaeka. Blog at http://ceritaeka.com and http://ekalagi.com
20 Oktober 2019 8:12 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eka Situmorang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menurut saya, Kamboja itu pintar sekali mengemas pariwisata (dengan mahal). Hah? Apa benar liburan ke Kamboja itu mahal? Bukannya sama-sama negara di Asia Tenggara jadi seharusnya lebih murah ya?
Candi Bayon, Siem Reap Kamboja (Foto: Dok. Eka Situmorang)
zoom-in-whitePerbesar
Candi Bayon, Siem Reap Kamboja (Foto: Dok. Eka Situmorang)
Setelah merasakan sendiri jalan-jalan ke Siem Reap, Kamboja, saya berkesimpulan kalau Kamboja tuh lumayan menguras kantong. Saya tahu, soal mahal atau murah itu relatif tergantung berapa banyak uang yang kita miliki. Bisa aja skincare SK-II itu murah kalau kata mbak-mbak CEO sementara rasanya mahal buat saya. Hahaha, ya itu tadi, semuanya memang tergantung tebel tipisnya dompet dan penghasilan. Betul? Jadi saya berbagi cerita dari kacamata dan standar liburan yang biasanya saya pakai ya.
ADVERTISEMENT
Mata Uang Kamboja
Yang pertama sih tentunya soal mata uang yang digunakan. Selain riel (yang susah banget carinya kalau di Indo) mereka menggunakan dolar Amerika. Iya, negara ini menggunakan 2 mata uang dalam transaksi sehari-harinya.
Nah, permasalahannya ada di sini. Nilai tukar rupiah dengan dolar Amrik tuh bikin sesek dada. Masih di angka Rp 14 ribuan, Bok! Dan ini bikin apa-apa jadi mahal.
Sightseeing
Berhubung dalam dolar, harga tiket wisata juga rasanya jadi agak ketinggian. Contohnya nih, tiket masuk ke Angkor Wat dibandrol di harga $ 37 atau kalau dirupiahkan di atas Rp 500 ribu per orangnya. Dan itu baru tiket untuk 1 hari aja lho, tanpa jasa pemandu, tanpa sewa sepeda atau kendaraan lainnya.
ADVERTISEMENT
Kemudian Tiket Cambodian Cultural Village (semacam Taman Mininya Kamboja) dijual dengan harga $39 alias hampir Rp 600 ribu. Kami hanya menghabiskan waktu sekitar 2 jam di tempat ini karena tidak banyak hal yang bisa dilihat. Masih jauh lebih bagus Angkor Wat. Nah, nyesek kan. Hahaha.
Salah satu miniatur di Cambodian Cultural Village (Foto: Dok. Eka Situmorang)
Kami juga sempat mengarungi Sungai Tonle Sap Lake dengan tiket seharga $15/orang untuk tur yang nggak nyampe 1 jam. Masih dipalak tips pula yang maunya diberikan dalam dolar.
Pesawat
Tidak ada penerbangan langsung dari Jakarta ke Siem Reap, minimal mesti transit 1x biasanya di Singapura atau Bangkok. Harga tiket pesawat full service rata-rata di atas 3 juta sekali jalan, kemarin sih saya naik Air Asia dengan transit selama 2 jam di Bangkok. Nggak masalah jarak antar kursi sempit, toh saya juga pendek. Gpp nggak ada inflight entertainment, toh waktu tempuh penerbangannya sebentar (karena ada transit). Lumayan, dengan begitu bisa dapat tiket seharga Rp 2 juta per orang sekali jalan. Yeay!
ADVERTISEMENT
Ohya, untuk menghemat biaya, biasanya orang-orang akan terbang ke Bangkok lalu mengambil jalan darat ke Indochina via Vietnam baru lanjut ke Siem Reap. Rute gini bisa juga diambil, namun saya memilih skip dan naik pesawat saja mengingat kami liburan keluarga membawa orang tua dan anak kecil.
Transportasi dan Akomodasi
Hampir sama dengan di Indonesia, untuk transportasi dan akomodasi bisa dibilang sangat terjangkau bahkan termasuk murah. Untuk transportasi ada 2 pilihan, sewa mobil atau sewa tuktuk. Saya nggak bisa komplen soal harga sewa kendaraan karena murah banget. Sewa mobil ber-AC itu enggak nyampe Rp 400 ribu per harinya. Sewa Tuktuk pastinya lebih murah lagi.
Tuktuk di Kamboja (Foto: Dok. Eka Situmorang)
Kalau sewa motor gimana? Bisa banget, namun perlu diingat infrastruktur di Siem Reap itu belum terlalu bagus, banyak jalanan yang masih berdebu. Kalau mau berpetualang dengan risiko seperti itu ya kenapa enggak? Cuss!
ADVERTISEMENT
Sementara untuk penginapan, dengan uang Rp 500 ribu per malam saja sudah bisa menginap di hotel berbintang dengan jaringan internasional.
Makanan
Makanan di sini rata-rata mengandung babi tapi jangan kuatir, ada juga yang halal kok. Meski mayoritas penduduknya beragama Buddha namun sekitar 8% populasinya ada yang Muslim. Jadi tinggal cari restoran Muslim Kamboja supaya aman. Rata-rata biaya makan sekitar Rp 50-70 ribu per orang di rumah makan sekelas warteg tanpa AC.
Soal Servis Pelayanan
Setelah beberapa hari dapat pelayanan tanpa senyum saat di restoran atau beli tiket (satu-satunya yang banyak senyum itu adalah pemandu wisata kami, ya ampun ma kasih lho pak), kami minta untuk dibawa ke restoran yang bagus. Harapannya, kalo resto bagus, servisnya bagus juga dong. Kemarin-kemarin kan makan di restoran murah, dapat servis alakadarnya, ya udah nggak protes. You pay peanuts you get monkeys. Gitu kan?
ADVERTISEMENT
Namun ternyata saat kami makan di resto yang katanya salah satu yang fancy di Siem Reap ini, pelayannya juga tetep jutek. Hahaha. FYI, susah banget cari resto yang ada AC-nya di Siem Reap lho. Pemandu kami sampe mikir lama gitu pas saya bilang mau makan di restoran ber-AC.
Nah makan berempat itu kami bayar Rp 700 ribu dengan menu ayam dan sayur tok. Hehehe. Dengan harga segitu, buat saya itu mihil belum lagi pelayannya ya gitu deh. Saya tipe yang rela bayar mahal asal sebanding dengan yang didapat. Nah ini, makanan biasa aja, servisnya malah bikin hati sedih.
Entah saya yang kurang gaul atau nggak bisa pilih restoran atau emang apes aja. Hahaha. Sarapan di hotel juga rata-rata $8 - $10 dolar dengan menu telur dan roti atau kentang goreng saja.
Jalanan di Angkor Wat (Foto: Dok. Eka Situmorang)
Kamboja Tetap di Hati
ADVERTISEMENT
Meski Siem Reap, Kamboja itu menurut saya mahal tapi bukan berarti saya enggak suka lho. Ada banyak hal dan pengalaman baru yang saya nikmati. Saya menyukai candi-candi cantik di Angkor Wat dan Angkor Thom, jiwa ini benar-benar seolah ditarik ke masa lampau. Saya kagum banget sama peradaban yang pernah ada beberapa ratus tahun lalu itu.
Selain itu, satu hal yang bikin senang adalah saat di bandara ada gate khusus untuk pemegang paspor ASEAN. Wuih, berasa jadi VIP karena khusus dan enggak pake antre. Seru banget!
Terus kalau ditanya kapok enggak ke Kamboja? Ya jelas enggaklah. Masih ada hasrat eksplorasi Phnom Penh juga, ibu kota Kamboja. Namanya juga travelling, rasanya nano-nano beraneka ragam. Kadang bisa dapat trip murah, kadang mesti bayar mahal. Nggak masalah, yang penting kaya pengalaman. Pepatah lama bilang, “Travel is the only thing you buy that makes you richer.”
ADVERTISEMENT
Negara mana yang menurut Teman kumparan salah satu destinasi yang mahal?
Salam,
Eka Situmorang